Kamis, 13 Oktober 2011

Perubahan rotasi planet, berujung pada petaka mahluk hidup.

Ketika otak mampu mengoprasionalkan pikiran, terkadang manusia selalu bertanya, kenapa akhir-akhir ini bumi kita sering mendapat prilaku yang tidak mengenakan seperti panas yang terlalu menyengat, hujan yang berlebihan, segudang penyakit bermunculan, bencana alam silih berganti dan seterusnya.
Seakan manusia masuk dalam periode penghukuman oleh yang Maha Kuasa.
Sampai-sampai ada yang sempat meramal tahun 2012 bakal terjadi kiamat artinya selesailah seluruh kehidupan di bumi ini.

Kalau kita berpikir secara ilmiah, semua kejadian-kejadian itu berawal dari prilaku manusianya sendiri.
Manusia yang telah merubah struktur bumi seperti penebangan hutan, polusi udara yang tak terkendali, penggunaan zat-zat yang dapat merusak lapisan ozon, efek dari rumah kaca dan sebagainya.
Keadaan ini lama kelamaan akan berpengaruh terhadap rotasi tata surya kita.
Misalnya saja belum lama ini ada penelitian jarak bumi dan bulan semakin menjauh.
Bulan bergeser menjauh dari bumi tiap tahunnya 3,4 cm dan pada ratusan tahun mendatang anak cucu kita terancam bakal tidak dapat melihat indahnya bulan purnama lagi seperti sekarang ini.
Dan percaya atau tidak setiap tahun tubuh kita akan lebih ringan sekitar kurang lebih 794 per sejuta gram dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di jaman dahulu pada tahun 1665 apel Newton perlu waktu satu detik untuk jatuh menyentuh tanah.
Hal seperti itu jika dilakukan sekarang, dipastikan butuh waktu lebih lama kira-kira 38 per sepermiliar detik.
Diduga kuat fenomena-fenomena perubahan yang berdimensi sangat kecil ini berhubungan dengan ulah perbuatan manusia di bumi, sehingga dapat mengacaukan rotasi tata surya pada poros yang semestinya.
Dalam perjalanannya secara perlahan tapi pasti, dapat memicu timbulnya berbagai permasalahan di bumi, tentunya menyangkut kehidupan dari mahluk hidup termasuk didalamnya manusia.

Peristiwa bencana iklim merupakan akumulasi panjang dari derita alam akibat kemajuan peradaban manusia.
Bencana iklim seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, hujan badai, hujan es, angin puting beliung dan lain-lain.
Faktor-faktor ini memberikan kontribusi terhadap bencana penyakit yang menimpa umat manusia.
Perubahan suhu dan kelembaban mengakibatkan perubahan kondisi kesehatan.
Di negara yang memiliki dua musim, kemarau dan hujan, cukup banyak orang yang merasakan gejala influenza atau flu.
Gangguan kesehatan ini sebagian besar dapat disembuhkan, namun ada juga yang sampai berkembang menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
Keadaan ini dianggap berkaitan dengan reaksi tubuh terhadap perubahan musim dan cuaca yang dapat menyababkan perbedaan suhu sampai 10 derajat celsius.
Di Jakarta perbedaan suhu antara siang dan malam setiap hari dapat mencapai 9 derajat celsius.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa perubahan cuaca yang besar dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Dari sejumlah penelitian di beberapa daerah menunjukkan, suhu panas yang ekstrim akan meningkatkan angka kematian.
Adapun kelembaban yang tinggi akan meningkatkan populasi nyamuk, dengan konsekuensi peningkatan jumlah kasus infeksi oleh virus dengue.
Kondisi udara panas juga dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi karena keluarnya keringat dalam jumlah besar.
Dehidrasi berat akan menyebabkan pengentalan darah dan gangguan sirkulasi, yang pada gilirannya akan menyebabkan gagalnya fungsi berbagai organ, seperti ginjal, hati, jantung, dan otak.

Udara yang terlalu panas juga membuat fisik menjadi tidak nyaman dan dapat mengganggu kejiwaan seseorang.
Dari hasil penelitian tim Institute Psikiatri London mengungkapkan, suhu udara yang panas mengakibatkan orang-orang yang tengah rentan jiwanya terdorong untuk mengakhiri hidup.
Kasus bunuh diri naik selama musim udara panas.
Begitu kesimpulan penelitian terhadap 50.000 kasus bunuh diri di Inggris dan Wales selama tahun 1993 - 2003.

Pada suhu diatas normal orang akan cenderung punya tingkat sensitivitas, agresivitas, dan kecenderungan menuruti kata hati lebih tinggi dari pada kondisi normal.
Suhu udara yang lebih panas bisa mempengaruhi jumlah serotonin, yaitu zat kimia di otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Selama bulan-bulan musim panas, volume serotonin lebih sedikit dibanding dengan musim-musim yang lainnya.
Proses adaptasi merupakan langkah penting dalam menekan korban ketika terjadi kenaikan suhu udara global.
Masyarakat diharapkan mengubah pola hidup ke arah yang lebih ramah lingkungan.

Perubahan suhu udara juga sangat berpengaruh bagi penderita asma bronkial, saluran napas disini sangat hiperesponsif pada beberapa kasus terhadap rangsangan suhu udara yang tidak menentu, dingin ke panas, atau panas ke dingin.
Maraknya gangguan pencernaan seperti diare, disentri, muntah berak ( muntaber ), sering menyertai perubahan suhu udara.
Polusi udara dan pencemaran lingkungan lainnya secara langsung akan berpengaruh terhadap perubahan iklim di bumi.
Pencemaran udara merupakan sinyal bencana bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Para ilmuwan khawatir hal seperti ini merupakan ancaman global.

Mutu sperma semakin merosot seiring dengan laju industrialisasi.
Bersamaan dengan itu, makin banyak pula ditemukan penyakit organ kelamin pada pria dan wanita.
Disini pencemaran lingkungan dianggap bertanggung jawab sebagai penyebab gangguan hormonal.

Pada penelitian yang dirilis dari tahun 1980 sampai tahun 2010 menyatakan kaum pria masa kini ternyata kwalitas spermanya tinggal setengah dibandingkan dengan kakek-kakek mereka.
Dari penelitian tahun 1980 diperoleh 117 juta sperma sehat, sementara pada tahun 2010 tinggal
86 juta.
Begitu juga dengan monyet, kelinci, kucing hutan, reptil, bahkan ikan dari berbagai penjuru dunia.
Contoh yang nyata adalah buaya dari sebuah danau di california yang penisnya mengerut gara-gara tercemar bahan kimia.

Cuaca ekstrim memang sangat berhubungan erat dengan kondisi kesehatan manusia, tidak jarang membuat tubuh mudah cape dan daya tahan tubuh menurun.
Dengan daya tahan tubuh yang tidak stabil dan menurun, tubuh akan mudah terserang berbagai macam penyakit.
Tidak ketinggalan penyakit alergi juga mudah muncul pada saat terjadi anomali cuaca.
Jika iklim berubah secara anomali, lingkungan semakin sulit di kontrol.
Kondisi seperti ini berisiko meningkatkan frekwensi penyakit alergi pernapasan seperti rinitis alergi atau radang hidung dan asma bronkial.
Pada keadaan suhu dingin, bagi yang memiliki bakat alergi akan menjadi lebih rentan.

Jadi semua kegiatan manusia di bumi yang bersifat merusak lingkungan secara global, akan berpengaruh langsung pada keadaan di bumi sendiri maupun pada gerakan rotasi bumi terhadap susunan planet di tata surya.
Revolusi bumi mengelilingi matahari dan rotasi bumi mengelilingi dirinya sendiri, lama kelamaan akan mengalami pergeseran atau perubahan.
Sumbu rotasi bumi ( sumbu imajiner bumi ) tidak lagi akan membentuk sudut 23,5 derajat terhadap sumbu revolusinya.
Sedikit demi sedikit sudut itu akan berubah.
Perubahan-perubahan ini mungkin akan dialami dalam waktu ratusan juta tahun lagi, dan bukan tidak mungkin akan menimbulkan masalah besar.
Jika sumbu rotasi bumi berubah-ubah, maka dapat terjadi kekacauan musim.
Misalnya saja pada bulan ini di Indonesia matahari bersinar sepanjang hari, bulan depan matahari tidak terlihat sama sekali.
Dalam hal ini praktis kehidupan manusia bisa kacau, kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan pun ikut menjadi tak karuan.
Bumi menjadi gunjang ganjing, inikah yang namanya kiamat ?, bumi akan berlalu dan selesailah seluruh kehidupan yang ada di bumi.
Tetapi jangan salah dalam pemahaman ini, bukan pada tahun 2012 nanti.
Kiamat dalam pandangan ilmu pengetahuan harus melalui suatu proses yang panjang, tidak secepat seperti beli nasi bungkus di warteg.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar