Selasa, 01 Februari 2011

Gula tak semanis rasanya.

Pernahkah anda memperhatikan pola makan manusia modern sekarang ini, semuanya serba manis, serba pakai gula.
Tetapi sayangnya para profesional sedikit sekali yang menyinggung masalah gula ini.
Masyarakat sekarang sepertinya sudah kecanduan dengan yang namanya gula, sedangkan gula sendiri merupakan penyumbang utama dalam proses terjadinya penyakit.
Gula juga adalah suatu faktor stres yang dapat melemahkan pertahanan tubuh kita terhadap penyakit.
Terkadang orang yang sudah kecanduan gula, jika berhenti mengkonsumsi gula secara mendadak dapat menimbulkan gejala seperti gemetaran, demam, depresi, dan sakit kepala, berawal dari hal tersebut tampaknya akan lebih masuk akal untuk bisa melanjutkan dari kecanduannya itu.
Seorang pecandu gula, biasanya memiliki suasana hati yang tidak menentu, sering kali merusak hubungan yang baik dan sering merasa kecapaian jika berada dirumah atau di kantor tempat ia bekerja.
Di Amerika Serikat orang yang meninggal karena usia lanjut makin berkurang, sebaliknya penyakit jantung, stroke, kanker, dan diabetes menjadi penyebab kematian yang umum.
Di masyarakat kita rupanya gula sudah berurat akar dalam mempengaruhi prilaku hidup, dan berfikir mengenai kelak apa yang terjadi pada tubuh, itu urusan nanti.

Gula olahan termasuk sukrosa, madu, fruktosa, glukose, dekstrose, levulose, maltose, gila mentah, gula turbinato, gula maple, galaktose, gula coklat, gula invert, dexstrin, barley malt, sirup nasi, pemanis jagung, dan sirup jagung.
Kesemuanya ini adalah gula sederhana, gula ini membutuhkan waktu hanya sedikit saja untuk dicerna dan masuk ke dalam aliran darah, dimana gula ini langsung melakukan gangguan terhadap biokimia tubuh dan akhirnya menimbulkan suatu penyakit yang beragam.
Bahan-bahan ini sering ditemukan dalam donat, makanan yang telah diproses, agar-agar, eskrim, gula-gula, sereal, soft drink, saus, bir, tembakau kunyah ( kinang ), permen karet dan produk lainnya yang mengikut sertakan gula dalam daftar bahaya.
Tubuh kita tidak dirancang untuk menangani gula yang berlimpah, tubuh kita tidak mampu mencerna gula dalam jumlah besar setiap hari.
Sebagai kompensasi untuk kelebihannya, organ tubuh kita dan kelenjar-kelenjar kita bekerja terlalu keras, menjadi lelah, dan pada akhirnya mengalami malfungsi, inilah apa yang kita kenal sebagai penyakit degenerasi.
Kecanduan gula juga erat hubungannya dengan alergi.
Tubuh sudah sangat terbiasa untuk berkompensasi atas kehadiran bahan-bahan alergen sehingga ketika bahan tersebut dihilangkan, terjadilah gejala penarikan diri.
Keinginan mengkonsumsi gula, merupakan suatu petunjuk langsung bahwa gula sedang bekerja merusak sistem kekebalan tubuh.
Jika anda sering menderita sakit kepala, kaku pada persendian, sering pegal-pegal, pembengkakan, kelelahan, dan penyakit lainnya yang tiba-tiba muncul tanpa diketahui sebelumnya, hal yang demikian berasal dari gula.

Walaupun gula banyak menimbulkan masalah tetapi tetap saja melanjutkan memakan makanan dari gula ini dan penyakitpun seolah dibiarkan berkembang.
Disini pentingnya memahami bahaya gula bahkan sejak dari dimulainya dalam jumlah sedikit, sudah semakin terlihat reaksi mata rantai ini.

Gula menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi tidak mampu lagi bereaksi terhadap makanan-makanan beracun dan sangat menjadi rentan terhadap penyakit.
Suatu proses yang dimulai dengan konsimsi gula yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh dan dapat menyebabkan alergi makanan, masalah pada kelenjar endokrin, hipoglikemia, diabetes, kerusakan gigi, osteoporosis, arthritis, kanker dan semua penyakit degeneratif lainnya.
Pengaruh gula juga mengacaukan rasio kalsium / fosfor, yang pertama kali ditemukan oleh Dr. Melvin Page, seorang dokter gigi yang mempelajari kerapuhan tulang pada pasiennya.
Dalam penelitiannya menyebutkan gula adalah penyebab berkurangnya fosfor dan meningkatnya kalsium.
Setelah ia menghilangkan gula dalam pola makannan dan menggantinya dengan makanan penuh, problem gigi-geligi lenyap bersamaan dengan banyak problem lainnya.
Para peneliti menemukan bahwa mencerna gula menaikan tingkat kecepatan ekskresi kalsium.
Jika kita makan gula, kalsium darah akan meningkat dan kita juga mengekskresinya, kita harus mengambil dari tulang dan jaringan-jaringan, karena disanalah tempat penyimpanannya dalam tubuh.
Akibatnya kekurangan kalsium dalam tulang, membuatnya rapuh dan mengakibatkan osteoporosis.
Sering kali dokter merekomendasikan konsumsi kalsium ekstra untuk mengatasi kekurangan kalsium ini, tetapi kalsium ini dapat menjadi racun jika mineral lainnya tidak seimbang dengannya.
Jadi akan jauh lebih baik untuk menghilangkan gula dari pola makanan.
Dari kebanyakan kasus, gulalah yang membuat mineral tidak seimbang dan menyebabkan kekurangan kalsium pada mulanya.
Untuk penggemar teh manis diperingatkan harus hati-hati, dikarenakan setiap kali kita makan dua sendok teh gula, rasio mineral dalam tubuh kita dapat berubah.
Vitamin dan mineral dalam tubuh kita selalu berubah, hal ini berkaitan dengan homeostasis, suatu penyelarasan susunan kimia tubuh yang terus menerus.
Gula dapat menyebabkan gizi mikro ini berubah secara radikal, dan membuat susunan kimia darah tidak homeostasis lagi.

Enzim bekerja untuk mencerna makanan dan melaksanakan fungsi-fungsi biokimia tertentu yang penting dalam tubuh ( lihat tulisan Sintoso Pujianto sebelumnya ).
Setiap makanan yang kita makan membutuhkan enzim untuk dapat dicerna dan di metabolisme sebelum dimanfaatkan oleh sel-sel kita.
Enzim selalu bekerja sama dengan mineral, jika mineral yang dimanfaatkan dalam tubuh menurun, seperti dengan adanya gula, maka mineral tersebut tidak akan cukup untuk fungsi enzim yang layak.
Karena itu, ketika kita makan gula, sulitlah bagi tubuh untuk mencerna yang lainnya didalam usus kecil, karena kurangnya enzim yang berfungsi.
Ketidakmampuan dalam mencerna makanan tersebut, lama kelamaan mengakibatkan alergi terhadap makanan itu.
Disini enzim tidak mampu mencerna makanan dengan sempurna, serpihan protein yang tidak dicerna mampu melepaskan diri ke dalam aliran darah, sistem imunitas mengenali protein ini sebagai penyerang dan bereaksi terhadapnya.
Ketika sistem imunitas menjadi lelah karena penggunaan yang berlebihan, muncullah gejala alergi seperti hay fever, resa sakit pada sendi, sakit kepala dan rasa lelah.

Gula juga sangat berperan pada proses terjadinya kanker.
Seperti kita ketahui kanker adalah suatu keadaan dimana sel-sel normal berubah menjadi abnormal.
Pada tahun 1920 Dr. Otto Walberg mengambil sel-sel manusia dan menghilangkan 35 % oksigen dari sel-sel tersebut, dan sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker.
Kemudian ia mengembalikan oksigen tersebut ke dalam sel-sel, tetapi mereka tidak manjadi normal kembali.
Ia berkesimpulan bahwa kanker tidak dapat diperbaiki atau disembuhkan.
Walberg tampaknya benar sampai pada tahap bahwa sel dapat berubah menjadi sel-sel kanker jika 35 % sistem oksigennya yang penting diambil.
Tetapi pada kesimpulannya tidak bisa dibenarkan, karena telah terbukti bahwa sel-sel kanker dapat kembali menjadi normal.

Sel-sel menjadi kanker, jika terus menerus mengacaukan susunan kimia tubuh.
Dalam susunan kimia tubuh normal, sel-sel mengembangkan produk sampingan yang disebut radikal-radikal bebas.
Produk-produk sampingan yang beracun ini termasuk peroxide, kelompok hydroxyl dan superoxide.
Tubuh manusia memiliki enzim yang menangani radikal-radikal bebas ini dan mengubahnya kembali menjadi produk yang berguna.
Enzim-enzim ini adalah peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase.
Seperti yang telah kita ketahui, enzim bergantung pada mineral untuk dapat berfungsi. Misalnya, peroxidase merupakan enzim yang bergantung pada selenium.
Jika anda terus-menerus membuat susunan kimia tubuh anda tidak seimbang dengan memakan gula dan makanan-makanan yang menimbulkan reaksi lainnya, ditambah diperburuk dengan adanya stres, emosional dan prilaku buruknya, maka anda meningkatkan kecepatan metabolisme anda dan memproduksi lebih banyak radikal bebas.
Disini akan menghalangi peroxidase, superoxide dismutase, dan catalase, dan radikal-radikal bebas tersebut akan tertimbun dalam sistem tubuh.
Ketika zat-zat itu tertimbun dalam sistem, terjadilah proses oksigenasi.
Ketika anda mengacaukan 35 % proses oksigenasi, sel-sel anda akan berubah menjadi sel-sel kanker.
Faktor lainnya yang berperan adalah cetakan genetik.

Jadi untuk menolong diri sendiri terbebas dari masalah gula dan bahan-bahan yang berbahaya lainnya, tentu harus mengatur pola makan.
Gagasan seperti ini dapat menuntun anda ke filosofi tanggung jawab dan bukannya filosofi rasa tidak berdaya dalam menghadapi permasalahan.
Kita tahu bahwa kita sendirilah yang menciptakan keburukan, kita dapat memilih untuk menghentikannya
Manisnya gula ternyata tak semanis rasanya.
Pepatah jaman dahulu mengatakan semut mati karena gula, mungkin sekarang lebih cocok manusia mati karena gula.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar