Minggu, 21 Oktober 2012

Salahkah jika mengonsumsi makanan dan minuman kemasan.

Makanan dan minuman kemasan dimasa yang lalu ditemukan tidak sebanyak sekarang ini.
Ada makanan yang sehat tetapi rasanya tidak nikmat.
Biasanya orang menginginkan makanan dan minuman sehat, bukan sekedar nikmat.
Banyak makanan dan minuman kemasan yang diproduksi dengan memperhatikan aspek selera, sehingga membuat makanan dan minuman itu disukai oleh banyak orang.
Kecanggihan teknologi pengolahan makanan, pengemasan, dan penyimpanan secara tidak langsung akan menguntungkan konsumen.
Kalau dimasa lalu orang sering dibikin jengkel, karena susu yang baru dibuat langsung banyak gumpalannya.
Tetapi sekarang telah hadir susu instan yang dijamin tidak akan menggumpal lagi.
Zaman dulu, kita merasakan repotnya membuat mie goreng atau rebus, tetapi sekarang ini, cukup dengan membeli mie instan langsung dapat disajikan dengan cepat dan rasanya pun tak kalah dengan mie tradisional zaman dulu.
Dan masih banyak lagi contoh makanan dan minuman kemasan yang sekarang dapat dengan mudah dijumpai diberbagai toko, warung, mini market sampai pasar swalayan besar.
Pertumbuhan makanan dan minuman kemasan ini dalam dekade terakhir ini semakin cepat.
Membanjirnya produk-produk ini adalah berkat peranan bahan tambahan makanan ( BTM ).
BTM bukan cuma zat pengawet saja tetapi dapat memberi aroma dan warna.
Misalnya : aroma stroberry pada minuman ringan, serta warna marah pada minuman cocktail.
Dalam pembuatan dressing salad diperlukan emulsifiers untuk mencampur minyak dan air agar tidak terpisah.

Salah satu alasan mengapa senyawa kimia diperlukan untuk pengawetan makanan, karena berubahnya cara produksi, pemasaran, serta konsumsi suatu makanan.
Rentang waktu ketika makanan diproduksi dan ketika mencapai konsumen kini semakin panjang.
Dilain pihak, konsumen mengharapkan semua makanan tersedia sepanjang tahun dan bebas dari mikroorganisme pembawa penyakit.
Berbagai mikroba dari jamur sampai bakteri merupakan agen pembusuk yang sering menimbulkan masalah pada keamanan pangan.
Di Amerika Serikat telah dibuat undang-undang sejak tahun 1958.
Bahwa yang namanya zat kimia bila ditambahkan pada makanan ataupun minuman dapat menyebabkan penyakit kanker, dilarang keras pemakaiannya.
Apabila dilanggar akan mendapat sangsi berat, begitulah hukum dinegara adidaya.
Namun bagaimana jika produsen berdalihn bahwa zat kimia itu mampu mencegah racun botulinum yang mematikan yang terdapat pada daging kalengan ?
Nitrit adalah senyawa pengawet itu, yang biasanya ditambahkan pada daging kalengan dan sampai sekarang masih memunculkan kontroversi.

Sejak keberadaan BTM makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna.
Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan.
Sebenarnya BTM sudah lama digunakan dalam pengawetan makanan.
Orang Romawi kuno menggunakan garam untuk mengawetkan daging, dan sulfur untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minuman anggur.
Dengan semakin bertambah banyaknya daftar bahan tambahan makanan, maka semakin khawatir dan prihatin pula masyarakat pada umumnya.
Dan ditambah dengan kurangnya niat pengawasan yang sungguh-sungguh dari pihak terkait.
Maraknya BTM dipasaran semakin tak terkendali, meliputi jenis BTM yang telah diizinkan maupun dari jenis yang belum diteliti alias tidak jelas juntrungannya.
Pendapat yang sering kontroversi adalah kemungkinan munculnya kanker akibat BTM ini.
Memang kanker sangat lambat dalam tubuh manusia, biasanya memakan waktu 5 - 10 tahun setelah seseorang kontak dengan bahan karsinogenik ( penyebab kanker ), karena itu mencari penyebab kanker pada manusia menjadi lebih sulit.
Sampai sekarang belum ada dampak langsung ( seketika ) yang menunjukkan BTM berakibat buruk pada janin dalam kandungan.
Namun, pada binatang percobaan terlihat sakarin ( pemanis buatan ) bersifat racun bagi janin.
Walaupun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, sebaiknya para ibu hamil harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau minuman kemasan yang mengandung sakarin.

Pada dekade tahun 1970 - 1980 an, terjadi perdebatan pro-kontra tentang monosodium glutamate atau MSG ( bumbu masak )--- Baca tulisan dr. Sintoso Pujianto tentang pro-kontra MSG, pada buku sehat itu enak dan perlu. terbitan Kompas Gramedia.
Tikus muda yang baru lahir mengalami cacat setelah diberi ransum mengandung MSG.
Penelitian lainnya menggunakan anak ayam menunjukkan munculnya gejala-gejala mengantuk setelah anak ayam mengonsumsi MSG.
Itulah sebabnya MSG pernah dilarang pada makanan bayi di Inggris dan Singapura.
Penelitian yang sama, dilakukan pada hewan kera dan anjing, ternyata tidak memberikan dampak apapun.

Bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah : Sulfit, nitrit, BHA atau BHT, dan benzoat.
Penggunaan bahan pengawet seperti itu sampai sekarang masih dalam perdebatan, mengenai aman atau tidaknya.
Memang selama ini belum ada BTM yang pernah menyebabkan reaksi serius pada manusia.
Namun, dalam penelitian dibuktikan, pemakaian dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Bahan pengawet sulfit, dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang cukup fatal bila termakan orang yang sensitif tubuhnya.
Misalnya saja bagi pengindap penyakit asthma bronchiale, sulfit dapat segera menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan bengkak.
Sulfit ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang.
Jenis produk yang menggunakan sulfit biasanya ; jus buah, minuman isotonik, sosis, dan acar kering ( asinan yang dikeringkan ).
Mungkin masih dalam ingatan kita, pada tahun 1989 terjadi kasus biskuit beracun yang menelan korban 38 jiwa manusia.
Hal ini akibat mengonsumsi natrium nitrit yang tidak disengaja ditambahkan pada makanan, karena kekeliruan.
Nitrit adalah pengawet pada daging.
Pada daging kalengan, misalnya pada corned, hamen wors atau yang sejenisnya, nitrit yang digunakan biasanya dengan dosis 50 mg / kg.
Pada  mulanya, nitrit dan nitrat digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada daging yang diawetkan.
Belakangan diketahui, zat itu dapat menghambat pertumbuhan bakteri clostridium botulinum yang sering muncul pada makanan awetan.
Penggunaan nitrit dan nitrat semakin meluas seperti pada pembuatan sosis, ham, dan hamberger.
Bila makanan itu diawetkan, maka pada umumnya akan kehilangan vit A dan E.
Ke dua vitamin itu bersifat antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan.
Sebagai penggantinya didalam kaleng diberikan BHA / BHT juga sebagai antioksidan, tetapi dalam penelitian membuktikan bahwa BHA / BHT sebenarnya kurang baik karena dapat menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang alergi terhadap aspirin.

Lain lagi dengan pengawet benzoat digunakan untuk mencegah kapang dan bakteri, khususnya pada produk sirup, margarin, kecap, selai, jeli, dan cider.
Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet yang aman.
Di Amerika Serikat benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk makanan.
Senyawa ini digolongkan dalam Generally Recognized as Safe ( GRAS ).
Benzoat pada penelitian dibuktikan sebagai pengawet yang mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia.
Dikarenakan hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien.
Dilaporkan dari hasil penelitian bahwa pengeluaran senyawa benzoat antara 66 - 95 % bila dikonsumsi dalam jumlah besar.
Benzoat sampai saat ini dipandang tidak mempunyai efek teratogenik ( menyebabkan cacat bawaan ), jika dikonsumsi lewat mulut tidak mempunyai efek karsinogenik.

Peranan kemasan sangat besar untuk mencegah terjadinya kerusakan vitamin.
Penggunaan karton tetrapak ternyata lebih menguntungkan ketimbang botol.
Dalam suhu kamar kerusakan vitamin C dalam minuman kemasan botol dapat mencapai 70 % setelah 10 minggu.
Tetapi dengan kemasan tetrapak kerusakannya hanya 30 %.
Penyimpanan dalam lemari pendingin hanya menyebabkan kerusakan 10 %.
Sayangnya banyak penjual minuman kemasan misalnya diwarung-warung tidak dilengkapi dengan lemari pendingin, sehingga minuman kemasan banyak terpapar matahari yang menimbulkan kerusakan zat gizi.
Ada juga minuman kemasan yang diletakan dalam lemari pendingin, tetapi listriknya menyala, kemudian mati alias byar-pet, sehingga menimbulkan embun es yang ada masuk ke dalam kemasan.
Disini minuman menjadi berubah pH nya, zat gizi menjadi rusak, rasanya pun berubah.
Kuman yang tidak aktif menjadi cepat berkembang biak, akhirnya minuman menjadi tercemar.
Bila diminum bisa menimbulkan sakit perut dan mencret-mencret ( biasanya terjadi di kantin-kantin sekolah, bila anak-anak sudah pulang sekolah, listrik dimatikan, bila pgi-pagi waktu masuk sekolah listrik dihidupkan )
Proses pengepakan sendiri sebenarnya tidak banyak merusak nilai gizi.
Sebaiknya kita harus berucap syukur, karena dengan teknologi kemasan ini kita dapat mengonsumsi beragam makanan dan minuman dengan aneka cita rasa.
Dan para konsumen juga diharapkan tetap dianjurkan untuk memperhatikan tanggal kedaluarsa dari tiap kemasan dan bahan kimia yang terkandung didalamnya, serta jangan lupa cicipilah rasa dari makanan dan minuman itu, apakah dari rasanya masih layak di konsumsi atau tidak.
Disini konsumen disiapkan dan dihadapkan untuk waspada, karena sistem pengawasan kita kian renta dan sekarat.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

3 komentar:

  1. Konsumsi makanan tidak salah, tapi yang baik itu haruslah menggunakan Kemasan Makanan yang baik pula.

    BalasHapus
  2. punya cafe atau toko? pasti menyediakan display cooler donk atau mesin pendingin? nih ane kasih tipsnya gan biar awet. check this out

    BalasHapus
  3. gan, kalau punya usaha minuman lebih baik beli cup sealer disini deh soalnya aku udh pernah beli. mesinnya bagus sesuai dengan harganya. :)

    BalasHapus