Minggu, 07 Agustus 2011

Jika " burung gagak " tak tegak lagi.

Jika sang "burung " sudah tidak mungkin lagi melakukan kuat angkat dan menjalankan tugasnya dengan baik, itu pertanda si " burung " sudah tak bisa diandalkan lagi alias sudah loyo dalam melakukan tugas.
Mungkin sudah bosan dengan pekerjaan rutinnya atau ada sesuatu yang dapat membuat si " burung " jadi menderita.
Istilah impotensi berarti ketidakcukupan ereksi yang tidak memungkinkan terjadinya persetubuhan yang adekuat.
Yang jelas apa yang dianggap adekuat oleh seorang pria belum tentu dianggap demikian oleh pria lain.
Bagi pria yang berusia enampuluhan yang telah menikah selama 30 tahun, mungkin tidak begitu cemas akan ereksi yang kurang dibandingkan dengan pria berusia limapuluhan yang baru saja bercerai.
Suatu ereksi yang adekuat memerlukan jaringan korpora yang erektil, yaitu yang mendapat cukup perfusi, di bawah kontrol saraf yang utuh, dalam lingkungan hormonal yang normal, serta status psikoseksual yang adekuat.

Di Amerika Serikat ( 1992 ), definisi impoten lebih diperluas lagi, mulai dari ketidakmampuan ereksi, periode ereksi, sampai kriteria yang lebih luwes yaitu ketidakmampuan ereksi yang memberikan kepuasan seksual.
Impotensi sering timbul akibat dari gangguan psikologis dan gangguan organik seperti kelainan saraf, pembuluh darah, putusnya hubungan saraf akhir ( ujung ) di preputium, dan penyakit diabetes melitus.

Pada mulanya banyak orang menduga, bahwa 90 persen kasus ED ( Erectile Dysfunction ) disebabkan oleh kejiwaan atau psikogenik.
Tetapi dalam berbagai penelitian dibuktikan, bahwa impoten lebih disebabkan oleh gangguan organik terutama penyakit diabetes melitus.
Pada penelitian disebutkan sebanyak 60 persen penderita diabetes dipastikan menjadi impotensi.
Di Indonesia belum ada data yang pasti mengenai penderita impotensi, dikarenakan kalau berbicara mengenai seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Penderita biasanya mencari obat-obatan alternatif berupa ramuan-ramuan jamu, suplemen, serta obat-obatan lain yang dianggap dapat mendongkrak atau paling tidak membangkitkan lagi si " burung " yang sudah loyo itu.

Ada beberapa penyebab impotensi diantaranya :
1. Gangguan neurologik ; sklerosis multiple, penyakit parkinson, epilepsi, spina bifida, cedera medulla spinalis, tabes dorsalis, pemotongan kulit preputium ( ujung penis ) dan tumor.
Masalah pemotongan kulit preputium ( ujung penis ) masih menjadi perdebatan para ilmuwan, dikarenakan bukti-bukti klinis masih tersamar, apakah murni karena pemotongan kulit preputium atau adanya penyebab lain yang ikut berperan seperti penyakit penyerta dan konsumsi obat-obatan pembangkit gairah seks.
Secara keilmuan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kulit genital dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis.
Saraf ini terdiri atas somatic afferents daerah kulit genital dan daerah perigenital yaitu melalui nervus pudendalis ke saraf perianal dan saraf serotal termasuk saraf di dorsal penis, sedangkan viceral afferents berasal dari kandung kemih melalui serabut parasimpatis diteruskan menuju ke radix sacralis 2 - 4, kemudian ke saraf-saraf di daerah pelvis yaitu saraf erigentes.
Setelah mengadakan synaps di plexus prostat, vesica seminalis, vasdeferens dan terutama di pembuluh darah di corpora cavernosa yang dapat menyebabkan terjadinya vosodilatasi arteri-arteri di penis dan penutupan vena-vena di penis, berakibat pembesaran corpus cavernosa dan terjadi ereksi.
Disekitar ujung kulit preputium terdapat banyak synaps serabut-serabut saraf parasimpatis yang merupakan susunan saraf perifer yang mengatur sensasi rasa dan ereksi penis.
Jika bagian ujung itu dibuang atau dipotong akan menimbulkan gangguan sensasi rasa ( sensorik ) dan lama kelamaan diikuti oleh gangguan ereksi, dikarenakan hubungan saraf-saraf yang mengatur terisinya darah pada pembuluh darah di corpus cavernosa fungsinya terganggu.
Jadi dapat terjadi gangguan ereksi dan gangguan pembesaran penis yang menjurus ke arah impotensi.

Proses ejekulasi ( pengeluaran air mani ) tidak ada masalah, masih berjalan normal.
Jadi tidak mempengaruhi kontraksi prostat, vesica seminalis dan urethra pada pria dikarenakan
proses ejekulasi dipersarafi oleh sistem simpatis yang berasal dari columna intermedio lateralis medulla spinalis thoracal X - lumbal II.
Kemudian menjadi nervus hypogastricus untuk melayani kelenjar prostat, testis, vasdeferents dan vesica seminalis.
Aktivitas saraf simpatis ini terutama untuk mengatur proses ejekulasi dan sebagian kecil serat-serat ereksi yang berjalan di dalam plexus hypogastricus ( Thoracal X - lumbal II ) juga berperan dalam proses ereksi.

2. Penyakit Vaskular ; Diabetes melitus, aterosklerosis, sindroma iliaka eksterna, trauma dan pembedahan.
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang paling tersering ditemukan dalam praktek sebagai penyebab impotensi ( 60 persen ).
Oleh karena itu harus diwaspadai kehadirannya.
Tetapi bagaimana cara glukosa ( gula ) berperan dalam impotensi? dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya di dalam darah selalu dalam batas aman, baik pada keadaan puasa maupun sesudah makan.
Kadar glukosa selalu stabil 70 - 140 mg/dl.
Pada keadaan DM, tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah menjadi kacau.
Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa ( glukoneogenesis ) di hati tidak dapat dihambat ( karena insulin kurang/ relatif kurang ) sehingga kadar glukosa darah dapat semakin meningkat.
Akibatnya terjadi gejala-gejala khas DM, yaitu poliuria ( banyak kencing ), polidipsia ( banyak minum ), lemas, berat badan menurun.
Kalau dibiarkan berlarut-larut, akan merembet ke jalur-jalur saraf terutama saraf-saraf otonom ( simpatis dan parasimpatis ) dan saraf-saraf tersebut menjadi rusak sehingga tidak dapat melakukan fungsinya lagi.
Akibatnya berpengaruh terhadap organ-organ yang dipersafinya salah satunya dapat menyebabkan impotensi.

3. Pembedahan ; Reseksi abdomino - perieal, trauma pelvis.

4. Penyakit sistemik ; neoplasma, gagal ginjal kronik, gagal fungsi hati, penyakit paru kronik, penyakit jantung, penyakit endokrin.

5. Gangguan psikologis ;
Terkadang persoalan pria sering bersifat psikologis, ia sanggup bereaksi, tetapi bukan sewaktu ia menghendakinya.
Banyak pria membutuhkan lebih dari pada kepercayaan diri untuk mendapat ereksi.

6. Obat-obatan ; alkohol, penyalahgunaan obat,antihipertensi, antidepresan, antipsikotik, dan perangsang seks.
Obat-obatan perangsang seks, baik berupa pil atau suntikan yang bisa membuat si " burung " gagak tegak terus dan dapat bertahan lama sampai empat jam atau lebih.
Akan berakibat lebih buruk bagi si pemakai, dikarenakan dapat merusak jaringan sekitar penis dan sel otot, sehingga fungsi ereksi makin terganggu.
Lama kelamaan, karena di daerah penis merupakan daerah end arteri ( pembuluh arteri yang buntu ) bisa berakibat nekrosis ( aliran darah berhenti dan membeku lalu mengering ), jaringanpun akan mati, yang pada akhirnya akan lepas ( potong ) dan membusuk.

Impotensi pada kasus-kasus yang menggunakan radiasi, lebih disebabkan oleh berkurangnya kadar testosteron ( bila testis terletak dalam lapangan radiasi ), keadaan ini terjadi pada paparan dosis radiasi yang tinggi, seperti pada radiotherapi kanker prostat yang lanjut dapat menyebabkan impotensi dalam satu tahun setelah pengobatan.

Impotensi juga dapat terjadi pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol dan sebelum pemakaian obat-obatan, aterosklerosis dan diabetes melitus.

Ada beberapa obat-obatan yang mengganggu ereksi dan dapat berakibat menjadi impotensi diantaranya ; alkohol, semua depresan sistem saraf pusat, obat-obatan pendongkrak gairah seksual ( aprodisiak ), digoksin, antikonvulsan, dan metoklorpramide HCl menyebabkan hiperprolaktinemia dengan gangguan fungsi seksual sekunder.

Pada kasus-kasus impotensi, sekitar 5 persen memiliki kadar testosteron serum rendah, kasus seperti ini masih tergolong kasus impotensi yang mudah diatasi.

Sebagai perumpamaan, jika kita memiliki sebuah mobil, kita menginginkan mobil itu dapat bertahan lama ( awet ), tentunya jika mobil dipelihara dengan baik.
Begitu juga dengan penis dapat dibuat untuk tahan lama ( awet ), dengan jaminan seumur hidup.
Untuk memeliharanya dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Kurangi makanan berlemak.
Apa yang buruk bagi jantung, buruk pula bagi penis.
Sejumlah pembuluh darah penis lebih kecil diameternya dari pada kepala jarum, dan bahkan sumbatan-sumbatan kecil dapat menimbulkan perubahan-perubahan besar pada aliran darah.
Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh, karena mencegah berkumpulnya timbunan-timbunan lemak, dapat menolong menjaga arteri-arteri itu tetap terbuka.

2. Turunkan berat badan.
Laki-laki yang berbadan gemuk akan sangat mudah terkena penyakit jantung, dan sangat mudah pula terkena penyakit diabetes ; kira-kira separo kaum pria yang mengindap kencing manis akan menjadi impoten juga.
Lebih-lebih lagi, kegemukan dapat menimbulkan tekanan darah tinggi.
Penyakit itu, bersama dengan obat-obatan untuk mengatasinya, dapat juga menimbulkan impoten.

3. Olah raga.
Dengan olah raga yang teratur dan terukur akan menolong arteri-arteri tetap terbuka dan siap bekerja.
Dalam sebuah studi, para peneliti menemukan 78 pria sehat yang berolahraga tiga hingga lima jam seminggu memiliki kehidupan seksual yang lebih banyak dan lebih baik dari pada pria yang tidak berolahraga.

4. Berhenti merokok
Pada penelitian baru-baru ini di Amerika Serikat menyimpulkan pria perokok kurang menyukai hubungan badan atau seks ketimbang rokok itu sendiri.
Hal ini disebabkan oleh tembakau mengandung bahan-bahan yang menyebabkan pembuluh-pembuluh darah mengerut, dengan demikian mengurangi aliran darah ke penis.

5. Minuman keras / beralkohol.
Minuman keras / beralkohol dapat dengan cepat menekan susunan saraf pusat, akibatnya melumpuhkan seluruh sistem persarafan.
Shakespeare pernah menulis dalam Macbeth, minuman keras " menimbulkan gairah, tetapi melenyapkan semangat kerja ".

6. Waktu pagi hari.
Hormon seksual testosteron meningkat sampai puncak kadarnya setelah tidur nyenyak semalaman.
Di pagi hari dengan suasana hati yang nyaman dan teduh, paling tepat untuk melakukan hubungan badan atau seks.
Menurut penelitian ( akhir juni 2011 ) di Amerika Serikat, masa subur seorang pria adalah di pagi hari. ( Ayam berkokok, burung juga berkicau ).
Hal ini dikarenakan kadar testosteron paling tinggi di pagi hari.

7. Masalah usia.
Sewaktu pria bertambah usia, akan dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai ereksi.
Harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkan ereksi berikutnya.
Hal ini tidak berarti sudah menuju ke impoten, hanya sekedar bersabar sedikit.

Impotensi memiliki banyak permasalahan dan melibatkan banyak penyebab.
Yang terpenting untuk menangani impoten dimulai dari tiap pribadi.
Bersedia untuk menghadapi masalah-masalah ini, merupakan hal yang paling utama.
Trimakasih, Tuhan memberkati.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar