Setiap tanggal 7 mei, diperingati sebagai hari Asthma sedunia ( World Asthma Day ).
Perngatan oleh WHO ini dimaksudkan bukan sebagai seremonial belaka, melainkan mengandung seruan agar semua pihak mengurangi pencemaran udara.
Polusi udara yang dihasilkan dari asap rokok, pembakaran mesin kendaraan bermotor dan asap industri, semua menjadi faktor pencetus atau alergen terjadinya asthma.
Sehingga tak perlu heran, jika asthma selalu menjadi persoalan masyarakat luas, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Tingginya angka penderita asthma juga dipicu oleh pola hidup barat yang merambah ke berbagai negara.
Sebagai contoh soal : pemakaian karpet pada lantai rumah, pemberian mainan boneka pada anak, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak serta mengandung mono sodium glutamat atau vetsin, pola hidup seperti ini menimbulkan obesitas.
Obesitas atau kelebihan berat badan itulah yang menjadi faktor timbulnya hipersensitivitas saluran napas yang berujung pada gejala asthma.
Obesitas sendiri meningkatkan risiko dan memperberat asthma empat kali lipat.
Kecenderungan seperti ini banyak terjadi pada anak-anak dengan kondisi sekarang.
Penyakit alergi lainnya selain asthma yaitu rhinitis dan dermatitis atopic.
Menurut data terakhir, rhinitis menjangkiti sekitar 30 persen pria dewasa dan 40 persen anak-anak di seluruh Indonesia.
Alergi menyebabkan turunnya kinerja kerja dan produktivitas.
Selain itu mengeluarkan cost yang besar.
Salah satu cara untuk menurunkan prevalensi alergi adalah dengan mengetahui faktor-faktor risiko alergi.
Dengan cara ini diharapkan setiap orang dapat menghindari faktor pemicu atau alergen.
Jika cara ini belum ampuh juga, untuk langkah selanjutnya diberikan obat-obatan anti alergi.
Agar pengobatan berlangsung efektif, maka perlu memperhatikan terlebih dahulu simptom yang muncul pada penderita.
Simptom alergi rhinitis diantaranya : hidung tersumbat, mata berair disertai dengan gatal-gatal.
Selain menyerang mata, gatal-gatal tersebut juga menyerang telinga, hidung dan tenggorokan.
Beberapa studi menemukan fakta bahwa infeksi virus atau bakteri pada hidung, kerongkongan dan pipa bronkial atau disebut juga upper respiratory infection ( URIs ) mempunyai peranan yang penting bagi orang yang menderita alergi.
Dalam perjalanan waktu yang lama, alergi rhinitis akan menjadi kronis dan menyebabkan beberapa komplikasi, diantaranya infeksi sinus, infeksi pendengaran dan polip.
Penyakit alergi yang lain : dermatitis atopic dalam bahasa awam disebut eksim.
Sampai sekarang penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi dipercaya merupakan salah satu dari respons alergi.
Kebanyakan orang yang menderita dermatitis atopic mempunyai sejarah keluarga yang menderita alergi lain.
Sedangkan pada anak-anak yang menderita dermatitis atopic, sekitar 80 % nya akan menderita lainnya seperti asthma.
Jadi dapat dikatakan dermatitis atopic atau eksim merupakan gejala awal untuk terjadinya asthma dikemudian hari.
Bisa juga dikatakan kini eksim, esok hari asthma.
Diperkirakan sekitar sepertiga sampai separuh anak-anak yang menderita dermatitis atopic, mempunyai tipe alergi makanan.
Seseorang yang menderita dermatitis atopic biasanya dipicu oleh zat yang memicu alergi atau yang menimbulkan iritasim seperti sabun dan zat kimia lainnya, penderita juga rentan terhadap iklim dengan kelembaban yang rendah atau karena emosi, stress serta tekanan jiwa lainnya.
Anti histamin merupakan salah satu pengobatan yang penting untuk melawan alergi.
Tetapi perlu diketahui anti histamin dapat menyebabkan iritasi lambung, sebaiknya dikonsumsi bersama dengan makanan atau segelas air putih atau susu untuk mencegah keluhan nyeri lambung, terutama bagi yang mengalami nyeri lambung.
Beberapa jenis anti histamin dapat menyebabkan kantuk, efek ini digunakan juga sebagai terapi untuk menolong pasien agar dapat beristirahat dengan baik.
Jika anti histamin digunakan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gejala kelebihan obat yang serius.
Gejalanya : kejang, penurunan kesadaran, mukosa sangat kering ( mulut, hidung, tenggorokan ), pingsan, kemerahan pada wajah, halusinasi, kesulitan bernapas, kesulitan tidur.
Tidak dianjurkan digunakan bersama-sama dengan obat-obatan yang bekerja di susunan saraf pusat, seperti obat penenang, narkotika, obat kejang atau anesthesia, karena dapat memperberat efek samping obat.
Ada beberapa macam anti histamin, diantaranya : Brompheniramine, cetirizine, chlorpheniramine, diphenhydramine, loratadine.
Untuk dekongestan perlu diperhatikan, pasalnya dekongestan dapat meningkatkan tekanan darah penderita alergi.
Dekongestan juga dapat menyebabkan insomnia atau iritabilitas, serta menahan aliran urine.
Dekongestan tidak direkomendasikan lagi bagi penderita glaukoma.
Dekongestan bekerja dengan cara mengerutkan pembengkakkan jaringan rongga hidung dan pembuluh darah untuk mengurangi simptom.
Pembengkaklan rongga hidung, kongesti, sekresi mukus serta kemerahan.
Kortikosteroid dapat juga digunakan untuk mengurangi simptom alergi'
Kortikosteroid bekerja mengurangi inflamasi dan simptom alergi nasal lainnya.
Prinsip pengobatan alergi ialah bagaimana menghindari terpapar oleh alergen, pengobatan gejala dan memperbaiki reaksi tubuh sehingga respons tubuh tidak berlebihan terhadap alergen.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar