Selasa, 25 Oktober 2011

Di balik bau prengus daging kambing.

Siapa yang tak kenal daging kambing, daging yang satu ini punya tempat tersendiri terutama dikalangan kaum pria.
Daging ini sudah kepalang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual pria.
Kalau diamati secara fisik daging kambing tak ubahnya seperti jenis daging merah lainnya yaitu domba, sapi, dan kerbau.
Kandungan gizinya, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, juga tak jauh berbeda.
Komposisi gizi semua daging merah kurang lebih mirip.
Perbedaan ada, tetapi tidak terlalu jauh.
Perbedaan yang cukup mencolok dengan daging ternak lainnya justru pada aromanya.
Daging domba, sapi dan kerbau lebih beraroma amis saja, sedangkan daging kambing beraroma menyengat, orang jawa menyebutnya bau prengus.
Selain itu lemaknya lebih putih dan keras.

Ada beberapa orang mencoba berteori tetapi tidak didukung dengan bukti-bukti ilmiah, munculnya pengaruh pada pria katanya karena faktor sugesti.
Hal demikian tidak sepenuhnya benar.
Pada suatu penelitian dikatakan ; daging kambing memang termasuk aprodisiak, artinya bahan itu diduga bisa membangkitkan gairah atau potensi seksual.
Digolongkan aprodisiak karena mengandung L - Argynin ( sejenis asam amino yang menjadi bahan dasar Nitric oxide = NO ).
NO sangat berperan dalam meningkatkan gairah seksual, sebab NO memberi efek pelebaran pembuluh darah yang membuat aliran darah ke penis ikut lancar.

Menurut ilmu gizi tidak selalu keperkasaan pria timbul atau dikaitkan setelah pria itu memakan sate kambing akibat energi yang diperoleh dari lemak sate.
Penjual sate memang sering kali menyisipkan potongan lemak diantara potongan daging.
Energi tambahan lebih mungkin diperoleh dari bir yang diminum bersamaan dengan makan sate kambing tadi.
Sebab bir merupakan sumber energi cepat tersedia bagi tubuh.
Kalau kita makan daging kambing, perlu dicerna dahulu, lemak memerlukan waktu pencernaan setengah jam dan karbohidrat setelah dua jam, sedangkan bir cuma memerlukan waktu beberapa menit saja.
Untuk diserap sebagai energi, daging perlu waktu berjam-jam, sementara bir cuma dalam hitungan menit.
Oleh sebab itu setelah minum bir dalam jumlah secukupnya, tidak berlebihan, seseorang bisa merasa segar karena mendapat pasokan tenaga dari bir tadi.

Dari segi farmakologi daging kambing mengandung senyawa yang mirip hormon testosteron pada pria, tetapi untuk dapat menimbulkan sensasi seksual butuh waktu sampai dua jam.
Senyawa mirip hormon ini berperan dalam membantu peningkatan potensi seksual pria.

Ada juga yang beranggapan makan sate torpedo ( skrotum ) bisa meningkatkan potensi seksual, hal itu bisa benar, karena di daerah torpedo itu tempatnya hormon seks jantan, dengan memakannya seseorang jadi mendapat tambahan atau pasokan hormon seks, sehingga ada kemungkinan potensi seksualnya meningkat.
Di masyarakat kita selama ini ada suatu anggapan yang salah, untuk mengatasi masalah seks supaya lebih mantap di " arena pertandingan " maka makan sate sebanyak-banyaknya paling tidak 20 - 30 tusuk sate kambing sekaligus.
Padahal kebutuhan protein tubuh hanya 50 - 60 mg per hari.
Hal demikian jika sering dilakukan sangat berbahaya, karena dapat memicu obesitas dan mengundang munculnya penyakit metabolik.
Bagi penderita dengan kelainan ginjal juga tidak baik, konsumsi dalam jumlah besar sangat berbahaya, disini ginjal bekerja ekstra untuk mengolah protein kambing, akibatnya banyak protein yang tidak tersaring sempurna dan mengendap ke organ-organ vital.

Disamping dapat meningkatkan potensi seksual, daging kambing juga dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak, kemudian disertai dengan penurunan yang mendadak pula, sehingga orang yang mengonsumsi daging kambing dapat memunculkan gejala seperti pusing, berputar, keringat dingin, penglihatan jadi kabur, mual-mual bahkan sampai muntah-muntah.
Hal demikian dikarenakan daging kambing mempunyai kandungan zat yang sangat keras seperti nitric oxide, asam lemak jenuh stearat dan linoat yang bila terkonsumsi akan cepat menjadi lengket pada pembuluh darah, dan dapat menyebabkan penyempitan lubang pembuluh darah.
Daging kambing juga mempunyai kandungan energi yang cukup tinggi.

Jadi harus ekstra hati-hati mengonsumsi daging kambing jika sudah mempunyai riwayat darah tinggi ( hypertensi ) dan mempunyai usia sudah lebih dari 30 tahun, karena di usia-usia ini kondisi tubuh sudah mulai menurun dan mulai rentan terhadap kondisi-kondisi tertentu.
Daging kambing juga sering menjadi penyebab kambuhnya penyakit asthma bronchiale, dikarenakan volatile dari nitric oxide di dalam tubuh dapat merangsang sensitivitas saluran pernapasan ( saraf-saraf di bronchus ), akan berakibat saluran napas cepat menyempit.
Maka pengindap asthma bronchiale jika dideteksi lewat embusan saluran napas dengan teknologi laser, akan ditemukan nitrik oksida dalam jumlah yang cukup besar.

Pada umumnya orang mengonsumsi daging kambing hanya untuk tujuan-tujuan tertentu, tanpa memikirkan akibat dari daging kambing itu sendiri.
Memang daging kambing memiliki potensi sebagai bahan aprodisiak, oleh sebab itu daging kambing banyak diminati orang terutama kaum laki-laki, disamping dengan rasanya yang khas dan enak bila dimakan.
Bahan aprodisiak ini bekerja dengan cara membongkar hambatan sosial maupun jiwa, sehingga orang lebih lepas mengekspresikan kinerja seksualnya.
Kelepasan naluriah ini yang biasanya dibarengi oleh rasa senang seks yang meningkat ( sexual enjoyment ) bisa saja terkesan sebagai kehebatan seks.

Yang terpenting makanlah daging kambing tentunya bagi yang menyukainya, dan makan dengan porsi secukupnya, tidak berlebihan.
Jika perjalanan usia sudah berkepala tiga seharusnya berhati-hati dalam mengonsumsi daging kambing, serta yang memiliki riwayat penyakit seperti ; darah tinggi ( hypertensi ), jantung, kencing manis, gagal ginjal, stroke, rhematik, asthma bronchiale, alergi, dan obesitas ( kegemukan ).
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar