Senin, 11 Agustus 2014
Darah tinggi, penyakit kehidupan modern.
Penyakit yang menghancurkan di masa lalu seperti tuberkulosis, kolera, tetanus, dan leptospirosis, berjalan berangsur menghilang ditelan zaman.
Di zaman modern seperti sekarang ini kedudukan penyakit-penyakit masa lalu itu telah tergantikan oleh penyakit di kehidupan modern yang tentunya tak kalah mengerikannya.
Penyebarannya paling luas dan dijamin mantap dalam spesialisasi mematikan, penyakit itu adalah tekanan darah tinggi.
Penyakit ini memang paling mengerikan, karena gelalanya tidak tampak.
Cara penyakit ini bekerja serupa dengan pembunuh siluman, oleh karena itu diberi nama " Silent Killer "
Hipertensi yang nyaris tanpa keluhan itu.
Bahkan, adakalanya dengan meminum obat-obatan anti hipertensi, keluhan hilang dengan sendirinya.
Anehnya lagi, banyak penderita yang tidak punya keluhan, lalu minum obat, sudah dianggap cukup.
Justru kalau tensinya diturunkan malah jadi pusing.
Hal itu terjadi karena misalnya pada saat tensi 240 tidak ada keluhan, begitu diturunkan menjadi 160 atau 140 langsung pusing.
Karena tensinya sudah terbiasa naik sejak beberapa tahun terakhir dan si penderita sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu, tubuhnya sudah beradaptasi, semua organ sudah beradaptasi, saat diubah maka akan timbul reaksi dari organ tubuh otak, ginjal, jantung, sudah beradaptasi dengan tensi yang tinggi begitu diturunkan, badannya tidak enak, pusing, pandangan kabur, vertigo dan seterusnya dan sebagainya.
Jadi, selama adaptasi tubuhb baik, tidak ada gejala kecuali begitu tekanan darah naik tiba-tiba lalu terlambat beradaptasi, maka terjadilah pusing, keluhan lain seperti sesak napas, itulah kenapa hipertensi disebut The Silent Killer, membunuh secara diam-diam tanpa pernah memberi peringatan sekecil apapun.
Sekitar 20 % dari populasi orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini akan terus meningkat seiring dengan perilaku manusia dikehidupan modern.
Sekitar 40 % dari semua kematian dibawah usia 65 tahun adalah akibat tekanan darah tinggi.
Dan sekitar 40 % dari semua orang yang pensiun dini adalah akibat penyakit kardiovaskular, dimana tekanan darah tinggi sering menjadi biang keladinya.
Tekanan darah tinggi adalah " bahaya diam-diam " karena tak memunculkan gejala khas.
Penderitanya merasa sehat dan energik walau sebagai pengindap.
Kehidupan modern seperti sekarang ini sering menawarkan banyak kemudahan dan kenyamanan membuat banyak orang keenakan dan menjadi pemalas, yang akhirnya harus dibayar harga yang terlalu mahal yaitu meningkatnya bahaya dan risiko.
Mungkin bahaya terbesar adalah penyakit-penyakit pada sistem kardiovaskular dan komplikasinya yang sering kali fatal, yaitu serangan jantung dan stroke.
Penyakit yang menempati ranking pertama sebagai penyebab stroke dan serangan jantung, serta merupakan faktor utama dalam gagal jantung kongestif.
Framingham dalam penelitiannya pada lebih dari 5000 orang.
Ditemukan bahwa pada kelompok umur yang sama, risiko gagal jantung kongestif enam kali lebih besar bagi pengindap hipertensi daripada orang yang tekanan darahnya normal.
Mengapa hipertensi itu menjadi berbahaya ?
Hipertensi membuat jantung bekerja lebih ekstra keras untuk melakukan pekerjaannya.
Denyutan darah yang hebat dapat merusak dinding arteri secara bertahap.
Arteri yang kecil terutama sangat rentan.
Dinding arteri meresponsnya dengan penebalan dan penghilangan elastisitas serta kekakuan arteri itu sendiri.
Hasilnya, hanya sedikit darah yang dapat lewat, dan merampas jaringan sekitarnya seperti oksigen dan nutrisi.
Dinding pembuluh darah juga mudah pecah.
Akhirnya, hipertensi tidak hanya merusak pembuluh darah, tetapi juga organ seperti jantung, otak, ginjal, dan mata.
Semakin lama hipertensi bercokol, semakin besar peluang kerusakan organ.
Akibatnya, kondisi yang serius seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan kerusakan mata pun terjadi.
Dinding pembuluh darah yang rusak akan menyebabkan peradangan.
Peradangan ini akan berakibat pada penebalan dan pada gilirannya mendorong penumpukan puing yang disebut plak yang terbentuk dari lemak atau kolesterol.
Ketika plak diarteri ini terjadi, pembuluh darah menjadi sempit dan terjadi aterosklerosis.
Selanjutnya, plak akan membatasi aliran darah sehingga membuat jantung bekerja lebih keras lagi.
Ketika arteri koroner menyempit karena plak dan pembekuan darah ( thrombus ) membuat arteri menyempit, maka terjadilah serangan jantung.
Serpihan dari endapan ini disebut emboli.
Bila emboli ini dapat melepaskan diri dan mengikuti aliran darah hingga akhirnya menyumbat pembuluh darah, seperti pembuluh darah yang menyuplai darah ke kaki ( menyebabkan masalah peredaran darah ) atau otak ( menyebabkan stroke ).
Kita perlu juga mewaspadai faktor risiko yang menjadi fakta munculnya penyakit hipertensi.
Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu suatu penyakit spesifik atau cacat.
Orang yang memiliki faktor risiko tinggi akan lebih sering mengalami sakit penyakit dalam bentuk yang lebih serius, ketimbang yang tak memilikinya.
Adapun yang namanya faktor risiko dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah dan
2. Faktor risiko yang dapat diubah.
ad 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
a. Genetis.
Hipertensi termasuk penyakit yang diturunkan, jika dalam satu keluarga ada yang mengindap penyakit ini, kemungkinan diturunkan lebih besar.
Bila satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung menderita hipertensi, peluang untuk menderita hipertensi semakin besar.
Penelitian menunjukkan bahwa 25 % dari kasus hipertensi esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetis.
Namun demikian, hal ini tidak berarti sesuatu yang pasti.
Beberapa kesamaan yang tampak pada banyak keluarga justru mungkin merupakan dampak pengaruh lingkungan.
Pola makan yang tidak sehat biasanya diturunkan dari dalam keluarga.
b. Usia.
Hipertensi biasanya terjadi pada usia uzur, tetapi hal ini juga tidak selalu.
Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mm / Hg dan terus meningkat setelah usia 70 tahun.
Peningkatan risiko yang berkaitan dengan faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi dan dihubungkan dengan peningkatan peripheral vascular resistance ( hambatan aliran darah dalam pembuluh darah perifer ) dalam arteri.
c. Jenis kelamin.
Laki-laki paling sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan perempuan sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah pada perempuan, khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia.
Setelah usia 55 tahun, perempuan memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi.
Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah perbedaan hormon kedua jenis kelamin.
Produksi hormon estrogen menurun saat menopause, perempuan kehilangan efek menguntungkan sehingga tekanan darah meningkat.
d. Ras.
Orang dari ras afro Amerika ( Afrika - Amerika ) menunjukkan tingkat hipertensi lebih tinggi dibanding populasi lain, dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif.
Memiliki peluang hampir dua kali lebih besar untuk mengalami stroke yang fatal, satu setengah kali lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung, dan empat kali lebih mungkin untuk mengalami gagal ginjal dibandingkan dengan ras Kaukasia.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Afrika - Amerika.
Untuk ras Melayu angka peningkatan penderita hipertensi tiga kali lebih besar dibanding ras Mongoloid.
Umumnya hipertensi dari ras Melayu menetap dan berjalan lambat, biasanya disertai dengan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah serta penyakit diabetes melitus.
Bersambung ke bagian II.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar