Kamis, 20 September 2012

Gandrung dengan tumbuhan obat.

Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alami belakangan ini semakin marak baik di kota maupun di daerah.
Penyebabnya karena harga obat-obatan semakin mahal dan anggapan beberapa orang pengobatan dengan cara medis kurang begitu memberi harapan.
Ditambah kemungkinan dengan pengobatan medis orang sudah jenuh, sekali kali beralih ke bahan alami barangkali dapat memberikan harapan baru.
Sedangkan bahan alami relatif kecil efek sampingnya bila dikonsumsi secara benar.
Bahkan, tidak pernah di khawatirkan akan menimbulkan efek sampingan yang merugikan.
Akibatnya, penggunaan tumbuhan obat menjadi berlebihan tanpa kendali.
Padahal anggapan yang mengatakan tumbuhan alami itu aman dan tanpa efek samping itu salah besar.
Tidak semua tumbuhan alami aman dan tanpa efek sampingan.
Sampai dalam batas-batas tertentu mungkin bermanfaat, tetapi bila sudah melampaui batas, justru bahayalah yang akan menunggu.
Mungkin tumbuhan obat akan memberikan hasil bila dikonsumsi secukupnya untuk tujuan pengobatan.
Namun janganlah beranggapan, karena aman dan ingin cepat sembuh, segala macam bahan tumbuhan lalu dikonsumsi tanpa mendalami sifat dan mengontrol dosis atau jumlah yang digunakan.
Yang perlu diingat bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan hanya didapat dari pengalaman pengobatan turun temurun dari nenek moyang, tanpa melalui uji eksperimen dan penelitian ilmiah.
Sebenarnya obat-obatan dari bahan alami sifatnya lebih toxic ( beracun ) ketimbang obat-obatan konvensional dari dokter.
Karena obat-obatan dari bahan alami tidak melalui pengujian dan penelitian secara ilmiah, didalamnya mengandung zat apa, kita tidak mengetahuinya dengan pasti.
Lain halnya dengan obat konvensional dari dokter, sudah jelas sebelum diedarkan juga harus melalui uji eksperimen dan penelitian lebih dahulu.
Dan pada bungkusnya ditulis jelas , lengkap, disertai dengan kegunaan, efek samping dan cara pemberiannya.
Misalnya saja kita ambil contoh tumbuhan dringo ( Acorus calamus ) di Jawa disebut dlingo.
Secara tradisional dlingo sering digunakan sebagai bahan penenang dan untuk mengatasi stres.
Dringo memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron, yang terdiri atas dua isomer alfa dan beta asaron.
Senyawa ini memiliki struktur kimia mirip dengan senyawa golongan amfetamin.
Dalam dosis rendah dringo dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif ( penenang ) terhadap sistem saraf pusat.
Namun, juka digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yaitu meningkatkan aktivitas mental atau populer disebut psikoaktif.
Bahkan beta asaron dringo merupakan salah satu senyawa alami yang potensial sebagai karsinogenik atau pemicu timbulnya kanker.
Penggunaan dringo dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker, jika antibodi yang ada ditubuh tidak bisa mengeliminasi.
Dari hasil penelitian hewan percobaan memperlihatkan dringo dapat menimbulkan efek genotoksik ( meracuni gen ), sehingga memicu sel-sel tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali menjadi tumor atau kanker.
Dringo dapat menyebabkan asites ( cairan di perut ), depresi, perubahan pada jantung dan hati, serta perlukaan dalam saluran pencernaan.
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah, belakangan Federal Drugs of Administration ( FDA ) melarang penggunaan dringo secara internal, karena dianggap merugikan kesehatan.

Pare ( Momordica charantia L ), banyak terdapat didaerah tropis termasuk sayuran buah, rasanya sangat pahit.
Di Jakarta pare biasanya sering digunakan dalam pembuatan campuran siomai rasanya sangat nikmat, bisa juga dibuat lalaban mentah atau dikukus,ditumis, dibuat campuran sambal goreng, gado-gado dan seterusnya.
Pare mengandung zat kimia seperti momordisin,momordin, keratin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, flavonoida dan polifenol.
Serta vitamin A, C dan minyak lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan loleostearat.
Zat momordisin dan momordin dapat menurunkan gula darah ke tingkat yang lebih rendah, bahkan dibawah nilai normal.
Dalam penggunaan untuk pengobatan kencing manis ( Diabetes melitus ) haruslah hati-hati, sebab dapat menimbulkan hipoglikemi ( gula dalam darah sangat rendah ) dosis yang digunakan harus sesuai aturan, karena jika berlebihan akan membahayakan si pemakai.
Pare juga dalam penelitian dapat digunakan sebagai obat kontrasepsi pria, karena efeknya dapat menghancurkan testis pada pria, jika dimakan tidak sesuai aturan dan berlebihan.

Bawang putih juga bila dikonsumsi berlebihan lebih dari 2 ml per hari, akan menyebabkan lambung terbakar, karena mengandung sulfur yang cukup tinggi kadarnya..

Daun tempuyung ( sonchus arvensis ) memiliki khasiat sebagai tanaman obat yang dapat menghancurkan batu ginjal.
Tanaman ini memiliki efek diuretik ( pelancar kencing ) dan berkemampuan untuk meluruhkan ( mendorong ) atau litotriptik ( menghancurkan ) batu ginjal.
Tetapi kalau diminum secara berlebihan dan tidak menurut aturan pakai malah bukan berkat yang didapat melainkan laknat yang dituai.
Daun tempuyung ini jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada glomerulus ginjal ( saringan ginjal ) sehingga fungsi ginjal dapat terganggu.

Mentimun ( cucumis sativus L ).
Dikenal mempunyai sifat hipotensif ( menurunkan tekanan darah ) dan diuretik ( melancarkan air seni ) serta dapat meluruhkan batu ginjal.
Tetapi kenyataannya jika diminum dalam dosis yang berlebihan dan tidak sesuai aturan akan menimbulkan bahaya besar.
Pada penelitian, bila seseorang meminum air mentimun ( mentimun yang sudah di buat jus ) 2 gelas ukuran 100 ml dalam sehari, diminum selama 3 bulan, akan menyebabkan organ ginjal menjadi lembek dan rapuh.

Temulawak ( curcuma ).
Tumbuhan ini sangat terkenal dan sering digunakan untuk obat penambah napsu makan.
Disamping itu temulawak juga dipakai untuk pengobatan peradangan hati ( hepatitis A ).
Tetapi kenyataannya jika diminum terus menerus dan melebihi takaran yang telah ditentukan, justru akan menimbulkan efek balik, bisa terjadi kerusakan pada organ hati itu sendiri.

Biji pinang ( Areca catecu ).
Sudah digunakan secara luas sejak ratusan tahun oleh nenek moyang kita, ternyata memiliki potensi yang membahayakan bagi tubuh.
Biji pinang paling populer digunakan sebagai kegiatan menyirih ( menginang / kinang ), dengan campuran diantaranya ; biji pinang, daun sirih, dan kapur, terkadang ada tambahan tembakau.
Diperkirakan penggemar biji pinang dalam berbagai bentuk sediaan mencapai sekitar 700 juta orang didunia.
Biji pinang mengandung arekolin, senyawa alkaloid aktif, bila digunakan dalam dosis yang berlebihan akan membahayakan kesehatan .
Senyawa ini sangat potensial dapat bersifat sitotoksik ( meracuni sel ) dan mempunyai efek stimulan yang kuat.
Arekolin dalam dosis 2 mg saja sudah dapat menimbulkan efek stimulan.
Arekolin juga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan glutationa, yaitu sejenis enzim yang berfungsi melindungi sel dari efek merugikan.
Biji pinang mengandung senyawa golongan fenolik ( senyawa kristal beracun ) dalam jumlah relatif tinggi.
Selama proses pengunyahan biji pinang di mulut, oksigen reaktif ( radikal bebas ) akan terbentuk dari senyawa fenolik itu.
Adanya kapur sirih yang menciptakan kondisi pH alkali akan lebih merangsang pembentukan oksigen reaktif itu.
Oksigen reaktif inilah salah satu penyebab terjadinya kerusakan DNA atau genetik sel epithelial ( lapisan yang menutupi permukaan dalam dan luar tubuh ) dalam mulut.
Kerusakan dapat berkembang menjadi fibrosis submukosa, yaitu salah satu jenis kanker mulut, yang telah menjangkiti sekitar 0,5% pengguna biji pinang.
Biji pinang juga dapat menimbulkan luka pada mulut dan usus, yang juka dibiarkan dapat berakhir pada munculnya kanker.
Di dalam biji pinang terdapat senyawa turunan nitroso, merupakan senyawa yang bersifat sitotoksik dan genotoksik pada sel epithelial buccal, serta dapat menyebabkan tumor pada pancreas, paru-paru, hidung dan hati.
Biji pinang juga dapat menimbulkan efek kontraksi pada saluran pernapasan, maka harus hati-hati bagi penderita asthma bronchiale ( pada orang tua penderita asthma gejalanya akan lebih parah ).
Penggunaan biji pinang dalam waktu bersamaan dengan obat sintetis yang mengandung flupentiksol, proksiklidina, flufennazina, prednison dan salbutamol, dapat menimbulkan efek jaw tremor, kekakuan, serangan asma , alergi ( gatal-gatal ).

Ginkgo biloba.
Tanaman ini berasal dari kawasan China utara, sejak ribuan tahun tanaman ini digunakan untuk membantu memperlancar pemberian oksigen terhadap darah, meningkatkan sirkulasi darah dan menguatkan pembuluh darah.
Ginkgo biloba terkenal mampu meningkatkan fungsi otak yang mungkin penting artinya bagi yang menderita atau mendapat masalah-masalah kurang konsentrasi dan kehilangan daya ingat.
Dengan alasan tersebut tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan penyakit Alzheimer.
Tanaman ginkgo ini meningkatkan arus aliran darah ke otak sehingga meningkatkan arus informasi dari otak ke seluruh tubuh.
Adapun komponen utama yang terkandung didalamnya ; flavonoid ( ginkgolide, quercetin, chaempherol ), asam ginkgolinat, bilobetin, proanthocyanidins, ascorbic acid, dan karotenoid ;
Biji mengandung lemak esensial, asam lemak, tannin dan resin.
Tumbuhan ginkgo biloba ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, bila dikonsumsi bersama obat sintetis, sebagai contoh soal :
Ginkgo biloba, bila berinteraksi dengan aspirin ( obat penghilang rasa sakit dan pengencer darah ) dapat menimbulkan hyphema ( perdarahan dalam rongga anterior mata ) secara spontan.
Jika ekstrak ginkgo biloba dalam tubuh berinteraksi dengan paracetamol ( obat penurun panas ) dapat menimbulkan efek sampingan bilateral subdural haematoma ( penimbunan darah di dalam rongga subdural yang berasal dari ke dua pembentuk rongga yaitu duramater dan arakhnoid ).
Ada beberapa pasien yang menggunakan ekstrak ginkgo biloba dan paracetamol secara bersamaan dilaporkan terserang subarachnoid haemorrhage ( perdarahan intra kranial ke dalam ruang subarachnoid ) dan subdural haematoma ( penimbunan darah di dalam rongga subdural ).
Bila interaksi terjadi antara ekstrak ginkgo biloba dengan warfarin, akan timbul intracerebral haemorrhage ( perdarahan dalam serebrum ), sedangkan interaksi dengan obat-obatan yang mengandung diuretik thiazina akan berakibat munculnya hipertensi ( darah tinggi ).

Ginseng adalah tumbuhan obat yang dipercaya sebagai aprodisiak dapat menimbulkan efek negatif bila berinteraksi dengan obat sintetis.
Interaksi ginseng dengan obat-obatan yang mengandung fenelzina dapat menimbulkan sakit kepala, tremor, dan mania.
Ekstrak ginseng juga dapat meningkatkan pengaruh alkohol, karena ekstrak ginseng dapat meningkatkan aktivitas dari enzim alkohol dehidrogenase dan aldehida dehidrogenase.
Sedangkan interaksi ekstrak ginseng siberia dengan digoxin ( obat jantung ) dapat meningkatkan konsentrasi digoxin dalam tubuh, sehingga dosis yang terdapat dalam tubuh atau bagian tubuh tertentu lebih tinggi dari dosis yang seharusnya dibutuhkan.

Kayu manis Cina atau Liquorice ( Glycyrrhiza glabra ).
Kayu yang satu ini sangat terkenal untuk campuran obat tradisional Cina.
Di dalamnya mengandung senyawa glisirizina, jika berinteraksi dengan obat prednisolon akan menyebabkan terjadinya penurunan penyebaran plasma dan meningkatkan konsentrasi prednisolon dalam plasma.
Kayu manis, jika berinteraksi dengan obat kontrasepsi oral akan menimbulkan hipertensi, edema ( pembengkakan ), dan hipokalemia.
Efek ini timbul karena obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan sensitivitas penggunanya terhadap asam glisirizin pada ekstrak kayu putih.
Dilaporkan wanita lebih sensitif terhadap kayu manis dari pada pria.

Dan masih banyak lagi tumbuhan obat lainnya yang mempunyai efek negatif,  bila dicampur dengan obat sintetis, maupun tanpa dicampur obat sintetis.
Untuk itu dalam menggunakan obat-obatan sintetis ataupun ramuan tradisional ( tumbuhan obat ) untuk menunjang kesehatan tubuh sangatlah perlu dipahami sifat-sifat dari bahan itu.
Tidak semua tumbuhan obat aman untuk di konsumsi, apalagi dalam jumlah yang tidak rasional.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar