Memiliki tubuh yang sehat adalah dambaan setiap manusia, tetapi bagaimana jika tubuh sudah tidak sehat lagi dan setiap hari terus digerogoti penyakit dalam jangka waktu lama, sehingga tubuh semakin lemah ditambah usia yang terus merangkak bertambah.
Peristiwa semacam itulah yang biasa disebut penderita penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif ini, suatu penyakit yang dapat menurunkan fungsi jaringan atau organ tubuh seseorang secara berkelanjutan sejalan dengan berlalunya waktu.
Penyakit degeneratif dapat menyerang seluruh organ tubuh si penderita, tanpa kecuali sampai susunan sarap pusat ( SSP ) yang meliputi otak dan sarap tulang belakang ( sarap spinal ).
Kebanyakan penyakit degeneratif dikaitkan dengan manusia berusia lanjut, tetapi sebenarnya masalah usia hanya salah satu faktor yang ikut berperan.
Manusia berusia muda pun belum tentu luput dari penyakit ini. Mengapa ?
Dikarenakan faktor gaya hidup ternyata memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan insiden penyakit degeneratif ini.
Ada dua jenis penyakit degeneratif yang sudah terkenal terutama yang menyerang SSP ( penyakit neurodegeneratif ).
SSP ( Susunan Sarap Pusat ) ini salah satu sistem organ yang sangat penting, dikarenakan seluruh proses kehidupan tubuh manusia diatur lewat SSP ini.
Mulai dari yang sederhana seperti bernapas sampai pada gerakan-gerakan motorik yang sangat rumit dan kompleks.
SSP merupakan organ vital yang tak boleh luput dari perhatian.
Yang termasuk penyakit neurodegeneratif banyak sekali jenisnya, tetapi yang akan dibicarakan disini hanya dua penyakit neurodegeneratif SSP yang paling sering ditemukan, yaitu demensia ( kepikunan ) dan penyakit Parkinson.
Angka kejadian dari ke dua penyakit itu dilaporkan semakin meningkat setiap tahunnya.
Hal demikian disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri semakin baik, sehingga banyak yang terdiagnosis dan juga dikarenakan sudah semakin tingginya usia harapan hidup.
Untuk Demensia, diperkirakan pada tahun 2011 ini angka kejadiannya diseluruh dunia sebesar 40 juta orang penderita.
Untuk penyakit Parkinson, diperkirakan sebanyak 4,5 juta orang diseluruh dunia, per tahun 2011.
Demensia dan Parkinson, disamping membawa sengsara bagi penderitanya, keluarga dan orang disekitarnya pun menjadi ikut menikmati penderitaan.
Penyakit seperti ini sering ditemukan pada usia lanjut, dan sekaligus mampu membuat penderitanya tidak berdaya, bahkan untuk melakukan aktivitas sederhana sekalipun.
Pada penderita demensia sering kali memunculkan gejala lupa, seperti lupa pada kejadian yang baru terjadi, lupa pada nama anaknya dan seterusnya.
Orang awam mengatakan bahwa pikun itu bila terjadi pada usia tua wajar-wajar saja, dan mau diapakan lagi, kan sudah tua ini ?
Pendapat orang awam ini apakah dapat dibenarkan ? kalau usianya sudah tua harus pikun ?
Pikun atau demensia, memang benar banyak ditemukan pada golongan usia tua.
Seiring dengan bertambahnya umur dan proses penuaan, daya ingat akan cenderung menurun, lazimnya dimulai setelah usia 60 tahun.
Namun, tidak semua penurunan daya ingat itu dianggap wajar, hal ini bisa saja sebagai awal dari demensia.
Kelak penderitanya tidak saja sulit untuk mengingat, tetapi juga akan mengalami gangguan kognitif ( proses berpikir dan pembelajaran serta hal lain yang berkaitan dengan intelektual ) yang lain, seperti gangguan atensi, berbahasa dan kemampuan visuospasial ( arah dan ruang ).
Demensia tidak termasuk dalam proses penuaan yang normal.
Demensia merupakan suatu sindrom ( kumpulan gejala ) yang menunjukkan adanya gangguan berpikir yang meliputi daya ingat, kemampuan berkomunikasi, kemampuan visuospasial, serta gangguan kognitif yang lain.
Pada dasarnya ada gangguan kognitif ( Cognitive Impairment ) yang mengakibatkan penderitanya tidak dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.
Penyakit ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan penyebab atau area ( wilayah ) otak yang terkena.
Alzheimer adalah salah satu jenis bentuk demensia yang sering dijumpai, terutama dinegara Barat.
Di negara Asia, demensia yang paling sering ditemukan ( dari hasil penelitian ilmuwan China dan Jepang ) adalah demensia vaskuler ( demensia akibat gangguan pembuluh darah otak ).
Jenis demensia lainnya ; demensia Frontotemporal, dan demensia Lewy body.
Demensia biasanya disebabkan oleh gangguan otak, seperti peradangan atau infeksi, cedera pada otak, tumor otak, dan lain-lain.
Kerusakan sel otak akibat gangguan pembuluh darah otak seperti pada stroke juga dapat menyebabkan demensia vaskuler.
Namun, penyebab dari demensia Alzheimer sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
tetapi ada teori yang mengaitkan Alzheimer dengan penumpukan sejenis protein toksik yang disebut beta- amiloid yang tidak normal di dalam otak.
Begitu juga dengan demensia frontotemporal, penyebabnya belum diketahui, tetapi secara ultramikroskopis ditemukan adanya hubungan dengan suatu jenis proten toksik tertentu yang menempati bagian otak tersebut.
Frontotemporal artinya froto ( depan ) otak bagian depan dan temporal ( samping ) area otak bagian samping.
Faktor-faktor yang mempengaruhi demensia antara lain :
- Usia.
Semakin umur manusia bertambah tua, risiko untuk menjadi demensia semakin meningkat.
Tetapi sebenarnya demensia bukanlah bagian dari proses penuaan yang alami.
Demensia bisa saja terjadi pada usia produktif seperti pada penderita kencing manis, darah tinggi, atau kadar kolesterol yang tinggi dalam darah ( hiperkolesterolemia ) dan kadar lemak trigliserida yang tinggi dalam darah ( hipertrigliserida ).
- Riwayat keluarga.
Misalnya pada demensia Alzheimer, ditemukan adanya kelainan kromosom ( materi genetik yang diturunkan ).
Tetapi bukanlah suatu keharusan, jika orang tuanya Alzheimer, keturunannya juga menderita Alzheimer.
Demensia Alzheimer yang diturunkan prosentasenya kecil sekali antara 1 - 5 % dari seluruh kasus yang ada.
- Tekanan darah.
Pada kasus penderita tekanan darah tinggi ( hipertensi ) dapat meningkatkan risiko demensia vaskuler.
- Kolesterol tinggi.
Pada kasus dengan kolesterol tinggi ( LDL = lemak jahat ) dapat mengakibatkan penyumbatan dan kerusakan pembuluh darah di otak yang akan berbuntut pada demensia vaskuler.
- Trigliserida tinggi.
Dapat menyebabkan penyumbatan ( trombus ), emboli ( gelembung-gelembung dalam darah ), kerusakan pada pembuluh darah otak dan dapat berakhir dengan demensia vaskuler.
- Kebiasaan merokok
Dapat menyebabkan pengikisan pada endothel pembuluh darah ( lapisan dalam ) akibatnya terjadi kerusakan pembuluh darah pada otak.
- Kebiasaan minum kopi.
Akan mengendurkan otat-otot didalam pembuluh darah ( Tunica Muscularis ) dan merusak endothel ( Tunica Intima ) akhirnya berbuntut pada kerusakan pembuluh darah.
- Alkohol.
Mempercepat pengerasan pembuluh darah otak.
- Zat pewarna dan pengawet.
Mempercepat pengerasan dan kerapuhan pembuluh darah otak.
Hampir semua penyakit otak, termasuk demensia, tidak hanya menimbulkan masalah bagi penderitanya, tetapi akan berimbas pada keluarga dan orang disekitarnya.
Yang perlu diperhatikan bahwa gangguan pada memori, belum tentu menandakan adanya demensia.
Gangguan ingatan, sebenarnya merupakan tanda awal dari gangguan kognitif ringan ( Mild Cognitive Impairment / MCI ), tetapi belum dikatakan sebagai demensia.
Namun penderita MCI mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi demensia.
Gangguan ingatan pada tahap ini misalnya sulit mengingat nama orang yang baru dikenal, lupa letak ruang atau menempatkan barang-barang yang tidak pada tempatnya, dan mulai menunjukkan penurunan kinerja yang ringan.
Pada tahap awal demensia, sudah mulai menunjukkan gejala gangguan kognitif yang lebih berat dari MCI, seperti gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, walau tidak terlalu berat.
Misalnya, tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja dialaminya ( short term memory ), walaupun terkadang ingatan dimasa lampau ( long term memory ) masih cukup baik, kesulitan dalam memilih pakaian yang pantas, yang menunjukkan gangguan dalam penilaian ( judging ).
Sering mengalami disorientasi waktu ( tidak mengetahui ini hari apa ).
Pada demensia frontotemporal, gejala awal biasanya disertai dengan halusinasi atau waham ( delusi ).
Sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan kejiwaan.
Dengan perjalanan waktu, demensia makin lama, semakin bertambah berat.
Penderita semakin bergantung pada orang-orang disekitarnya, karena gangguan aktivitas sehari-hari bertambah.
Disorientasi waktu akan menjadi lebih berat, ditambah dengan disorientasi ruang, sehingga penderita mudah tersesat, bahkan dalam rumahnya sendiri.
Penderita juga mengalami kesulitan dalam mengingat hal-hal yang berkaitan dengan dirinya seperti alamat rumah dan nama anggota keluarga dekat seperti nama anak, bahkan terkadang lupa nama sendiri.
Penderita dapat menunjukkan perubahan kepribadian, misalnya dulu periang akan berubah menjadi mudah sedih, sering mengamuk atau menjadi lebih agresif.
Penderita sering mengalami kecemasan atau depresi.
Prilaku obsesif terkadang dapat ditemukan, seperti sering melakukan hal yang sama secara berulang-ulang.
Pada tahap lanjut, demensia dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan berbahasa yang bertambah berat, bahkan sampai tidak dapat berbicara sama sekali.
Penderita sering memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari, seperti makan dan toileting ( buang air besar dan buang air kecil ).
Gangguan koordinasi gerak dan fungsi motorik seperti berjalan akan mengalami gangguan.
Semua gejala itu tidak muncul bersamaan yang jelas demensia pada penyakit degeneratif seperti demensia Alzheimer, demensia Frontotemporal dan demensia Lewy body perjalanan penyakitnya bersifat progresif lambat ( berkesinambungan ).
Waktu yang dibutuhkan dari gejala ringan sampai berat berbeda-beda pada setiap kasus dan individu.
Pada demensia Alzheimer, waktu yang dibutuhkan rata-rata adalah 9 - 10 tahun.
Sedangkan pada demensia vaskuler, tergantung pada luas area dan bagian otak yang terkena.
Terkadang bisa juga karena ada riwayat stroke yang berulang.
Bila gangguan pembuluh darah otak ini meliputi daerah yang luas atau lokasinya tepat mengenai pusat kognitif, maka satu episode stroke sudah cukup untuk menyebabkan demensia, dengan catatan jika tidak segera ditangani / diobati.
Untuk memastikan ada tidaknya demensia, perlu dilakukan pemeriksaan mendasar dan mencari faktor risikonya.
Pemberian obat-obatan pada penderita demensia bertujuan untuk memperlambat atau paling tidak meminimalisir progresivitas dari sang penyakit.
Salah satu obat untuk gangguan kognitif yang dapat diberikan adalah penghambat kolinesterase.
Obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar zat kimia tertentu yang terlibat dalam proses kognisi dalam otak.
Obat lainnya diberikan sesuai dengan indikasi penyakit yang menyertai seperti hipertensi diberikan obat anti hipertensi dan seterusnya.
Dilakukan juga latihan fisioterapi, kognitifterapi untuk mempertahankan fungsi otak yang masih berfungsi.
Untuk itu penulis menganjurkan agar otak tetap prima dan menghindari yang namanya demensia.
Otak dibiasakan aktif bekerja, jangan dibiarkan menganggur.
Contoh soalnya ; jika ada waktu luang isilah TTS ( Teka-Teki Silang ), membaca, menulis, bermain musik atau melukis dan aktif bersosialisasi.
Karena kegiatan-kegiatan ini dapat menunda munculnya gejala demensia.
Jangan lupa kendalikan tekanan darah, kolesterol, trigliserida dan gula darah, serta asupan gizi yang seimbang untuk konsumsi otak.
Jangan dibiasakan menonton televisi terlalu lama, lebih dari 4 jam dalam 24 jam, sebab menurut hasil penelitian dapat menimbulkan kepikunan ( demensia ) yang lebih progresif, dikarenakan otak dikondisikan non-aktif ( statis ), ditambah dengan pemaparan radiasi sinar elektromagnetik yang dapat mengeraskan pembuluh darah otak.
Lain lagi dengan suara radio dengan alunan musik yang disukainya, akan berdampak sangat baik untuk menghambat kepikunan.
- Berhenti merokok adalah keputusan yang baik untuk mencegah demensia.
Rokok dapat mengeraskan pembuluh darah otak dan sekaligus membuat kerapuhan pembuluh darah otak.
- Mengendalikan berat badan supaya tetap dalam porsi ideal.
Demensia tergolong dalam penyakit menahun yang mempunyai kecenderungan terus memburuk.
Untuk merawatnya dibutuhkan kesabaran dari keluarga dan orang-orang terdekat, serta mengusahakan lingkungan rumah yang aman dan bersahabat.
Penyakit neurodegeneratif lainnya yaitu penyakit Parkinson.
Penyakit ini terdeteksi pertama kali pada tahun 1817 oleh Dr. James Parkinson, karena adanya penurunan hormon dopamin pada organ otak.
Penyakit Parkinson termasuk penyakit degeneratif akibat suatu proses adanya Lewy bodies di substansia nigra ( badan ungu ) yang merupakan salah satu bagian otak yang mempengaruhi pergerakan.
Jika terjadi kerusakan sel dibagian substansia nigra itu , maka akan menyebabkan berkurangnya dopamin, yaitu salah satu neurotransmitter ( zat kimia penghantar sinyal sarap ), yang dibutuhkan otak untuk bekerja.
Didalam otak yang letaknya agak jauh dari substansia nigra ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis.
Jika otak memerintahkan suatu aktivitas ( misalnya mengangkat lengan ), maka sel-sel sarap didalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh.
Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke bagian otak lain yang disebut thalamus, yang akan menyampaikan informasi yang tetah diolah kembali ke korteks serebri ( salah satu lapisan otak )
Keseluruhan sinyal akan dihantarkan oleh neurotransmitter sebagai impuls listrik disepanjang jalur ( jaras ) sarap dan diantara sarap.
Neurotransmitter utama ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel sarap pada ganglia basalis ( akibat adanya Lewy bodies di substansia nigra ) mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel sarap dan otot lainnya juga lebih sedikit.
Penyebab dari kemunduran sel sarap dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui.
Sepertinya faktor genetik tidak ikut berperan, walaupun penyakit ini cenderung diturunkan.
Gejalanya sering dikenal dengan nama 4 gejala dopamin ( TRAP ).
- Tremor ( gemetar ).
Dimulai dari samar-samar dan berkembang secara perlahan.
Tremor ( gemetar ) muncul biasanya pada tangan atau lengan sewaktu beristirahat.
Tremor berkurang jika tangan digerakan secara sengaja dan menghilang selama tidur.
Bentuk tremor ini yang membedakan penyakit Parkinson dan penyakit lainnya yang mempunyai gejala tremor ( gemetar ).
Pada penyakit lain ( bukan Parkinson ) gemetar terjadi justru ketika sedang beraktivitas atau malakukan sesuatu, sedangkan pada penyakit Parkinson gemetar muncul pada saat istirahat.
Stres emosional atau kelelahan dapat memperberat tremor.
Mulanya tremor satu tangan, kemudian tangan lainnya, lengan dan tungkai.
Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Pada sepertiga penderita, tremor bukan merupakan gejala awal, pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.
- Rigiditas ( kekakuan ).
Kesulitan untuk memulai suatu gerakan dan terjadi kekakuan otot ( rigidity )
Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku, seperti ada tahanan yang menyentak-nyentak ( seperti menggerakkan roda geligi ).
Kekakuan dan imobilitas dapat menyebabkan sakit otot dan kelelahan.
Kekakuan untuk melakukan suatu gerakan dapat menemui berbagai kesulitan.
Sikap tubuh menjadi bungkuk.
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif, seperti topeng, karena otot-otot wajah menjadi kaku.
Terkadang wajah yang tak berekspresi ini disalahartikan sebagai depresi, walaupun memang pada akhirnya penderita Parkinson mengalami depresi.
Pandangan kosong, dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip.
Sering mengeluarkan air liur ( ileran ) dan tersedak, karena kekakuan otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan.
Bicaranya sangat pelan dan tanpa aksen ( monoton ) dan menjadi gagap karena kesulitan dalam mengartikulasikan pikiran.
- Akinesia ( a = tidak , kinesia = gerakan )
Otot-otot kecil ditangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari-hari, seperti mengancing baju dan mengikat tali sepatu semakin sulit dilakukan.
Sulit untuk memulai gerakan, misalnya bangkit dari kursi.
Penderita kesulitan dalam melangkah dan berjalannya sering tertatih-tatih.
Jika sudah mulai berjalan akan kesulitan untuk berhenti atau berbalik.
Melangkahnya bertambah cepat, sehingga mendorong si penderita untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh.
Hilang / berkurangnya gerakan spontan seperti mengayunkan tangan saat berjalan, atau mengedipkan mata.
Bicara menjadi tidak jelas.
Tulisan tangan juga menjadi kecil-kecil dan tidak jelas artinya.
- Postural refleks.
Hilangnya refleks postural kalau penderita berdiri, sulit untuk mempertahankan keseimbangan, sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
Parkinsonisme sekunder.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Parkinsonisme sekunder ini, mungkin dari kebanyakan pembaca baru mendengarnya.
Disini gejalanya seperti penyakit Parkinson, tetapi dapat ditimbulkan oleh berbagai penyakit lainnya.
Oleh sebab itulah mengapa ada istilah Parkinsonisme.
Untuk penyakit Parkinson sendiri, kita sebut Parkinsonisme primer.
Dimana penyebabnya belum dipastikan, maksudnya memang terjadi kerusakan sel-sel di otak, sehingga produksi dopamin menurun, tetapi tidak diketahui penyebab kerusakannya.
Jadi hanya dikaitkan dengan proses degeneratif ( penuaan ).
Kalau yang namanya Parkinsonisme sekunder yaitu suatu gejala Parkinson yang disebabkan oleh kelainan struktur otak akibat penyakit lain, seperti infeksi, stroke, tumor otak, atau gangguan lainnya.
Itulah mengapa pada penderita stroke bisa dijumpai gejala-gejala seperti TRAP, tetapi hal seperti itu bukanlah penyakit Parkinson murni, melainkan Parkinsonisme sekunder akibat stroke.
Untuk membuktikan Parkinson murni dengan melihat adanya Lewy bodies dan 4 gejala utama ( TRAP ) serta ada tidaknya penyakit yang melatarbelakangi.
Dapat dilakukan pemeriksaan MRI, jika tidak ditemukan kelainan apa-apa berarti benar penyakit Parkinson murni atau Parkinson primer.
Jika ditemukan perdarahan, penyumbatan, masa tumor atau kelainan lainnya maka gejala yang ada merupakan Parkinsonisme dari suatu penyakit yang lain atau Parkinsonisme sekunder.
Untuk pengobatan penyakit Parkinson adalah obat yang dapat meningkatkan dopamin.
Ada beberapa jenis misalnya dopamine agonis yaitu zat yang menyerupai dopamin, ada juga obat yang berfungsi untuk meningkatkan sekresi ( pengeluaran ) dopamin.
Biasanya penderita Parkinson diberikan obat golongan Levodopa.
Di dalam otak levodopa diubah menjadi dopamin.
Obat ini mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Kalau yang ringan-ringan saja, penderita Parkinson dapat kembali seperti biasa menjalani aktivitasnya secara normal dan yang biasanya terbaring saja ditempat tidur dapat kembali mandiri.
Levodopa dalam pemberiannya biasa dikombinasi dengan karbidopa.
Karbidopa disini untuk menambah efektifitas levodopa, sehingga meningkatkan dopamin didalam otak dan otomatis memperlambat penghancuran di jaringan.
Karbidopa juga dapat berfungsi untuk mengurangi efek samping dari levodopa di luar otak.
Obat-obatan lainnya yaitu agonis dopamin, bekerja mengaktifkan reseptor dopamin di otak, menyerupai kerja dopamin asli seperti amantadine, obat ini mampu meningkatkan jumlah dopamin pada otak, sebagai anticholinergik yang berfungsi untuk mengurangi tremor dan kekakuan pada bagian tubuh yang lain, serta menghambat MAOI ( MAOI / MAO Inhibitor ) yang menghambat penghancuran dopamin oleh enzim MAO.
Untuk pemberian obat-obatan harus disesuaikan dengan kondisi penderita.
Misalnya ; pada usia lanjut, diperkirakan sudah tidak bisa lagi memproduksi dopamin secara optimal, maka dapat langsung diberikan obat yang menyerupai dopamin.
Untuk yang lebih muda, dapat diberikan obat yang bekerja merangsang dan meningkatkan produksi dopamin di otak.
Obat-obat ini harus dikonsumsi seumur hidup.
Obat tidak boleh putus, jika putus gejala akan timbul kembali.
Obat-obatan ini tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, dikarenakan proses degeneratif akan selalu tetap terjadi.
Obat-obat ini hanya untuk membebaskan dari gejala, supaya mudah melakukan gerakan dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar