Rabu, 20 Agustus 2014

Darah tinggi, penyakit kehidupan modern bagian II.

ad 2. Faktor Risiko yang dapat diubah.

a. Merokok dalam penelitian sebelumnya mengungkapkan tidak ada hubungan langsung antara perokok dengan hipertensi.
Namun ketika peneliti menguji takanan darah perokok, mereka menemukan bahwa dalam waktu lima menit pengisapan, tekanan sistolik subjek meningkat secara dramatis, rata-rata lebih dari 20 mmHg, sebelum secara bertahap menurun ke tingkat asli takanan darah mereka setelah 30 menit.
Hal ini berarti takanan darah perokok melonjak berkali-kali sepanjang hari.
Seperti penderita hipertensi labil ( tekanan darah sering melonjak saat merespon stres sehari-hari ), perokok mungkin menderita hipertensi paruh waktu.

b. Daging Kambing.
Daging ini memiliki hubungan yang erat dengan hipertensi.
Pada penelitian ditemukan orang yang mengonsumsi daging kambing, tekanan darahnya meningkat secara mendadak sampai 40 mmHg, kemudian menurun secara cepat ke level awal.
Hal ini dapat memicu serangan jantung dan stroke secara mendadak.

c. Obesitas.
Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena penambahan beberapa kilogram saja membuat jantung bekerja lebih keras.
Orang dengan kelebihan lemak diatas pinggul ( bentuk apel ), lebih berisiko hipertensi, kolesterol,  dan trigliserida tinggi sera diabetes melitus.

d. Gaya hidup malas ( kurang gerak ).
Gaya hidup manusia sekarang cenderung malas, pergi ke kantor sering terlambat, waktu istirahat pun dibuat lama, banyak ngobrol, bila ada tanggal kejepit sekalian libur diperpanjang, ke dokter minta surat sakit walau tak sakit dan seterusnya.
Bila dibanding dengan orang yang aktif, orang yang sering duduk secara signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung.
Contohnya seperti otot yang lain, otot jantung pun akan semakin kuat bila sering bergerak atau olahraga.
Jantung yang kuat akan memompa darah lebih efisien.
Keuntungan kardiovaskular lain berkat olahraga adalah menurunkan berat badan, meningkatkan level HDL, dan menurunkan trigliserida.

e. Kelebihan Garam.
Hampir 65 % orang di muka bumi ini memiliki hipertensi sensitif terhadap garam, berarti terlalu banyak mengonsumsi garam akan berakibat langsung menaikan tekanan darah.
Disini garam menyebabkan tubuh menahan cairan, sehingga meningkatkan volume darah dalam sistem sirkulasi.
Hal ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk melalukan pekerjaannya, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

Garam gandakan risiko serangan jantung.
Pola makan tinggi gula memicu diabetes, sedangkan tinggi garam meningkatkan tekanan darah yang bisa memicu penyakit jantung.
Namun, ternyata diet tinggi garam juga meningkatkan risiko penyakit jantung pada penderita diabetes.
Studi di Jepang yang melibatkan 1600 penderita diabetes berusia 40 - 70 tahun yang dipantau delapan tahun menunjukkan, responden yang mengonsumsi natrium 6 gram per hari berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan pengonsumsi natrium 2,8 gram per hari.
" Untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, penderita diabetes tipe 2 ( akibat gaya hidup ) harus meningkatkan kontrol gula darah serta memperhatikan pola makannya ".
Begitu menurut Chika Horikawa, peneliti dari Universitas Prefektur Niigata, Jepang, kepada Livescience, baru-baru ini ( tgl.22 Juli 2014 ).
Temuan yang dimuat dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism itu menunjukkan, konsumsi sedikit garam bisa membantu mencegah komplikasi penyakit diabetes.
Efek negatif garam pada tekanan darah dan kesehatan jantung sebenarnya sudah lama diketahui.

Menurut penelitian lain dari ilmuwan Dr. David Mc Curron, dalam artikelnya di Journal Amerika untuk Nutrisi Klinis, menyebutkan dengan asupan garam yang secukupnya alias tidak berlebihan ditambah dengan unsur kalium, kalsium dan magnesium dinyatakan cukup aman untuk tidak menimbulkan hipertensi.
Menurut pandangannya bahwa volume air didalam dan di luar sel-sel tubuh perlu berada dalam keseimbangan.
Kalium, magnesium, dan kalsium adalah mineral yang menyeimbangkan volume air di dalam sel-sel.
Yang perlu diingat lima unsur : air, garam, kalium, magnesium, dan kalsium terlibat dalam pengaturan energi di dalam sel.

f. Kafein.
Kafein bila dikonsumsi kurang dari 100 mg per hari masih belum menyebabkan hipertensi.
Tetapi bila diminum terus menerus dalam waktu kurang lebih tiga bulan akan cenderung menyebabkan hipertensi.
Lain lagi bila kafein dalam kopi diminum sampai bertahun-tahun ( minimal 10 tahun ) justru menyebabkan hipotensi, karena diameter pembuluh darah arteri hampir diseluruh tubuh melebar ( mekar ), sehingga tekanan berkurang. ( Baca artikel Dr. Sintoso Pujianto sebelumnya, tentang Kafein. ).

g. Pengguna Alkohol.
Banyak penelitian menghubungkan alkohol dengan hipertensi.
Konsumsi alkohol yang berlebihan, tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan faktor penyebab 9 % dari kasus hipertensi.
Wanita hamil dan orang tua, tidak diperbolehkan untuk meminum alkohol, karena dapat berakibat fatal.

h. Stres.
Stres dalam penelitian memegang peranan penting dalam hal yang berkaitan dengan hipertensi.
Jika tingkatan stres turun, tekanan darah pun akan turun.


Kehidupan manusia modern cenderung bergumul dengan bahaya, terutama dalam hal makan yang berlebihan, makan berlemak, tinggi garam, kurang istirahat dan stres yang meningkat setiap harinya.
Sebenarnya tubuh manusia masih bisa mengatasi ( mengkompensasi ) kalau berjalan tidak melebihi batas yang ditentukan tubuh itu sendiri.
Mekanisme tubuh untuk mengimbangi terjadinya bahaya hipertensi, sedikitnya ada 8 macam alat pengatur tekanan darah yang bekerja bersama dalam menentukan tekanan darah di dalam tubuh.
Sistem itu antara lain :
1. Mekanisme Baroreseptor.
Jika tekanan darah naik, baroreseptor yang terletak di sinus carotikus dan di lengkung aorta terangsang, kemudian akan merangsang pusat vosomotor di hipotalamus.
Dari sini terjadi rangsangan pada sistem saraf otonom, sehingga menyebabkan organ jantung relaks dan pembuluh darah perifer mengembang.
Akibatnya, tekanan darah turun lagi, sampai normal kembali.

2. Sistem Chemoreseptor.
Jika tekanan darah sistolik turun hingga dibawah 80 mmHg, chemoreseptor yang berada di sinus carotikus dan aorta mendapat rangsangan, karena kekurangan oksigen dan karbondioksida menumpuk, juga karena turunnya tekanan darah.
Rangsangan dikirim dari sini ke pusat vasomotorik dan sistem saraf otonom, yang menyebabkan vasokonstriksi dan tekanan darah kembali menjadi normal.

3. Respons Ischemik dari pusat saraf.
Bila tekanan darah turun, sampai misalnya 40 mmHg, ischemia yang terjadi dari medulla oblongata menyebabkan terkirimnya rangsangan ke seluruh sistem saraf simpatik.
Akibatnya, pembuluh-pembuluh darah perifer menguncup ( kontraksi ), dan memacu pekerjaan jantung yang menyebabkan naiknya kembali tekanan darah.

4. Mekanisme Renin - Angiotensin - Vasokonstriktor.
Apabila tekanan dalam arteri turun sampai kurang dari 100 mmHg, ginjal mulai mengeluarkan zat renin.
Ini bereaksi dengan renin - substrat menjadi angiotensin I yang kemudian berubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan penguncupan pembuluh darah perifer dan kembalinya tekanan darah pada nilai normal.

5. Mekanisme stres - relaksasi.
Apabila tekanan darah terlampau tinggi naiknya, pembuluh-pembuluh darah mulai memanjang, relaks.
Ini disebut reaksi stres- relaksasi yang menyebabkan tekanan darah dalam pembuluh darah turun, sehingga normal kembali.

6. Mekanisme  Capillary - Fluid - Shiff.
Sering terjadi apabila tekanan arteriol naik, misalnya sesudah transfusi yang cukup banyak, tekanan kapiler mulai meningkat.
Ini mengakibatkan merembesnya cairan keluar dari kapiler ke jaringan diantara sel-sel.
Volume darah oleh karenanya turun, yang menyebabkan pula turunnya tekanan darah kembali ke normal.

7. Mekanisme Ginjal dan Cairan tubuh..
Apabila tekanan darah turun lebih rendah dari normal, tekanan di kapiler yang turun menyebabkan kurangnya pengeluaran NaCl dan air dari tubuh melalui ginjal.
Oleh karena orangnya tetap makan NaCl dan air akan terjadi penumpukan garam dan air kembali ke tubuh, yang meningkatkan volume cairan tubuh dan kembalinya tekanan darah ke normal.

8. Mekanisme Aldosterone.
Pengurangan tekanan darah arteriol, menimbulkan keluarnya renin lebih banyak dari ginjal yang membentuk angiotensin I dan kemudian angiotensin II yang merangsang kelenjar suprarenalis untuk mengeluarkan lebih banyak aldosterone.
Dan aldosterone ini menyebabkan resorpsi dari Na menjadi lebih banyak yang menyebabkan lebih menumpuknya NaCl dalam tubuh, ini merangsang ADH yang menyebabkan menumpuknya air dalam tubuh, volume cairan tubuh meningkat, akibatnya kembalinya tekanan darah ke normal.

Selain ke 8 macam mekanisme pengontrolan dan pengaturan tekanan darah, ada juga faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah, seperti dibawah ini :
Pengeluaran ADH pada tekanan yang rendah, zat vasodilator pada kerusakan jaringan, termasuk histamin dan bradykinin, yang menurunkan tekanan darah ; kontrol pengaruh arus balik dari prostaglandin yang mengatur fungsi ginjal dan tahanan perifer untuk mengatur tekanan darah dan mekanisme vasodilator lain dan vasokonstriktor yang belum diketahui secara pasti.

Bersambung ke bagian III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar