Selasa, 03 Januari 2012

Menunda Kehamilan, akan sulit punya anak.

Dapat dipahami di zaman modern seperti sekarang ini hampir semua orang khususnya di daerah perkotaan sudah dikondisikan dengan kesibukan yang supersibuk.
Dalam situasi seperti ini, sampai-sampai pasangan yang sudah menikah pun mencoba untuk menunda pempunyai keturunan.
Menunda kehamilan sepertinya dianggap sudah biasa bagi masyarakat yang supersibuk dan masih ingin mengejar karier untuk menduduki jabatan yang setinggi-tingginya dan mendapatkan penghasilan yang sebanyak-banyaknya.
Dengan alasan mumpung masih muda.
Tetapi jangan salah terka, apalagi salah dalam mengira.
Dengan menunda kehamilan bukan berarti tanpa risiko yang berarti bagi kaum wanita.
Ternyata menunda kehamilan dapat berisiko sulit mendapatkan keturunan atau dengan kata lain susah punya anak.
Apalagi jika sang usia sudah tidak muda lagi.
Kalau bicara tentang masalah kesuburan atau infertilitas memang paling sering menimpa pasangan yang menunda kehamilan.
Sebagai penjelasannya ; bagaimanapun sperma sesungguhnya benda asing bagi tubuh wanita.
Artinya, memang wanita tidak memiliki benda dengan jenis-jenis sifat kimia seperti air mani ( sperma ).
Secara umum manusia, dan mahluk hidup lainnya, memiliki sistem daya tahan tubuh sedemikian rupa yang dimaksudkan untuk menolak ( rejeksi ) segala macam benda asing.
Begitu juga sistem daya tahan tubuh wanita akan menolak benda asing apa saja yang masuk ke tubuhnya, termasuk sperma.
Maka sperma yang masuk bukan pada masa subur akan menerima penolakan oleh antibodi yang terbentuk.
Mengapa demikian ?
Paparan sperma yang terus-menerus, akhirnya akan membentuk antibodi yang sangat tinggi.
Akibatnya, ketika sampai pada masa subur, dengan sistem daya tahan tubuh yang sudah terbentuk tadi ( antibodi yang terlanjur tinggi ), antigen sperma yang masuk akan menggumpal dan mati.
Sehingga tidak memungkinkan terjadinya pembuahan.
Begitu juga penundaan kehamilan dengan cara yang lain seperti : IUD atau spiral, pantang berkala, suntikan, susuk atau sampai yang namanya pil KB, memungkinkan terjadinya pembentukkan antibodi yang tinggi penyebab kemandulan, akibat tubuh wanita terus-menerus terpapar sperma.
Lalu pada saat si wanita tidak lagi memakai alat kontrasepsi, sperma yang masuk akan mengalami nasib yang serupa yaitu menggumpal dan mati.

Bagi pasangan suami-istri yang ingin menunda kehamilannya, dianjurkan lebih baik bila menggunakan kondom.
Alat kontrasepsi ini mampu melindungi organ wanita dari paparan sperma, sehingga tidak memungkinkan terbentuknya antibodi.
Namun akan lebih baik lagi jika tidak menunda-nunda kehamilan.
Bagi pasangan suami-istri yang berlama-lama menunda kehamilan, maka akan berakibat semakin sulit terutama bagi si istri untuk bisa mengandung.

Dalam hal kesuburan, usia yang paling baik pada kaum pria maupun wanita adalah antara 20 - 30 tahun.
Manusia diciptakan untuk bisa mempunyai keturunan ( anak ) sejak usia akil balik ( pubertas ).
Pada masa remaja itulah tingkat fertilitas yang tertinggi.
Tingkat kesulitan untuk bisa hamil ditentukan juga dari usia atau umur pasangan.
Dalam penelitian angka perkiraan kasar tingkat kesulitan mendapatkan anak mencapai kurang dari 10 % ( 1 dalam 9 kasus ), bagi wanita yang berusia 15 - 30 tahun.
Pada wanita yang berusia lebih dari 30 tahun angka tingkat kesulitannya lebih besar dari 10 %.

Kemandulan dan kemampuan untuk mendapatkan keturunan sangat ditentukan oleh peran si pria dan wanita serta faktor lainnya juga ikut berperan.
Jadi dalam kasus sulit punya anak ditentukan ke dua belah pihak.
Sejalan dengan bertambahnya usia, kesuburan pria dan wanita sama-sama cenderung menurun.
Hanya saja karena sperma yang dihasilkan testis berjumlah jutaan, maka kapan batas pria menjadi tidak subur lebih sulit ditentukan.
Kecuali jika si pria itu impoten alias burungnya sudah tak berfungsi lagi, maka jelaslah si pria itu menjadi tidak subur.
Berbeda ceritanya dengan wanita, yang hanya mengeluarkan satu telur setiap bulan.
Begitu tidak haid lagi, jelaslah si wanita tidak lagi subur.

Pembuahan, proses bertemunya sel sperma dan sel telur dapat terjadi dengan mudah, jika suami dan istri tidak mengalami gangguan.
Gangguan pada proses pembuahan, tidak melulu monopoli kaum wanita saja.
Gangguan ini bisa saja terjadi dari pihak pria maupun wanita.
Misalnya, kondisi sperma suami relatif bagus, sementara sel telur dari pihak istri tidak ada, atau dengan keadaan sebaliknya
Pada kasus keguguran ( pembuahan gagal menempel pada rahim ) juga termasuk gangguan ketidaksuburan

Penyebab infertilitas memang banyak sekali oleh karena itu para ahli dibidang reproduksi tidak mau menangani pasien wanita sebelum mengetahui data kondisi prianya terlebih dahulu.
Sebab dari pasangan suami-istri, hampir 30 % nya menderita infertilitas, 10 % diantaranya diderita pihak pria.
Dalam penelitian ada juga cabang olahraga yang dapat mempengaruhi kesuburan seorang wanita.
Seperti pada wanita yang sering melakukan olahraga lari jarak jauh ( marathon ), sering melakukan angkat beban berat dan berbagai macam olahraga berat lainnya, disini dapat berpengaruh pada berhentinya menstruasi, namun keadaan yang demikian tidak sampai menetap ( permanen ) dengan waktu yang lama.
Setelah berhenti melakukan olahraga itu, si wanita akan mendapatkan kembali mentruasinya.
Dan kesuburanpun dapat pulih seperti sedia kala.

Olahraga yang dianggap baik untuk kesuburan yaitu olahraga dengan intensitas rendah seperti renang, golf, jalan, atau sepeda stasioner.
Olahraga secara tidak langsung mempengaruhi kesuburan seseorang baik pria maupun wanita.
Dengan bugarnya tubuh, otomatis badan menjadi lebih sehat dan tiap fungsi organ pun akan menjadi lebih baik termasuk organ reproduksi.
Olahraga menjadikan sirkulasi darah lacar, pasokan sel darah yang cukup, testis menjadi subur, kualitas sperma menjadi bagus.
Begitu juga pada wanita, sirkulasi darah yang lancar akan memberikan pasokan makanan yang cukup pada sel telur yang diproduksi tiap bulan.

Di zaman modern ini ada kecenderungan orang memilih menikah di usia tua.
Jadi soal mempunyai anak tidak lagi menjadi prioritas utama dan pertama.
Yang perlu diperhatikan usahakan agar para pria maupun para wanita untuk tidak menikah pada usia dibawah 15 tahun atau di atas 35 tahun.
Prinsip dasarnya adalah mengikuti kaidah ; menikah dan merencanakan untuk mempunyai anak pada usia 20 - 30 tahun, karena jika usia semakin tua, baik pria maupun wanita kemungkinan untuk mempunyai anak semakin kecil.
Sebagai contoh soalnya bila pasangan pengantin berusia kurang lebih 25 tahun, maka untuk mempunyai anak hanya memiliki waktu 5 tahun lagi.
Dan bila si pria berumur 40 tahun, wanita 30 tahun, maka tak mungkin lagi untuk bercita-cita mempunyai anak 6 atau 7 orang anak.
Jika sekarang orang menikah pada usia yang cukup tua, ibarat barang exp date nya sudah lewat, maka jangan berandai-andai punya anak selusin.
Orang yang menikah pada usia 30 tahunan, sebaiknya hanya mempunyai satu anak.
Dikarenakan ketika wanita itu berusia 36 - 40 tahun, maka semakin besar pula risikonya.
Bila tingkat pemahaman soal kesuburan dengan cita-cita jumlah anak yang diinginkan sudah bisa diterima dan dipahami, tentu secara tidak langsung pasangan suami-istri akan terhindar dari derita stres.
Karena stres juga berkaitan erat dengan sistem reproduksi.
Ada suatu sistem yang namanya PINE ( Psycho = kejiwaan , Immuno = daya tahan, Neuro = sarap, dan Endokrinologi = hormonal ).
Ke empat unsur ini saling berkait.
Terlalu banyak pikiran, misalnya dapat menekan sistem hormon kelamin pada pria maupun wanita.
Akibatnya, pada pria yang sedang banyak pikiran, jumlah produksi sperma bisa menurun.
Demikian juga pada wanita tentunya dipandang lebih sensitif lagi, sel telur tidak lepas pada saat yang semestinya.

Oleh sebab itu yang namanya stres perlu dibuang jauh-jauh, seperti dengan melakukan rekreasi, untuk bisa melupakan sejenak berbagai masalah yang membelenggu pikiran.

Dalam kasus penundaan kehamilan biasanya diberikan obat golongan steroid yang berfungsi untuk menekan pembentukkan antibodi.
Pada masa pengobatan saat melakukan hubungan suami-istri sebaiknya menggunakan kontrasepsi kondom waktunya selama 6 - 8 bulan.
Tujuannya untuk menghindari paparan antigen yang baru.
Dikarenakan sifat antibodi protein mempunyai masa paruh.
Disini diharapkan kandungan antibodi yang tinggi itu makin lama kadarnya menurun sampai pada akhirnya habis sama sekali.
Kandungan antibodi ini dapat di ukur dari sampel darah istri.
Setelah diyakini tidak ada paparan ( antigen ) dan antibodi habis.
Pasangan suami-istri dapat melepas kondom dan sperma dapat masuk tanpa harus menerima perlawanan
Dengan catatan kondisi suami-istri dalam keadaan sehat dan bugar, tidak pakai embel-embel rokok, alkohol atau stres, pembuahan pasti terjadi.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar