Gangguan jiwa ini disebut mengerikan, karena si pengindap seringkali tampak seperti biasa-biasa saja, hal ini pun dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengenalan akan gangguan jiwa ini di masyarakat, sehingga lolos dari perhatian umum.
Psikopat merupakan istilah umum dari gangguan kepribadian anti sosial atau dissosial.
Dapat dibedakan antara gangguan kepribadian anti sosial dengan perilaku anti sosial.
Gangguan kepribadian anti sosial ini merupakan pola respons yang menetap dari seseorang terhadap kehidupannya, lingkungannya, termasuk terhadap diri sendiri.
Misalnya seorang mafia yang terlibat dalam aktivitas kriminal belum tentu psikopat.
Dia melakukan perilaku anti sosial seperti berdagang heroin yang melanggar norma hukum.
Perilakunya itu merupakan pola bisnis yang hanya sebagian dari pola menetap dia dalam berespons.
Dalam hubungannya dengan keluarga maupun teman, dia bertanggung jawab, punya rasa kasih sayang, baik, hangat relasinya dan tidak merugikan.
Pada gangguan kepribadian anti sosial, pola responsnya selalu melanggar norma sosial yang berlaku, tidak bertanggung jawab terhadap perilakunya, cenderung agresif impulsif, tidak penuh pertimbangan, manipulatif, merugikan orang lain tanpa merasa bersalah dan dalam membina hubungan dengan orang lain cenderung tidak stabil.
Menurut Prof. Robert D. Here, PhD dalam bukunya Without Conscience ( tanpa nurani ).
Psikopat adalah pemangsa sosial yang menarik, manipulatif / penuh tipu muslihat, emosinya dangkal, tidak menggunakan hati nurani dan perasaan dalam hubungan dengan orang lain, mementingkan diri sendiri, kurang rasa empati, mengambil apa yang mereka mau, tidak dapat mengendalikan tingkah laku, kurang rasa tanggung jawab, melanggar norma hukum dan sosial tanpa sedikitpun merasa bersalah dan menyesal.
Walau begitu bukan berarti jika seseorang memiliki beberapa gejala diatas adalah seorang psikopat.
Perlu pendapat ahli untuk memastikan seseorang psikopat atau bukan.
Jangan terlalu mudah menggunakan istilah psikopat, kecuali jika dalam semua aspek muncul perilaku anti sosialnya secara menetap.
Psikopat tidak merasa ada sesuatu yang salah setelah melakukan perilaku menyimpang seperti membunuh, menyakiti, merugikan orang lain dan manipulatif.
Mereka merasa biasa-biasa saja.
Sama seperti orang yang punya kepribadian histrionik dengan perilaku cenderung mencari perhatian, merajuk dan berlebih-lebihan, dia merasa itu sesuatu yang wajar dan mengatakan " Ya, itulah saya ".
Oleh sebab itu, psikopat sulit untuk disembuhkan karena mereka tidak merasa ada yang perlu dikoreksi dan tidak menyadari bahwa itu gangguan kepribadian.
Psikopat tidak selalu akan tampil dalam perilaku yang selalu berpola.
terkadang dipermukaan psikopat berpenampilan baik tetapi kecenderungan merugikan orang lain dan melanggar norma tetap ada.
Ada juga yang berpenampilan buruk atau berangasan, suka berkelahi, perilaku kekerasan dalam rumah tangga, dalam berhubungan dengan istri cenderung tidak setia dan menyakiti.
Proses pembentukan psikopat.
Proses terbentuknya seorang psikopat merupakan interaksi biopsikososial.
Dari penelitian mengatakan bahwa faktor genetik memegang peranan.
Penelitian itu diteliti pada seseorang yang kembar satu telur.
Ketika salah satu memiliki pola perilaku anti sosial, setelah diikuti ternyata saudara kembarnya juga memiliki pola perilaku yang sama.
Mereka kedua orang tuanya peminum ( alkoholik ), perilakunya cenderung anti sosial.
Pola asuh yang ambivalen dimana tidak ada nilai-nilai yang jelas mana benar dan mana salah, norma sosialnya kabur, dan ada kecenderungan di keluarganya mudah sekali terjadi perilaku kekerasan yang menyakiti ibunya atau ayahnya juga dapat menjadi penyebabnya.
Here mengatakan faktor psikologis, biologis, dan genetis berpengaruh terhadap terbentuknya gangguan kepribadian psikopat.
Gangguan kepribadian tersebut sudah dapat diamati sejak masa remaja akhir yaitu sekitar usia 15 tahun.
Biasanya mereka memperlihatkan pola perilaku dissosial, banyak terlibat pada kenakalan disekolah, perkelahian atau tawuran, penyalahgunaan narkoba dan cenderung pada kegiatan-kegiatan penipuan atau manipulatif.
Perilaku tersebut malai menetap setelah usia 18 tahun.
Orang yang tergolong psikopat tidak mamiliki rasa empati saat malihat ada orang lain merasa kesakitan.
Psikopat merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tidak berperasaan, mencari sensasi sendiri dan tidak mau bersosialisasi.
Pada suatu penelitian dengan menggunakan MRI fungsional untuk mengamati aktivitas otak pada 121 narapidana di penjara AS, narapidana dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan tingkat psikopati mereka, tinggi, sedang, dan rendah.
Para narapidana kemudian ditunjukkan beberapa foto gambar yang menunjukkan rasa sakit seperti foto jari yang terjepit dipintu, kaki yang terjepit dibawah benda berat, korban teroris WTC yang bergelimpangan dan bersimbah darah.
Setelah itu mereka diminta untuk membayangkan, bagaimana jika kondisi ini terjadi pada mereka dan terjadi pada orang lain.
Untuk Psikopat tingkat tinggi, menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi dari normal pada daerah otak yang terlibat pada empati untuk nyeri.
Namun hasil yang didapat berbalik ketika mereka membayangkan orang lain kesakitan.
Ketika membayangkan orang lain kesakitan, psikopat tingkat tinggi justru menunjukkan peningkatan aktivitas didaerah otak yang berperan dalam fungsi kesenangan.
Itulah sebabnya mengapa mereka tidak memiliki rasa kasihan terhadap orang lain.
Temuan ini diharapkan bisa membantu peneliti selanjutnya melakukan pendekatan untuk pengobatan psikopat.
Terapi Psikopat.
Sangatlah berbeda dengan orang depresi atau skizofrenia, keduanya bisa dianggap sakit.
Orang pengindap psikopat bukan orang sakit karena merupakan kepribadian yang dia lakukan segala sesuatunya dengan sadar dan dengan motif tertentu yaitu merugikan orang lain.
Oleh sebab itu harus disadarkan dengan koreksi yang bersifat penjeraan yaitu penjara misalnya, pelatihan perilaku melalui lembaga korektif dengan program yang jelas untuk pengelolaan perilaku dan termonitor dengan benar.
Di Indonesia belum ada lembaga korektif.
Dengan psikoterapi psikoanalisis bisa membaik tetapi presentasinya kecil.
Dari literatur, didapatkan angka 70 % akan kambuh pasca terapi.
Pencegahan tentunya akan lebih baik yaitu dengan deteksi dini sehingga kecenderungan perilaku anti sosial dapat dikoreksi sejak remaja akhir.
Koreksi saat itu masih bisa bermanfaat.
Perilaku anti sosial perlu pendidikan khusus, kemungkinan akan sembuh lebih besar.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar