Senin, 21 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan, bagian ke V ( lima ).

Oksidan di udara dan asma.

Baru pada awal tahun 1990 an peranan oksidan sebagai penyebab gangguan pada saluran pernapasan semakin terungkap.
Oksidan dalam udara pernapasan akan dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada mukosa saluran pernapasan dan mengurangi kemampuan epitel saluran pernapasan, dengan demikian akan memudahkan terjadinya serangan asma
Oksidan akan menghambat degradasi neuropeptida oleh epitel saluran pernapasan sehingga ikut pula memudahkan terjadinya serangan asma.
Oleh karena itu sekarang mudah dimengerti mengapa asap rokok dan polusi udara pada umumnya, baik itu asap industri atau pun otomotif dapat mengakibatkan semakin mudahnya seorang penderita mendapatkan serangan asma dan dalam keadaan udara berpolusi berat akan cenderung untuk lebih parah dari biasanya..

Hygiene theory.
Disini dikatakan asma banyak terjadi pada lingkungan yang bersih.
Dalam kondisi sangat bersih, sistem imun tubuh tidak terangsang karena tidak ada bakteri sehingga jarang mendapat stimulan.
Seperti kita ketahui sistem imunitas dibagi 2, yaitu TH1 dan TH 2 yang dalam kehidupan sehari-hari bekerja secara seimbang.
Sistem imunitas yang berkaitan dengan asma adalah TH 2.
Ketika bayi kurang dari 1 tahun terinfeksi bakteri, seperti TBC, maka TH 1 lebih dirangsang.
Sebaliknya, TH 2 yang tinggi cenderung menjadi alergi dan asma.

Orang yang hidup di peternakan, sejak bayi sudah terekspose kotoran sapi, sehingga lebih kuat terhadap alergi meskipun rentan terhadap infeksi.
Di Indonesia banyak yang menderita TBC, tetapi jumlah penderita asma lebih kecil.
Makin higiene, pendapatan bagus, penggunaan karpet, maka lebih banyak yang terkena asma.


Paparan alergen dapat membebaskan alergi.

Studi terbaru tentang alergi yang dimuat Journal of Allergy and Clinical Immunology, mengatakan, anak yang terpapar banyak alergen dan bakteri pada tahun pertama kehidupan cenderung tak punya risiko alergi dan mengi / bengek / asma saat tumbuh besar.
Christine Cole Johnson, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Henry Ford Hospital dan Sistem Kesehatan, Detroit AS, menduga, paparan beragam alergen membuat sistem kekebalan tubuh terbentuk sejak bayi.
Menurut hasil riset, 41 persen bayi yang tinggal di rumah dengan alergen padat, bebas dari alergi dan mengi / bengek / asma.
Adapun anak terpapar tiga alergen seperti kucing, kecoa dan tikus akan berisiko lebih rendah terkena alergi, dan mengi / bengek / asma pada usia tiga tahun dibandingkan dengan anak yang terpapar satu jenis alergen.
Riset itu melibatkan 467 bayi Baltimore, Boston, New york dan St Louis yang dipantau sejak lahir sampai berusia 3 tahun.

Obat Asma dapat menghambat pertumbuhan anak.

Penggunaan obat asma dalam bentuk inhalasi kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan seorang anak.
Studi yang dilakukan terhadap 25 penelitian yang melibatkan 8.000 anak penderita asma dan dipublikasikan di Journal The Cochrane Library menunjukkan hal itu.
Normalnya, anak tumbuh 6 - 9 sentimeter ( Cm ) setahun.
Anak yang mengonsumsi inhalasi kortikosteroid tumbuh lebih pendek 0,5 Cm dibandingkan pengguna obat non steroid atau plasebo setahun.
Setelah empat tahun, mereka tumbuh lebih pendek 1,2 Cm dibandingkan yang mengonsumsi plasebo.
Pengonsumsi inhalasi kortikosteroid dosis rendah ( satu isapan per hari ) tumbuh lebih tinggi 0,2 Cm dibandingkan pengguna dosis tinggi.
" Efek itu jauh lebih kecil dibandingkan manfaat obat untuk mengontrol asma dan menjamin pertumbuhan penuh paru-paru begitu kata Linjie Zhang, peneliti dari Universitas Federal Rio Grande Brazil, pada Livescience tanggal 17 Juli 2014.

Neurogenic stimulan dan asma.

Ujung-ujung saraf sensoris dalam saluran pernapasan yang bersifat non-adrenergik dan non-kolinergik ( NANC ) dapat mengeluarkan berbagai neuro-peptida yang sebagian akan dapat menyebabkan kontraksi bronkeolus, yang terkenal ialah zat P ( substance P ), nerokinin A dan B.
Dalam keadaan normal epitel saluran pernapasan akan mampu mengadakan degradasi spontan dari neuropeptida ini.
Dengan demikian ada suatu keseimbangan yang pada orang normal akan bersifat optimal sehingga tidak akan timbul serangan asma, tetapi pada penderita asma bila terkena rangsangan tertentu akan berkecenderungan untuk mengakibatkan kontraksi, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan edema.
Saat ini rangsangan yang sudah jelas diketahui sebagai pemicu serangan adalah udara dingin dan hiperventilasi, misalnya setelah melakukan kegiatan jasmani yang berat, tertawa yang berlebihan dengan suara keras, dan sebagainya, diperkirakan bahwa karena hiperventilasi ini akan timbul juga pendinginan saluran pernapasan.
Faktor neurogenik akan semakin mudah menyerang bila sudah ada inflmasi mukosa saluran pernapasan.
Untuk saraf ke IX atau saraf vagus yang mempersyarafi otot polos bronkeolus, akan memunculkan refleks vagus yang secara langsung menyebabkan bronkokontriksi dan hipersekresi.
Diperkirakan timbulnya serangan asma karena depresi hebat atau pun gangguan emosional lainnya terbentuk melalui jalur neurogenic stimuli ini.


Asma pada usia lanjut.

Salah satu elemen yang penting dari penyakit asma, yaitu reversibilitas akan semakin tak nyata bila penyakit ini semakin lanjut.
Renwick ( 1996 ) mengemukakan pandangan agar sebaiknya asma pada penderita lanjut usia lebih baik diberi istilah penyakit paru dengan obstruksi menahun yang mencakup penyakit asma yang sudah lanjut dan bronchitis kronis yang sudah berlangsung lama.
Asma pada usia lanjut biasanya disebabkan oleh jenis asma intrinsik, tetapi bisa juga dari ekstrinsik berlanjut sampai usia lanjut.
Peninggian kepekaan percabangan trakeobronkus terhadap berbagai rangsangan berakibat kontraksi paroksismal saluran bronkus.
Disini dikenal 2 macam jenis : 1. Ekstrinsik ( alergen ), 2. Intrinsik ( idiopatik ) atau dipicu oleh berbagai faktor.
Asma intrinsik merupakan bentuk paling umum, ditandai dengan gangguan pada usia yang lebih lanjut ( biasanya lebih dari 30 tahun ), bersifat menetap dan seringkali lebih berat.
Sistem saraf parasimpatis biasanya terlibat pada patogenesis yang bersangkutan.

Umumnya, penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan :
1. Kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda.
2. Akibat gejala sisa penyakit yang pernah diserita sebelumnya.
3. Penyakit akibat kebiasaan-kebiasaan tertentu dimasa lalu ( misalnya : kebiasaan merokok, minum alkohol, dan sebagainya. ).
4. Penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut.

Mengenai gangguan sistem respirasi pada usia lanjut, karena organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia.
Menurunnya kemampuan tubuh usia lanjut untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan.
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, karena melemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga rentan terhadap kuman-kuman patogen, virus, protozoa, atau jamur.

Pada usia lanjut sering terjadi perubahan metabolik tubuh, dan sistem saluran pernapasan pun ikut mengalami perubahan.
Pada usia lanjut juga bisa terjadi perubahan respon terhadap obat-obatan, dengan penggunaan obat-obat tertentu akan memberikan respons atau perubahan pada paru dan saluran napas yang mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda.
Pada usia lanjut terjadi perubahan degenaratif, penyakit saluran pernapasan dan paru yang timbul akibat proses ( perubahan ) degeneratif pada usia lanjut.


Teori terbaru tentang ; kaitan asma dengan saraf parasimpatik dominan.

Dalam tubuh manusia terdapat 2 tipe saraf autonom yaitu saraf simpatik dominan dan saraf parasimpatik dominan
Orang yang bertipe saraf simpatik dominan, bersifat aktif.
Orang tipe ini gemar malakukan kegiatan di luar ruangan ketimbang di dalam ruangan, ia selalu aktif berpartisipasi dalam hal apa pun, dan kurang suka menghabiskan hari libur berdiam di dalam rumah saja.
Sebaliknya yang bertipe saraf parasimpatik dominan, bersifat santai, bergerak lambat, dan golongan penggemar kegiatan dalam rumah.
Sifat-sifat tersebut cenderung dibawa sejak lahir.

Orang yang menderita penyakit alergi termasuk asma dipicu oleh ketegangan berlebihan saraf simpatik.
Pada dasarnya alergi adalah penyakit yang muncul dari ketegangan berlebihan saraf parasimpatik, namun alergi juga dapat muncul dan bertambah parah dari ketegangan berlebihan saraf simpatik.
Saat saraf simpatik tegang, granulosit yang meningkat hanya netrofil.
Tetapi bagi orang tipe saraf parasimpatik dominan, saat saraf simpatiknya terlalu tegang, selain netrofil, eosinofil juga meningkat, sehingga memperburuk alergi sekaligus penyakit asmanya.


Tindakan Pencegahan.

Untuk mencegah serangan asma yang berulang dapat dilakukan dengan menghindari faktor pencetus alergen maupun non-alergen.
Seperti yang telah ditulis diatas dari hasil penelitian :
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil sampai dewasa sebagian besar akan menetap sampai usia dewasa.
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil sampai dewasa, kemungkinan akan hilang asmanya setelah berkeluarga.
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil, sampai dewasa tetapi serangannya hanya ringan dan jarang, kemungkinan setelah dewasa asma akan hilang.
Bila asma timbul setelah dewasa, kemungkinan akan hilang asmanya dikemudian hari, atau kadang-kadang masih sering kambuh ( kumat ) asmanya.
Untuk pencegahan menurut teori penemuan baru dapat dilakukan dengan antioksidan, hasilnya sangat memuaskan.
Antioksidan sangat baik untuk pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, termasuk asma bronchiale.
Pencegahan memang lebih baik ketimbang sudah terjadi serangan dan diberi pengobatan.


Pengobatan asma.

Pengobatan asma ditunjukkan untuk dua hal ;
Pertama, melebarkan pipa saluran napas yang menyempit dengan obat pelebar pipa saluran napas ( Bronkodilator ).
Ke dua mengatasi radang.
Obat anti radang yang biasa digunakan obat golongan steroid.
Tujuan pengobatan asma sekarang ini adalah pengendalian asma.
Jadi dengan kata lain asma sampai sekarang masih belum berhasil untuk disembuhkan secara tuntas.
Namun, dengan menggunakan obat secara teratur, dapat dicapai keadaan asma yang terkendali.
Beberapa penelitian melaporkan, pemberian kortikosteroid secara dini dapat mengurangi lamanya serangan, mencegah kekambuhan, dan mengurangi kemungkinan dilakukan rawat inap.
Pada penelitian selanjutnya pemberian dosis tunggal obat golongan steroid dapat mengurangi timbulnya asma serta meminimalisasi efek samping yang mungkin terjadi.
Biasanya dipakai steroid yang mempunyai masa kerja pendek seperti prednison atau metil prednisolon.
Prednisolon lebih disukai ketimbang prednison, karena untuk menjadi prednisolon, prednison harus diubah lebih dahulu di organ hati.
Oleh sebab itu, bagi yang menderita penyakit hati kadar prednison tidak dapat diprediksi.
Penghentian obat golongan steroid yang kurang dari 6 hari tidak memerlukan penurunan bertahap.
Steroid berguna sebagai anti inflamasi, seperti pengurangan edema mukosa, pengumpulan mukus, supresi respon inflamasi, stabilisasi membran ( vaskular dan lisosom ) sehingga permeabilitas menjadi lebih baik.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Minggu, 20 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan bagian ke IV ( empat ).

Tungau dan asma.

Sejak tahun 1968 para ahli telah membuktikan bahwa tungau debu rumah yang terdapat didalam debu rumah dan di tempat tidur adalah penyebab utama penyakit alergi, khususnya asma bronchial dan rhinitis alergik.
Tungau begitu kecilnya tak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan terkadang dengan mikroskop pun tungau sulit dilihat bila tidak disertai penyinaran dari samping.
Tungau untuk hidup memerlukan suhu sekitar 25 derajat celsius dan kelembaban nisbi sekitar 80 %.
Maka tak usah heran dinegara kita ini banyak ditemukan tungau-tungau.
Di desa Banyuatis, Bali ditemukan 3 jenis tungau debu rumah pada semua contoh debu rumah yang diperiksa, yaitu Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinaedan dan Tryrophagus putricentia.
Populasi tungau paling banyak ditemukan pada permukaan kasur, baik kasur dari kapuk maupun busa, karena kasur mengandung banyak serpihan kulit manusia yang merupakan makanan utama tungau.
Populasi tungau pada musim penghujan lebih banyak dari pada musim kemarau, hal ini disebabkan karena kesempatan untuk menjemur kasur lebih sedikit pada musim penghujan.
Dulu diera tahun 70 an kapuk banyak dipakai untuk mengisi kasur dan bantal oleh masyarakat kita, makin ke era tahun 90 an keberadaan kapuk makin ditinggalkan dan diganti dengan kasur dan bantal dari busa.
Sebenarnya bila kasur dari kapuk itu umurnya kurang dari satu tahun, jarang menimbulkan alergi..
Tetapi memang lebih aman bagi penderita asma bila memakai kasur dan bantal dari busa.

Seperti yang sudah diketahui serangan asma dapat timbul akibat dari terhirupnya alergen.
Tetapi kurang lebih setengah abad yang lalu didapatkan komponen debu rumah, yaitu tungau merupakan salah satu alergen yang patut diperhitungkan.
Untuk menentukan penderita asma atopik cukup dilakukan pemeriksaan uji kulit terhadap tungau Dermatophagoides pteranyssinus saja.
Alergen debu rumah yang mengandung komponen tungau merupakan alergen terpenting dan terdapat diseluruh dunia, termasuk Indonesia.
Banyak para peneliti melaporkan hubungan antara asma dengan reaksi uji kulit dan Ig E, tetapi hubungan antara berat ringannya asma atopik dengan reaksi uji kulit dan Ig E jarang dilaporkan.

Asma atopik adalah asma yang disebabkan oleh reaksi alergen dan antibodi yang berperan yaitu Ig E.
Diagnosis asma atopik ditegakkan berdasarkan hubungan gejala asma dengan alergen hirupan.

Dikatakan ringan :
Bila keluhan penderita sedikit mengganggu, frekuensi serangan 1 - 2 kali per bulan, lamanya serangan kurang dari 4 jam dan hilangnya hari kerja 1 - 2 hari per bulan.

Sedang :
Bila keluhan penderita mengganggu tetapi tidak merintangi aktivitas sehari-hari, frekuensi serangan 2 kali dalam seminggu, lama serangan 4 - 10 jam dan hilangnya hari kerja 2 hari per minggu.

Berat :
Bila tidur terganggu, frekuensi serangan tiap hari, lama serangan 11 - 20 jam dan hilangnya hari kerja 3 hari per minggu.

Selama periode penelitian didapatkan 42 penderita baru asma atopik yang terdiri dari 8 ( 19 % ) asma ringan, 23 ( 27,45 % ) asma sedang dan 11 ( 26,2 % ) asma berat.

Pada penelitian ini asma atopik didapat lebih sering pada usia dewasa muda dengan jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Tungau merupakan salah satu alergen yang terpenting, karena ternyata tungau dan debu rumah memberikan hasil uji kulit positif paling sering dari 42 penderita positif 40 ( 95,2 % ).
Rata-rata besar bentol tungau 7,2 mm dan debu rumah 6,9 mm.

Tidak ada hubungan antara berat ringannya penyakit dengan alergen pada uji kulit dan Ig E total.

Karena banyak faktor yang ikut berperan pada manifestasi klinis asma seperti infeksi, emosi, kelelahan, bahan toksik, bahan iritan, dan suhu udara.



Emosi dan asma.

Kemarahan, kesedihan atau kegembiraan yang berlebihan orang biasa menyebut dengan emosi, dapat mencetuskan serangan asma.
Seseorang yang gampang terangsang emosinya, akan lebih cepat pula asmanya kambuh alias kumat.
Jadi penderita asma harus banyak-banyak bersabar dan keikhlasan dalam hidup.
Faktor emosi dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas parasimpatis, baik perifer maupun sentral, sehingga terjadi peningkatan aktivitas kolinergik yang mengakibatkan eksaserbasi asma.



Pengaruh hormonal pada asma.

Asma dapat muncul atau diperberat serangannya dengan adanya sakit bulanan pada wanita atau menstruasi, segera sebelum atau setelah menstruasi.
Pemakaian pil KB juga terkadang dapat memperberat asma.



Penderita asma dan pekerjaan.

Bekerja adalah suatu keharusan, karena manusia harus mencari nafkah untuk hidupnya.
Tetapi bekerja bagi penderita asma sebaiknya memilih sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuannya.
Tentunya bekerja dilingkungan yang bebas dari faktor-faktor pencetus seperti asap, kapas, debu dan yang berhubungan dengan zat kimia serta asbes bahan bangunan.
Bekerja tidak diharuskan lembur sampai larut malam, kecuali sebagai dokter, diatur untuk tidak jaga malam setiap hari, pekerja pabrik juga untuk diatur jadwal lemburnya ( shifnya )
Keadaan lingkungan kerja yang tidak harmonis seringkali menjadi faktor pencetus tersendiri.


Obat dan bahan kimia.

Obat-obatan yang mengandung mentol dan obat dalam bentuk sirup dengan pelarut alkohol seringkali menjadi pemicu serangan asma.
Aspirin dapat sebagai pencetus asma melalui proses alergi dan non alergi.
Pada orang dewasa angka kejadiannya antara 4 - 28 % dapat menimbulkan serangan asma berat dan fatal, tetapi jarang pada anak.
Selain aspirin, obat antiinflamasi non steroid lain seperti indometasin, ibuprofen, fenil butaxzon, asam mefenamat dan piroksikam juga dapat menjadi pencetus asma, terutama bagi yang alergi terhadap asam salisilat.
Selain itu, bagi yang alergi terhadap asam salisilat kemungkinan juga alergi terhadap bahan kimia seperti tartrazin, suatu zat pewarna kuning yang dipakai pada makanan dan obat-obatan, atau sodium benzoat yang biasanya dipakai sebagai pengawet makanan atau minuman.
Obat golongan penghambat beta juga dapat menjadi pencetus asma.


Bahan iritan dan asma.

Bahan iritan pencetus asma mencakup : bau cat, hair spray, parfum, semprot nyamuk, bahan kimia lain, asap rokok ( menjadi yang utama ), udara dingin, air dingin dan lain-lain.
Beberapa alergen dapat bertindak sebagai iritan, misalnya pollen.
Beberapa iritan seperti ozon dan bahan industri kimia dapat meningkatkan hiperreaktivitas bronchus dengan menimbulkan inflamasi.


Hubungan suhu tubuh rendah ( hipotermia ) dengan asma.

Orang yang menderita asma tubuhnya sangat sensitif sekali dengan keadaan lingkungan sekalipun.
Misalnya seorang penderita asma sedang berada dalam suatu ruangan tertutup dan tentunya tidak tahu tentang keadaan yang ada diluar sana.
Penderita langsung tahu bahwa mungkin diluar sana ada awan gelap dan mau turun hujan.
Mengapa bisa tahu ? asma yang dideritanya kambuh dan penderita merasakan sesak napas di dalam ruangan itu.
Jadi begitu perasanya seorang penderita asma walau tidak melihat lingkungan yang ada diluarnya.
Mungkin di tubuh penderita terasa dingin, suhu tubuhnya menurun walau tidak sampai hipotermia.

Jika suhu tubuh turun 1 derajat celsius saja, daya tahan pada tubuh kita dapat berkurang sampai 30 % nya.
Apabila suhu tubuh normal, maka sistem kekebalan dan sekresi hormon juga normal.
Kondisi suhu tubuh yang tinggi atau demam merupakan keadaan sistem kekebalan sedang bekerja untuk mengembalikan kelainan yang terjadi di dalam tubuh ke keadaan normal.
Sebaliknya, suhu tubuh rendah ( hipotermia ) merupakan kondisi menurunnya kemampuan sistem kekebalan sekaligus gangguan pengeluaran hormon.
Mengapa penurunan suhu ( hipotermia ) menyebabkan penyakit ?
Suhu tubuh sangat mempengaruhi daya tahan tubuh.
Jika daya tahan tubuh menurun, ia tidak bisa melindungi tubuh dari kuman ( bakteri ), virus, malfungsi kekebalan menyebabkan sistem malah merusak sistem tubuh itu sendiri, dan memicu munculnya penyakit.
Jika suhu tubuh turun 1 derajat celsius, daya tahan tubuh turun 30 %, tetapi sebaliknya jika suhu tubuh naik 1 derajat celsius daya tahan tubuh naik 500 - 600 % atau dengan kata lain, hanya dengan suhu tubuh yang naik 1 derajat celsius, daya tahan tubuh meningkat 5 - 6 kali lipat.
Upayakan suhu tubuh naik sesaat, kemudian mengupayakan suhu tubuh agar tetap tinggi secara berkesinambungan ( tetap hangat ).
Jika suhu tubuh tinggi, daya tahan tubuh meningkat, aliran darah menjadi lebih lancar dan aktivitas enzim meningkat.
Aliran darah yang lancar meningkatkan daya tahan tubuh karena sel darah putih yang memiliki fungsi kekebalan memang berada didalam darah.
Darah bertugas mengirim nutrisi dan oksigen ke sekitar 60 triliun sel yang membentuk tubuh, dan kemudian membawa pulang zat-zat buangan.

Pada penderita asma meningkatnya aliran darah sangat penting peranannya yaitu dalam upaya menyingkirkan mediator inflamasi dari saluran napas.
Jadi berbahagialah bila ada orang yang suhu tubuhnya tetap hangat ( bukan demam ), karena aliran darahnya lebih lancar dan aktivitas enzimnya lebih baik serta terhindar atau paling tidak jarang sakit.

Bersambung ke bagian V  ( lima ).

Kamis, 17 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan bagian ke III ( tiga ).

Faktor keturunan.

Sudah terbukti bila ke dua orang tua menderita penyakit alergi, maka kemungkinan 60 % dari anak mereka akan menderita penyakit alergi pula, baik asma, rhinitis, urtikaria, dermatitis atopik, atau bentuk alergi lainnya.
Bila hanya salah satu dari orang tua menderita penyakit alergi, maka kemungkinan 40 % dari anak mereka akan menderita alergi, sedangkan bila ke dua orang tua tidak menderita alergi, maka hanya 15 % kemungkinan anaknya menderita alergi ( baca teori genom dari dr. Sintosa Pujianto ).
Makin berat asma yang diderita seorang anak, makin besar pula kemungkinan terjadinya asma, hay fever, dan dermatitis atopik pada saudara-saudaranya apabila dibandingkan dengan kontrol atau keluarga dengan asma ringan.


Tersedak.

Bagi penderita asma, bila sedang makan dan terjadi peristiwa tersedak, baik pada waktu makan dengan sambil bicara atau akibat dari makan makanan pedas yang menyengat tenggorokan.
Serangan asma bisa langsung terjadi ( timbul ) dari akibat rangsangan sedakan itu.
Dan serangan dapat berlanjut menjadi berat bila tidak segera diatasi dengan cepat dan tanggap, misalnya langsung minum air hangat serta usahakan dalam keadaan rileks.



Kegemukan ( obesitas ) dan asma.

Dizaman serba mudah dan enak ini membuat banyak orang menjadi benar-benar keenakan.
Pada ujungnya kegemukan pun tak bisa dihindari lagi.
Hati-hati jika badan anda gemuk, karena kegemukan erat sekali hubungannya dengan asma.
Asma ternyata dapat memberikan kontribusi terhadap obesitas dalam beberapa cara.
Pengindap asma yang jarang berolahraga akan mudah mengalami obesitas.
Hal semacam ini paling sering disebabkan oleh pemakaian obat-obatan asma yang merangsang napsu makan, terutama golongan steroid.
Obesitas diperkirakan dapat menurunkan kerja otot diwilayah tenggorokan terutama otot-otot di bronchus, sehingga dapat mempersempit jalan udara.
Obesitas juga dapat merangsang untuk lebih sering mendapat serangan asma, disini daya tahan orang obesitas semakin menurun.


Hubungan kurang tidur dengan asma.

Tidur nyenyak pada malam hari adalah suatu yang sangat didambakan oleh banyak orang.
Tidur dibutuhkan setiap orang untuk kelangsungan hidup.
Tetapi ada beberapa orang yang kesulitan tidur, tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Bila kita kurang tidur, selalu terjaga atau bangun, maka pernapasan akan lebih cepat dan lebih dalam jika dibanding bila sedang tidur tentu lebih perlahan dan lebih dangkal.
Bila penderita asma sering begadang sampai larut malam, maka jumlah panas tubuh dan uap air yang dikeluarkan lewat pernapasan akan berlebihan sehingga terjadi pendinginan dalam saluran pernapasannya.
Bila hal semacam ini terjadi terlalu sering dan berulang-ulang dapat memicu timbulnya serangan asma.


Udara dingin sebagai pemicu asma.

Udara yang kita hirup adalah udara yang sudah dikondisikan sedemikian rupa dipakai untuk bernapas.
Udara disekitar ada yang dingin ada juga yang kering.
Saluran hidung secara otomatis mengatur kelembaban dan menghangatkannya.
Jika udara terlalu panas, hidung akan mendinginkannya.
Bulu-bulu hidung akan menangkap debu dan kotoran lainnya dalam udara.
Pada penderita asma udara dingin akan merangsang reaksi hipersensitivitas.
Tubuh penderita asma sangat sensitif, perangsangan akan mengeluarkan lendir dalam saluran pernapasan dan napas pun menjadi tak enak alias sesak.
Begitu juga bila udara terlalu kering, akan banyak debu-debu berterbangan dan memicu timbulnya reaksi alergi yang pada ujungnya terjadi sesak napas.


Asma dan faktor infeksi.

Sering kali penderita asma walaupun sudah diobati dengan obat-obat asma konvensional ataupun diobati dengan obat-obat dengan prosedur modern, tetapi masih tetap saja asmanya membandel dan tak mau pergi alias tak sembuh-sembuh.
Ternyata setelah diperiksa dokter ditemukan faktor infeksi yang berasal dari saluran napas bagian atas.
Biasanya yang paling umum penyakit radang tenggorokan ( Faringitis ) dan Amandel ( Tonsilitis ).
Ke dua penyakit ini paling sering sebagai pemicu dan memperberat serangan asma.
Disamping penyakit lainnya seperti rhinitis ( pilek-pilek ), infeksi rongga-rongga hidung ( sinusitis paranasalis ) dan infeksi-infeksi lain di saluran pernapasan.
Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, diwaspadai TBC paru sebagai faktor infeksi yang memicu serangan asma.
Infeksi dapat menjadi faktor pencetus asma, misalnya infeksi karena virus, jamur, bakteri, mikoplasma dan parasit.
Hubungan asma dengan infeksi dapat diterangkan sebagai berikut :
Seseorang yang sedang menderita radang tenggorokan ( faringitis ) terinfeksi sampai daerah bronchus akan menimbulkan kerusakan epitel bronchus sehingga memudahkan absorbsi dan pajanan alergen pada reseptor di epitel bronchus.
Dapat juga terjadi penurunan fungsi reseptor adrenergik beta sehingga terjadi ketidakseimbangan saraf otonom dan fungsi kolinergik menjadi lebih dominan, dan mengakibatkan hipersensitivitas bronchus.
Selain itu infeksi virus menimbulkan produksi interferon yang dapat meningkatkan pelepasan mediator alergi.
Infeksi virus juga dapat menginduksi pembentukan antibodi Ig E.
Sinusitis dan infeksi saluran napas bagian atas dapat memperberat serangan asma, bahkan dapat menjadi penyebab asma kronik.



Asap dapur dan asma.

Bagi yang gemar memasak, dapur adalah tempat yang paling disukai, kalau perlu dapur dibuat sedemikian indah supaya lebih betah lagi berlama-lama.
Tetapi harus hati-hati bagi penderita asma, asap dari masakan atau gorengan dapat memicu serangan asma, pasalnya asap dapat merangsang hidung untuk bersin-bersin dan pada akhirnya akan terjadi sesak napas.
Jadi yang merasa penderita hendaknya jangan terlalu sering bermain di dapur.


Asap rokok dan asma.

Di Indonesia sampai sekarang belum ada aturan dilarang merokok secara nasional.
Terkadang orang begitu leluasa merokok seenaknya di ruang-ruang publik yang biasa dikunjungi banyak orang seperti restoran, cafe, gedung bioskop, mall, bus kota, angkot dan seterusnya dengan wajah seakan tanpa dosa dan sangat cuek atau acuh saja.
Asap rokok sarat mengandung beberapa partikel beracun yang dapat dihirup dan meracuni tubuh dengan perlahan tapi pasti.
Asap rokok dapat menyebabkan kerusakan epitel bersilia, menurunkan klirens mukosilier, dan menekan aktivitas fagosit serta efek bakterisid makrofag alveoli sehingga terjadi hiperreaktivitas bronchus.
Asap rokok bila mengenai penderita yang sangat sensitif seperti penderita asma, akan langsung menimbulkan reaksi menjadi sesak napas, bahkan bisa mengancam jiwa.
Terlebih lagi bila penderita asma juga perokok itu sama saja dengan bunuh diri namanya.


Makanan sebagai pemicu asma.

Ada beberapa makanan dari hasil pengamatan penulis yang kerap menimbulkan serangan asma diantaranya :
Daging kambing ( diolah dalam bentuk apapun ), kacang, sea food, sambal terlalu pedas, coklat, petai, jengkol, buah sirsak, es, durian, bumbu-bumbuan yang terlalu tajam disini termasuk rempah-rempah, telur asin dan ikan asin ( ikan yang diawetkan ).

Olahraga dan asma.

Latihan fisik / olahraga yang perlu diwaspadai bagi penderita asma.
Lari cepat, efeknya dapat langsung terjadi serangan, dan berolahraga di udara dingin serta kering berdebu ( berpolusi ).
Bila lari dengan frekuensi sedang di udara yang hangat dan lembab serangan jarang sekali timbul.
Olahraga yang dianjurkan bagi penderita adalah berenang dan bersepeda.


Stres dan asma.

Stres sepertinya sangat sulit untuk dihindari paling tidak meminimalkan tekanannya.
Stres akan dialami oleh setiap orang, misalnya saja seorang yang sedang menempuh pendidikan mengalami stres yang cukup menekan ditambah tempat tinggalnya yang berudara dingin, asmanya pun akan ikutan bertambah sering kambuh.
Lain lagi bila orang tersebut walau menempuh pendidikan tetapi tinggalnya didaerah panas dengan kelembaban cukup, asmanya pun akan banyak berkurang kekambuhannya, bahkan bisa menghilang.
Stres-stres yang lain masih banyak yang terkait dengan kambuhnya asma.
Stres bila kadarnya tidak terlalu berat dapat merangsang ketajaman berpikir dan menyehatkan otak,karena otak memerlukan rangsangan yang berkesinambungan.

Bersambung ke bagian IV ( empat ).

Jumat, 11 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan bagian II ( dua ).

Asma dan Kehamilan.

Kehamilan adalah suatu kondisi yang normal dan biasanya dialami oleh wanita diusia reproduksi, namun tidak semua ibu hamil dalam keadaan sehat.
Bagaimana jika ibu yang sedang hamil itu menderita asma ?
Pada ibu hamil terjadi perubahan pada berbagai fungsi tubuhnya, tentunya hal ini sebagai kompensasi dalam mempersiapkan adanya kehidupan baru didalam rahimnya.
Di mulai dari penyesuaian fungsi jantung, hati, ginjal, paru-paru dan organ lainnya.
Tentunya hal yang demikian ini akan membuat penderita asma yang sedang hamil, mendapatkan beban yang lebih berat, jika dibandingkan penderita asma yang tidak dalam kondisi hamil.
Untuk cara penanganan dan pencegahannya, baik pada yang sedang hamil maupun yang tidak, semua hampir sama.

Asma dalam kehamilan terdapat sekitar 4 - 8 % dari seluruh kehamilan.
Serangan asma biasanya timbul pada usia 24 - 36 minggu kehamilan, dan sangat jarang diakhir kehamilan.
Tidak semua ibu hamil mengalami perburukan dengan asmanya.
Menurut hasil penelitian, sepertiga penderita asma yang hamil kondisinya membaik, sepertiga lagi memburuk dan sepertiga lagi tetap sama kondisinya seperti sebelum hamil.
Ibu hamil sebaiknya dapat mengenali gejala perburukan asma, seperti napas yang berbunyi mengi ( seperti bunyi anak kucing ) yang biasa dikenal dengan istilah wheezing, disertai dengan batuk-batuk dan napas sesak.
Dapat disertai rasa berat di dada, terjadi penurunan fungsi paru pada pemeriksaan dengan alat spirometri dan gerakan bayi berkurang.
Serangan asma ini, jika berlanjut pada ibu hamil akan membahayakan kondisi ibu dan janin yang dikandung.
Asma yang tidak terkontrol akan menyebabkan keguguran, kematian bayi, pertumbuhan bayi terhambat, kelahiran prematur, kecacatan, preeklamsia dan kelainan bawaan ( kongenital ).
Dikarenakan pada ibu hamil tersebut terjadi kekurangan oksigen ( hipoksia ), sehingga aliran darah dari rahim ke plasenta yang membawa oksigen dan zat-zat gizi menjadi berkurang.

Asma pada kehamilan dikatakan terkontrol, bila melakukan aktivitas harian tidak terganggu, fungsi paru normal, keluhan ringan dan tidak ada serangan akut.
Asma timbul bila ada faktor pemicu yang merangsang saluran pernapasan.
Pengobatan asma pada kehamilan bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah serangan asma yang mengakibatkan hipoksia serta melindungi janin dari efek samping obat.
Obat yang masih diperoleh pada penderita asma dengan kehamilan adalah golongan agonis dengan kerja obat singkat untuk melebarkan saluran napas seperti terbutalin dan albuterol.
Pemberian kortikosteroid sebagai anti peradangan ( anti inflamasi ) terutama dari golongan obat semprot hidung / hirup, penghambat reseptor leukotrien LTD 4 sebagai pencegah serangan asma dan xantin untuk melebarkan saluran napas seperti aminophylin dan theophylin.
Pada pemakaian theophylin harus dipantau kadarnya di dalam darah.
Obat anti asma umumnya tidak berpengaruh buruk pada janin kecuali adrenalin.
Adrenalin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dari ibu ke janin, sehingga aliran oksigen dan nutrisi terganggu dan dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.
Obat asma yang dihirup telah diteliti cukup aman untuk ibu hamil yang menderita asma.
Yang perlu diingat akibat asma yang tidak terkontrol akan menjadi lebih buruk, ketimbang efek samping akibat penggunaan obat asma.
Sebenarnya bila tidak dalam keadaan serangan si penderita dapat melahirkan dengan normal.
Cara penanganan yang baik akan menghasilkan kelahiran yang baik pula.
Jika si penderita mengalami serangan pada waktu persalinan dapat dibantu dengan alat bantu persalinan.
Untuk melakukan operasi caesar atas indikasi asma sangat jarang dilakukan atau hampir tidak pernah dilakukan.
Sebaiknya sebelum ada tanda-tanda sesak napas, atasi dulu asmanya.

Ada beberapa hal yang perlu dihindari pada penderita asma :
- Merokok.
Disini sangat tidak diperbolehkan baik yang aktif maupun yang pasif.
Sebab pengaruhnya pada kelahiran bayi sebelum waktunya alias prematur dan dapat terjadi perdarahan lebih dari yang biasanya bila perempuan itu perokok
Rokok juga dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan kurang.
Kebanyakan bayi yang lahir dari seorang perempuan perokok akan berisiko lebih besar menderita asma dan infeksi saluran napas.

- Latihan.
Latihan fisik yang ringan seperti jalan kaki di pagi hari dan berenang dapat membantu selama hamil.

- Menjaga lingkungan dari faktor pemicu seperti debu rumah, karpet, udara dingin ( AC ), asap rokok, polusi kendaraan bermotor, bau parfum yang menyengat, bulu hewan peliharaan.

- Hindari stres.

- Hindari makan dan minum yang dapat memicu alergi.
Mengenai soal makanan dan minuman buat ibu yang sedang hamil tidak perlu sampai berpantang terlalu ketat atau sampai ketakutan yang tidak berdasar, karena jika asupan makanan berkurang akan memicu malnutrisi pada ibu hamil dan malnutrisi itu sendiri dapat meningkatkan risiko asma.
Pematangan paru yang tidak sempurna dapat berpotensi menjadi asma.
Pada teori lama para ahli menganjurkan untuk melakukan pantangan beberapa jenis makanan seperti susu sapi, seafood, kacang tanah, telur, coklat dan seterusnya sejak masa kehamilan.
Tetapi dari hasil penelitian, ternyata hasil pencegahan alergi pada ibu yang berpantang terhadap beberapa jenis makanan tersebut selama hamil tidak berbeda makna dengan yang tidak berpantang, malah dapat berakibat bayinya lahir dengan berat badan rendah, oleh sebab itu para ahli sepakat untuk tidak menganjurkan berpantang makanan selama hamil.
Tetapi haruslah hati-hati bagi sang ibunya sendiri yang memang sudah menderita asma.

- Lakukan konsultasi dan pemeriksaan asma secara teratur.

- Diwajibkan membekali diri pengetahuan tentang asma dan alergi dengan membaca buku kesehatan.

- Jangan lupa bawalah selalu obat asma setiap saat.



Asma pada anak usia dini.

Asma pada usia yang lebih muda ; bayi, balita, dan anak prasekolah, lebih menuntut perhatian orang tua karena kemampuan komunikasi masih terbatas dan lebih sulit untuk memantau pola pernapasannya.
Anak kelompok usia ini lebih berisiko mengalami gagal pernapasan.
Dari hasil penelitian 50 - 80 persen anak mengindap asma di usia 4 ( empat ) tahun.
Asma menunjukkan penurunan simtom menjadi lebih ringan seiring dengan bertambahnya usia, menginjak usia prasekolah atau remaja.
Tetapi masih ada juga anak yang akan terus memiliki kondisi asma sepanjang masa.
Selama bertahun-tahun banyak orang berpikir bahwa asma pada anak berasal dari riwayat keluarga dengan asma dan alergi.
Namun, para peneliti saat ini sedang meneliti bagaimana sebuah infeksi virus di tahun-tahun awal kehidupan dapat terhubung dengan asma pada anak dikemudian hari.
Perlu diingat setengah dari semua anak dengan asma pada umumnya telah mengembangkan simtom sebelum ulang tahun pertamanya.
Semakin cepat gejala asma dikendalikan, semakin baik perjalanan penyakit yang diperoleh, baik bagi anak maupun keluarganya.

Penelitian di Australia mempelajari hubungan asma dengan penyakit pernapasan.
Diperoleh bahwa : melindungi bayi dengan alergi dari infeksi virus dapat mencegah berkembangnya asma persisten di kemudian hari.
Dalam sebuah penelitian terhadap 198 anak usia enam bulan sampai lima tahun yang terkena infeksi viral saluran pernapasan dari Rhinovirus atau RSV ( Respiratory Syncytial Virus ).
Ditemukan bahwa mereka pernah berinteraksi dengan alergi di awal masa bayi mereka.
Temuan ini kemudian dikaitkan dengan " Risiko Maksimal " untuk asma berkonsekuensi alergi.


Asma pada anak usia sekolah.

Anak asma pada usia ini sungguh kasihan dan menanggung konsekuensi yang berat bagi dirinya.
Karena disamping kerapnya gejala asma timbul, anak juga sering tidak masuk sekolah dan imbasnya ke pelajaran disekolah selalu tertinggal.
Pada penelitian 75 persen dari individu dengan asma biasanya sudah menunjukkan simtomnya sebelum dia menginjak usia 7 tahun.
Sebagian dari mereka tidak lagi mengalami asma begitu menginjak usia 6 tahun.
Tetapi asma tetap menjadi kondisi yang biasa dialami oleh anak usia 6 sampai 12 tahun
Kebanyakan anak akan membaik seiring dengan bertambahnya usia, dan lebih dari setengahnya ada yang bahkan bebas mengi saat mereka menjadi orang dewasa.
Namun, lebih dari 80 persen dari mereka yang telah bebas gejala, masih mempunyai beberapa masalah bronkial dan ada yang kembali mengembangkan asma.
Setiap orang tua hendaknya belajar tentang kondisi anaknya sehingga sedapat mungkin anak tidak sampai dirawat inap di rumah sakit.

Bersambung ke bagian III ( tiga ).

Minggu, 06 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan. ( Uraian tentang asma secara singkat, jelas dan gamblang ).

Pendahuluan.

Dan saya pun mempunyai alasan khusus, mengapa menulis tentang asma, sedangkan penyakit lainnya juga perlu perhatian.
Asma saya angkat dalam tulisan ini, dikarenakan jumlah penderitanya di dunia ini semakin membesar.
World Health Organization sendiri  mencatat lebih dari 250 juta orang di dunia yang menderita gangguan pernapasan ini.
Prevalensi ini semakin mengkuatirkan, karena setiap tahun bertambah 200 ribu penderita baru.
Sampai-sampai WHO menaruh perhatian besar terhadap penyakit ini dan diperingatinya tiap tanggal 7 mei sebagai World Asthma Day.
Peringatan seperti itu dapat diartikan mengandung seruan pada semua pihak agar mengurangi pencemaran udara, dikarenakan polusi udara yang dihasilkan dari asap rokok, pembakaran mesin kendaraan bermator dan asap industri, semua menjadi faktor yang ikut andil dalam pencetusan / alergen terjadinya asma.
Jadi tak perlu heran, apalagi terheran-heran jika saya mengangkat tulisan tentang asma ini.
Dikarenakan asma makin hari, makin menjadi persoalan masyarakat luas, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Di Amerika Serikat kasus asma meningkat 200 persen, selama kurun waktu 25 tahun terakhir dengan tingkat prevalensi 30 persen.
Sedangkan di Australia, prevalensi asma meningkat menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun dan 30 persennya kasus asma terjadi pada usia anak-anak.
Untuk Indonesia sendiri, jumlah penderita asma, tercatat sampai tahun 2011 mencapai 23 juta orang, termasuk 15 persen diantaranya anak-anak dibawah 18 tahun dengan tingkat prevalensi 9 persen.
Angka-angka ini akan meningkat setiap tahunnya.
Prevalensi penderita alergi lebih besar pada anak-anak ketimbang orang dewasa.
Sebab anak-anak lebih sensitif terpapar alergen dan sebagian lagi karena penyakit bawaan ( genetik ).

Bertambah banyaknya penderita asma juga karena dipicu oleh gaya hidup Barat yang pengaruhnya sampai ke berbagai negara.
Sebagai contoh soal :
Masyarakat lebih banyak menggunakan karpet pada lantai rumah, pemberian mainan boneka pada anak, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak serta banyak mengandung vetsin ( MSG ).
Gaya hidup seperti itu dapat menimbulkan kegemukan ( obesitas ).
Kelebihan berat badan itulah yang menjadi faktor munculnya hipersensitivitas saluran napas, tentunya bakal berujung pada munculnya serangan asma.

Pada penelitian terbaru dikatakan obesitas dapat meningkatkan risiko dan memperberat asma empat kali lipat.
Kecenderungan seperti ini banyak terjadi pada anak-anak yang tinggal dirumah dengan kebiasaan kurang gerak ditambah dengan memakan makanan berat akibatnya berat badan bertambah.
Asma ini memang merupakan penyakit yang sangat populer dikalangan medis dan masyarakat luas.
Insidensinya meningkat diseluruh dunia terutama pada anak-anak sehubungan dengan kemajuan industri dan meningkatnya polusi.
Tanpa penanganan asma yang optimal, perjalanan penyakitnya cenderung progresif dengan diselingi fase tenang dan fase kekambuhan yang mendadak ( eksaserbasi ).
Makin seringnya serangan asma pada masyarakat adalah suatu pencerminan kegagalan dari suatu terapi.
Dikarenakan di masyarakat kita sudah terbiasa dengan rayuan iklan di media masa dan membelinya sendiri obat-obat asma sesuai pilihannya.
Pasien asma juga sudah terbiasa dengan sesak yang dialaminya.
Pasien asma seringkali merasa rendah diri dan tidak suka bila orang mengetahuinya.
Biasanya pasien asma akan berusaha untuk menutupi gejala sesaknya dengan mengatur pernapasannya dan berbicara terputus-putus sesuai kemampuan napasnya.

Cara pengelolaan asma yang baik tidak hanya berpesan kepada penderita bahwa memakai obat asma bila merasa sesak napas, dan menyetopnya bila tidak lagi merasa sesak.
Cara semacam ini sama sekali tidak menguntungkan bagi penderita, diagnosis asma ditegakkan berdasarkan cara evaluasi yang objektif, dan pengelolaan awal serta lanjutannya juga harus berdasarkan metode yang objektif.
Mudah-mudahan dengan berjalannya waktu, tindakan yang tepat dan terencana dalam pengelolaan asma akan lebih baik lagi.



Elemen mineral dan asma.

Masalah gigi seringkali luput dari perhatian orang.
Ternyata dari gigi dapat menjadi petunjuk dikelak kemudian hari akan mendapatkan penyakit asma atau tidak.
Dari hasil penelitian di University of Bristol menyebutkan bahwa bayi yang kekurangan zat besi dan selenium di dalam kandungan, akan berisiko menderita sesak napas pada masa kanak-kanaknya, dan bisa berkembang menjadi asma di usia remaja nanti.
Penelitian itu diberi nama " Avon Longitudinal Study of Parents and Children " ( ALSPAC ) telah menganalisis 12.000 gigi susu anak-anak yang terdiri dari 250 anak pengindap asma dan 250 anak bebas asma.
Gigi susu sudah mulai berkembang sebelum kelahiran terjadi.
Dari lapisan enamel bisa dilacak elemen kandungan mineral bayi.
Dari kandungan elemen ini akan terlihat risiko jenis penyakit yang akan diderita bayi kelak.
Ternyata setelah diteliti banyak penyakit kronis yang sudah mulai tumbuh sebelum bayi dilahirkan.
Petunjuk yang didapat dari gigi susu akan membantu pakar dibidang medis untuk mengenali sejauh mana gangguan sesak napas dan asma pada sistem imunitas.
Dari sini dapat dilihat kandungan gizi mana yang harus diperbaiki, sehingga sejumlah penyakit dapat dihindari atau paling tidak diperkecil risikonya.
Dari hasil penelitian itu membuktikan bahwa jika kandungan selenium tinggi saat ibu hamil akan membuat bayi terhindar dari sesak napas.
Sedangkan bila kandungan zat besi tinggi akan berefek pada bayi bebas dari risiko asma.
Jadi perlu diingatkan kembali harus mengonsumsi dengan kadar yang cukup zat besi dan selenium agar bayi terhindar dari sesak napas dan asma.


Konsumsi buah dan asma.

Buah- buahan memang kaya vitamin dan mineral.
Sudah sejak dahulu nenek moyang kita mengajarkan makan buah dan sayur agar tubuh sehat dan awet muda.
Buah dijaman modern ini sedang menjadi sorotan para ilmuwan.
Para peneliti di Cornell University menemukan dari 7500 anak yang darahnya mengandung lebih tinggi kadar vitamin C, selenium, beta karoten ( semuanya komponen antioksidan ) mempunyai peluang 10 -20 % lebih kecil menderita asma dibanding anak-anak lainnya.
Sedangkan anak-anak yang mempunyai kontak lebih berat dengan lingkungan polusi ( misalnya asap rokok dan kendaraan bermotor ),  mempunyai peluang 50 % lebih kecil untuk menyandang penyakit kronis itu.
Para peneliti berpendapat, antioksidan berperan dalam mengurangi inflamasi atau pembengkakan serta melindungi saluran napas anak.
Untuk memperoleh khasiat ini tambahkan buah kaya vitamin C seperti stroberi, jambu biji merah, jeruk, mangga, nanas atau buah kesukaan anak.
Beta karoten bisa didapat dari sayur dan buah berwarna merah misalnya mangga, semangka dan dari jenis sayur yaitu wortel.
Sedangkan selenium, bersumber dari kacang-kacangan dan ikan.


Interaksi gen dan lingkungan pada asma.

Pada penderita asma sering didapatkan pengkatan Ig E dan bronchus yang hiper responsif.
Ke dua keadaan ini diduga berkaitan dengan faktor gen.
Asma dapat dianggap sebagai penyakit yang timbul akibat interaksi gen dan lingkungan.
Menurut Howard, faktor genetik yang berinteraksi dengan lingkungan yang berubah-ubah dapat menentukan gambaran klinis asma.
Misalnya faktor pengaruh lingkungan ; selama dalam kandungan, alergen dalam suatu ruangan, infeksi pernapasan ( virus ), asap tembakau ( polutan ), masalah diet.

Penelitian gen pada asma menunjukkan keterlibatan kromosom yang mengandung gen yang mempengaruhi asma, atopi, atau keduanya.
Peningkatan Ig E atau keadaan atopi dikaitkan dengan kromosom 5 q, 11 q dan 12 q.
Penelitian dilakukan pada populasi orang Jerman, Inggris, dan Karibia.
Inflamasi kronik pada asma diperkirakan dapat menimbulkan perubahan bentuk pada saluran napas, karena disini terjadi kerusakan epitel bronchus, kerusakan terjadi pada sel-sel kolumner dapat mencapai 45 %.
Perbaikan saluran napas dimulai dengan penempatan matriks fibrin / fibrinogen dan deferensiasi sel epitel.


Bersambung ke bagian ke II ( dua ).