Selasa, 19 Maret 2013

Ketka matahari berubah, manusia pun berubah.

Matahari sebagai energi kehidupan di tatasurya oleh sejumlah ilmuwan di dunia diyakini mempunyai keterkaitan atau ikut berkontribusi dalam mengontrol perilaku manusia.
Telah lama diketahui matahari memiliki siklus aktif 11 tahunan.
Secara periodik, setiap 11 tahun, aktivitas matahari mencapai puncaknya, ditandai dengan kemunculan bintik hitam ( sunspot ) dipermukaan bintang tatasurya itu.
Aktivitas medan magnetik yang kuat di permukaan matahari yang ditandai kehadiran bintik hitam ini menimbulkan flare ( ledakan cahaya ) dan coronal mass injection ( CME ).
Aktivitas yang tinggi dari flare dan CME dapat menimbulkan badai matahari.
Apabila partikel-partikel plasma berupa elektron dan proton yang dihasilkan dari lontaran CME matahari terempas hingga ke bumi, dapat menimbulkan gangguan gelombang elektromagnetik.
Medan magnetik statik bumi yang menjadi perisai, tidak selalu bisa diandalkan, karena terdeteksi celah diperisai alami ini ( menurut NASA, 2003 silam ).
Gangguan gelombang magnetik di bumi yang tercipta dari radiasi matahari ini dapat mempengaruhi gen manusia.
Perubahan reaksi kimia pada otak dan hormon inilah yang kemudian menimbulkan reaksi psikologis.
Laki-laki menjadi lebih agresif, sementara pada wanita, mempengaruhi tingkat kesuburannya.
Seorang peneliti elektro-fisiologi asal Amerika Serikat Robert Becker pada tahun 1963, telah membuktikan dalam risetnya, bahwa peningkatan aktivitas matahari juga dapat memicu meningkatnya kasus gangguan kejiwaan.
Kasus Skizofrenia meningkat dalam sebuah riset di Eropa dan AS, ketika siklus puncak matahari terjadi.
Seperti telah diketahui, setiap sel dalam tubuh manusia mengandung ion-ion positif dan negatif.
Gelombang elektromagnetik yang diterima dari luar tubuh, seperti saat terjadinya radiasi dari badai matahari, menstimulus enzim lalu menaikkan ion positif di sel.
Peningkatan energi ini kemudian diterjemahkan lobus frontal, bagian dari otak besar yang mengontrol perilaku.
Sel, unit terkecil dari tiap makhluk hidup, tidak lain adalah sebuah resonator elektromagnetik itu mampu memancarkan dan menyerap radiasi dengan frekuensi tinggi.
Dengan kata lain, radiasi elektromagnetik itu bisa meningkatkan emosi sekaligus kecerdasan manusia.
Di tahun 2012 yang telah kita lewati itu, aktivitas matahari memasuki fase puncak siklus 11 tahunan.
Para ilmuwan menyebutnya siklus puncak ke-24, sejak tahun 1755.
Aktivitas puncak matahari ini berkorelasi kuat pada terciptanya konflik, kekerasan, dan perang, sepanjang peradaban manusia.
Sejarah telah membuktikan, bangkit jatuhnya peradaban besar, seperti Romawi, juga tidak terlepas dari siklus aktivitas matahari ini.
Kekuatan  matahari sungguh menakjubkan ketika ia berubah, kita, manusiapun ikut berubah.
Walau begitu radiasi kosmik dari matahari, dapat memberi manfaat positif.
Ketka terpapar radiasi ini, manusia pun menjadi lebih vital, subur ( dalam kasus wanita ), agresif, dan imunitasnya tinggi.
Sejarah juga telah membuktikan, ketika matahari memasuki siklus minimum, penyakit pandemik justru mewabah akibat menurunnya imunitas.
Menurut Maurice Cotterell, ahli evolusi dari Amerika Serikat, radiasi kosmik bahkan berperan besar di dalam evolusi mahluk hidup.
Semacam sinar X-ray, dapat mempengaruhi mutasi genetik.
Inilah mengapa kini manusia memiliki beragam warna kulit dan ciri fisik.
Kera pun berevolusi menjadi mahluk yang lebih cerdas, setidaknya mendekati manusia.
Tetapi tidak semua kera bermutasi, karena tidak seluruhnya terpapar radiasi ( kosmik ).
Kekuatan matahari yang pengaruhnya kesegala sendi kehidupan dan segala unsur di tata surya.
Pemaparan sinar matahari terjadi diantara jam 9.00 pagi hingga jam 15.00 ( 3.00 sore ).
Hasil dari pemaparan ini sangat berpengaruh terhadap tubuh manusia.
Pemaparan yang terjadi pada jam-jam itu, sinar ultraviolet yang berperan jenis UV B, sinar ini sangat berbahaya karena dapat memicu timbulnya kanker pada kulit.

Energi yang dilepaskan matahari memang sungguh luar biasa besarnya dan berlimpah, sehingga semua yang terpapar akan mengalami perubahan dan kerusakan.
Tetapi matahari pun dapat dimanfaatkan bagi keperluan hidup makhluk di bumi.
Energi paparan matahari yang menerpa bumi per detik 80 triliun watt, setara jika menyalakan 800 miliar buah lampu berdaya 100 watt. sangat besar sekali.

Pemaparan sinar matahari juga bertanggung jawab untuk pembentukkan vitamin D ( D 3 ) pada manusia.
Sinar yang menembus lapisan kulit atas ( epidermis ), suatu bahan kimia provitamin D, diubah menjadi previtamin D.
Kehangatan kulit akhirnya mengubah previtamin D menjadi vitamin D.
Tetapi jika vitamin D ini berlebih sifatnya akan menjadi toksik ( beracun ).
Di dalam tubuh telah ada mekanisme dimana kelebihan paparan terhadap cahaya matahari menghancurkan kelebihan vitamin D menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya.
Bagi orang yang berkulit putih untuk memperoleh vitamin D dari paparan sinar matahari cukup selama 10 sampai 15 menit saja.
Pada tangan atau wajah sebanyak dua atau tiga kali seminggu pada hari cerah dan bersuhu sedang.
Namun jika paparan terlalu kuat dan lama dapat mengakibatkan kulit terbakar, penuaan kulit, dan kanker kulit.
Sedangkan bagi yang berkulit hitam ( berwarna ) untuk mendapatkan vitamin D yang cukup, membutuhkan enam kali lebih banyak paparan terhadap sinar matahari dibandingkan orang yang berkulit putih.
Bila pada orang yang sudah tua, ketebalan kulitnya makin tipis menyebabkan lebih mudah terbakar oleh sinar matahari, dan jumlah vitamin D yang dihasilkan oleh sinar matahari dalam kulit mereka berkurang setengahnya.
Sinar matahari  memberikan hidup pada tumbuhan dan hewan.
Sinar matahari mencucihamakan ( mensterilkan ) lingkungan dengan membunuh kuman dan virus.
Kebanyakkan bakteri mati oleh sinar matahari dalam dua jam.
Bahkan sinar matahari yang dipantulkan menembus kaca jendela pada musim dingin akan membunuh kuman-kuman yang berada di debu bingkai jendela dan lantai.
Kuman-kuman pada ruangan di dalam rumah yang terlindung dari sinar matahari, di bawah lemari dan tempat tidur, akan hidup berbulan-bulan.
Jendela perlu dibuka sesering mungkin agar sinar matahari masuk ke dalam.

Pengaruh sinar matahari terhadap hormon Melatonin tubuh.
Melatonin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar Pineal kecil di pusat dan belakang otak yang dapat merangsang tidur seseorang.
Namun bila beberapa gelombang cahaya yang tampak menembus mata, hal ini akan menghalangi produksi melatonin.
Pada siang hari kadar hormon ini turun, dan paling rendah pada malam hari.
Bila matahari terbenam dan cahayanya tidak ada lagi, kadar melatonin akan meningkat.
Dengan demikian, itulah dasar fisiologis mengapa manusia cenderung tidur pada malam hari.
Jam tubuh kita yang mengatur " ritme biologis " juga dipengaruhi oleh siklus cahaya siang dan malam.
Jumlah kortison yang beredar di dalam darah paling tinggi waktu pagi hari, berangsur-angsur turun sepanjang hari, dan berada paling rendah pada malam hari.
Hal seperti ini dapat direspon oleh tubuh yang memang mempunyai penyakit asthma bronchiale, asthma langsung kambuh umumnya pada tengah malam, bersamaan dengan kadar kortison yang makin menurun.

Jika seseorang mengalihkan pekerjaannya dari siang ke malam hari atau sebaliknya, maka tubuh akan membutuhkan lima sampai sepuluh hari untuk membalikkan siklus yang sudah menjadi kebiasaan tersebut.
Gelombang-gelombang lain dari cahaya yang tampak mengaktifkan kelenjar epifise, melepaskan hormon-hormon yang mempengaruhi organ kelamin.
Bila anak-anak diekspos terhadap porsi sinar matahari yang normal, maka sinar itu akan merangsang sel-sel pada retina matanya untuk mengirimkan sinyal-sinyal kepada kelenjar epifise yang terletak pada bagian tengah otak.
Kemudian kelenjar epifise tersebut akan mengirimkan suatu bahan kimia atau hormon kepada indung telur atau testis, sehingga sinyal itu mengatur proses pendewasaan sehingga bergerak pada kecepatan yang tepat.
Bila anak-anak kekurangan sinar matahari, sinyal yang tepat tidak diteruskan ke kelenjar epifise, hormon-hormon yang mengatur kedewasaan tidak dihasilkan dan proses pendewasaan menjadi terlalu cepat.
Anak-anak yang lahir buta akan lebih cepat jadi remaja dibanding anak-anak yang dapat melihat.
Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak yang jadi buta menjelang masa remaja.

Sel-sel darah merah hidup kira-kira 120 hari, ketika sel-sel itu jadi usang, hemoglobin yang dikandungnya yang membawa oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan akan dilepas.
Hemoglobin ini kini beredar bebas dalam darah, dipecah menjadi bilirubin, suatu bahan yang diproses secara normal di hati pada bayi yang cukup bulan dan orang dewasa.
Namun, hati bayi yang tidak cukup bulan tidak akan sanggup menangani bilirubin, sehingga kadarnya meningkat dan bayi itu menjadi kuning ( ikterus ) pada bayi yang baru lahir.
Jika kadar bilirubin mengkat terlalu tinggi, sel-sel saraf pada bagian-bagian tertentu otak akan rusak permanen dan mengakibatkan keterbelakangan mental.
Namun, sinar matahari atau lampu yang tepat mengubah molekul bilirubin, menghasilkan senyawa-senyawa baru yang larut dalam air dan dengan mudah dikeluarkan oleh ginjal.
Dengan demikian, mengekspos bayi prematur kepada sinar matahari atau lampu ( sunlamp ) akan melindungi mereka dari kerusakkan otak.

Dari hasil riset tentang efek biologis sinar matahari telah menunjukkan bahwa hampir setiap sistem organ tubuh dipengaruhi oleh cahaya matahari.
Sinar matahari memainkan peran dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan pikiran, mengatur sel-sel darah dan mengatur pekerjaan ginjal, mempengaruhi banyak kegiatan metabolik dan menjalankan jam tubuh kita.
Dengan semakin banyaknya negara-negara di dunia yang menjadi negara industri, maka debu , asap dan bahan pencemar kimia dilepas ke atmosfer, banyak dari sinar ultraviolet dihalangi dan jumlah cahaya yang terlihat berkurang sebelum mencapai bumi.
Bukan hanya itu asap, debu dan bahan pencemar kimia yang dilepas juga akan bereaksi dengan sinar ultraviolet menjadi zat yang berbahaya.
Semua yang terjadi ini membawa efek buruk terhadap tanaman pangan kita, kesehatan masyarakat pun turut terganggu, contoh soal seperti di Eropa utara dan Russia utara, dimana sinar matahari lemah dan kegiatan di dalam rumah terlalu lama.
Efek buruk ini dapat dikurangi dengan radiasi buatan yaitu dengan lampu khusus.

Cahaya matahari yang berlebihan juga dapat merusak tiga daerah pada mata : kornea ( lapisan cincin bening di depan pupil mata ), lensa dan retina ( yaitu "Lapisan kimia " di kedalaman mata ).
Gelombang ultraviolet yang sama juga menyebabkan kanker kulit serta merusak kornea dan lensa.
Kornea dapat terbakar matahari atau meradang, contohnya buta salju.
Bahaya paparan dapat meningkat dengan berkas sinar yang terpantul dari air dan pasir, terutama pada daerah yang tinggi intensitas sinar mataharinya.
Setelah melewati kornea, sinar ultraviolet merusak lensa, namun kerusakan berjalan lambat sampai bertahun-tahun kemudian.
Hal ini terjadi tanpa keluhan nyeri, sehingga lolos dari perhatian.
Akhirnya lensa berubah warna dan menjadi kuning.
Perubahan warna ini sangat mengganggu kesehatan.
Peristiwa ini sering disebut sebagai katarak. Katarak juga dapat disebabkan oleh penyakit Diabetes melitus ( penyakit gula ).
Setelah melewati kornea dan lensa, sinar yang terlihat itu dapat merusak retina.
Orang yang memandang matahari pada tengah hari atau gerhana matahari tanpa menggunakan kaca mata khusus retinanya akan " terbakar ".
Sebagaimana suncreen melindungi kulit, maka kaca mata riben melindungi mata.
Carilah kacamata yang dapat " menyerap atau menghalangi sinar ultraviolet " yang telah diakui oleh American National Standards Institute ( ANSI )
Asosiasi kacamata matahari Amerika membagi kacamata riben ( sunglasses ) ke dalam tiga kelompok , berdasarkan persentase berkas ultraviolet berbahaya yang dihalanginya :
Kacamata Khusus yang menghalangi 99 persen sinar matahari yang berbahaya.
Kacamata Umum yang menghalangi 95 persen ; dan kacamata Kosmetik yang menghalangi 70 persen.

Bila orang berjemur secara berlebihan ( overexpose ) pada sinar matahari akan mengalami risiko kulit menjadi cepat tua dan berkeriput serta kemungkinan munculnya kanker kulit.

Seperti yang telah dikatakan diatas, terpapar sinar matahari secara berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan termasuk dapat menimbulkan penyakit yang namanya melanoma.
Temuan terbaru dari hasil penelitian Mark Iles dari Institut kedokteran molekuler leeds pada hari senin 4 maret 2013, menemukan bahwa gen yang berkaitan dengan kegemukan dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker kulit.
Dari hasil laporan analisis data genetik tumor dari 13.000 penderita malignant melanoma dan 60.000 bukan penderita ditemukan ada hubungan gen kegemukan dengan kanker kulit itu.
Malignant melanoma berada di urutan ke lima di Inggris dengan 12.800 kasus baru dan 2200 kematian setiap tahun.
Tim menemukan, variasi tertentu dari DNA dalam gen yang berkaitan dengan obesitas ( Gen FTO ), yaitu intron 8, dapat menjadi penyebab perkembangan melanoma.
Penelitian sebelumnya menemukan, varian dibagian yang disebut intron 1 berkaitan dengan kegemukan dan kelebihan makan.
Ini pertama kalinya peneliti menemukan hubungan antara gen FTO dan penyakit yang tidak berhubungan dengan kegemukan dan indeks metabolisme tubuh.
Jadi harus hati-hati jika orang itu kebetulan bertubuh tambun atau gemuk sering terpapar sinar matahari, bisa-bisa terjadi kanker kulit atau melanoma malignant.
Jalur yang aman oleskan suncreen dan gunakan kacamata riben yang tepat pada setiap kemungkinan terpapar sinar matahari yang kuat selama lebih dari setengah jam.
Bila lebih sering di dalam rumah, gunakan waktu makan dan rehat untuk berjemur jika cuaca mengizinkan.
Paling tidak paparkan wajah dan tangan pada sinar matahari.
Jika dilaksanakan setidaknya sepuluh sampai lima belas menit setiap hari selama tiga sampai empat kali seminggu, percayalah anda akan mendapatkan tubuh yang bugar, segar dan kesehatan tubuh akan menjadi lebih prima.
Terima kasih, Tuhan memberkati.