Dibenak kepala atau otak manusia tak jarang mempunyai pikiran-pikiran negatif seperti misalnya marah, kesal, benci, iri hati, sedih, kecewa dan seterusnya.
Hal seperti itu terjadi bila ada sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Ketka dalam diri menganggap tak ada orang yang lebih hebat dari dirinya, maka saat itulah kesombongan bertahta dengan nyaman.
Sebaliknya, ketika merasa tak punya sesuatu yang bisa dibanggakannya, munculah rasa malu dan rendah diri.
Ada beberapa orang beranggapan perasaan-perasaan itu suatu saat akan hilang dengan sendirinya ketika permasalahan dapat diselesaikan dan masih merupakan hal yang wajar.
Tetapi sebenarnya keadaan seperti itu biasanya selalu berulang dan sudah menjadi dasar dari watak seseorang.
Keadaan-keadaan seperti itu harus diwaspadai jika terus-menerus terjadi.
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa serangan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan bahkan kanker, bersumber dari pikiran-pikiran negatif.
Tentang hubungan pikiran negatif dengan kesehatan ; Cohen dan Gail M. Williamson, dua psikolog dari university of Georgia di Athens, Amerika, menemukan bahwa orang-orang yang kehidupannya penuh tekanan atau tinggal dalam keluarga yang sulit keadaannya, mengalami lebih banyak keluhan pada saluran pernapasan bagian atas, seperti selesma, tengorokan terasa kering dan demam.
Orang-orang itu juga sering mengunjungi dokter karena masalah kesehatannya dibanding dengan orang lain.
Tentunya orang banyak bertanya-tanya, bagaimana mungkin pikiran atau perasaan bisa menimbulkan penyakit ?
Para peneliti meyakini bahwa emosi negatif dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang.
Dr. Candace Pert, ahli stres dari Amerika Serikat mengatakan bahwa otak manusia menafsirkan rasa marah, takut dan stres sebagai gangguan, yang kemudian menimbulkan reaksi pada sistem kekebalan tubuh.
Ketika seseorang merasa tertekan, otak akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan adrenalin, yang bertugas mengatasi stres.
Bila hormon stres yang dilepaskan terlalu banyak akibat emosi negatif yang berlebihan, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol untuk menetralkannya.
Peningkatan kadar kortisol ini pada akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme, dengan gejala seperti kegemukan, diabetes, hipertensi, serangan jantung, kerapuhan tulang, penurunan daya ingat, dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Don Colbert dalam bukunya The Deadly Killer, mengatakan bahwa orang yang tidak dapat mengendalika stres emosional berisiko mengalami kematian 40 % lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengalami stres.
Pada sebuah penelitian di The National Institute on Aging, ditelitii sekitar 4800 orang berusia diatas 71 tahun.
Dalam penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami depresi kronis, paling tidak selama 6 tahun terus-menerus, memiliki risiko 88 % lebih besar menderita kanker pada 4 tahun ke depan.
Para peneliti menduga bahwa depresilah yang mengakibatkan rusaknya T - Cell dan bagian tubuh lain yang dapat membantu melawan penyakit, sehingga muncul penyakit kanker.
Tidak hanya itu, depresi diyakini menjadi sumber penyakit diabetes, serangan jantung, dan asthma.
Pada dasarnya semua pikiran negatif akan memberikan efek negatif terhadap diri seseorang.
Bila menabur benih negatif, akan menuai buah yang negatif pula.
Ketika kesombongan itu muncul dengan melihat orang lain lebih rendah dari dirinya, maka otomatis orang itu akan dibenci oleh lingkungan, tidak punya teman, dan akhirnya merasa kesepian, serta hidupnya tak tentram.
Jadi efek negatifnya semakin meluas, bukan hanya mengenai orang lain, tetapi juga mengenai dirinya sendiri.
Tidak dipungkiri dalam kehidupan manusia selalu ada sisi positif dan negatifnya.
Manusia selalu dihadapkan pada hal yang baik dan yang buruk, baik di dalam maupun di luar kendali dirinya, dan harus memutuskan apa yang akan dilakukan dan bagaimana menyikapinya, itu yang namanya perjuangan hidup.
Pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam kehidupan manusia sebenarnya adalah hal yang wajar, dan bahkan memiliki sisi positif.
Sebagai contoh soal ; kehidupan Sidharta Gautama sejak kecil, ia dijauhkan dari segala hal yang negatif ( sakit, kematian, penderitaan, dan sebagainya ), tujuannya agar ia hanya merasakan kebahagiaan.
Namun, ketika ia dewasa dan melihat sendiri kesengsaraan disekitarnya, hal tersebut tidak mengganggunya, tetapi justru membuatnya berpikir dan berusaha mencari cara untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan.
Jadi " Hal negatif tidak selalu membuat kita menjadi negatif , kalau dapat mengatasinya dengan baik, hal negatif itu justru akan membuat diri kita menjadi lebih dewasa dan lebih kuat ".
Dari sekarang mulailah berpikir secara positif, dengan meninggalkan pikiran yang negatif.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Selasa, 23 Juli 2013
Senin, 22 Juli 2013
Mengontrol pengaruh media elektronik pada anak.
Media elektronik yang bernama televisi pengaruhnya memang terbukti sangat ampuh untuk membuat orang mabuk kepayang dan duduk manis berjam-jam tanpa reserve.
Maraknya film kartun yang mendominasi program anak dalam dunia pertelevisian hampir 87 %.
Tanpa disadari banyaknya film-film itu yang ditonton anak-anak, baik diusia sekolah dasar, maupun prasekolah yang sajian itu sebenarnya menjadi target utamanya.
Film-film kartun ditambah lagi dengan tayangan iklannya lebih cocok untuk konsumsi kaum remaja dan orang dewasa, karena lebih mengekpos kekerasan, seksualitas / pornografi, supranatural, alur cerita dengan karakter tokoh yang sulit diterka, dan seterusnya.
Jam tayangnya pun tidak mempertimbangkan aktivitas anak untuk sekolah, belajar, bermain atau istirahat, sehingga dalam seminggu anak-anak bisa menonton hingga 30 - 35 jam.
Hal seperti ini tentu saja sangat mempengaruhi kreativitas dan kesehatan anak.
Dalam suatu penelitian di usia delapan belas tahun, seorang anak telah menonton televisi rata-rata sebanyak tujuh belas ribu jam.
Selama itu, si anak tentunya telah menyaksikan dua puluh ribu pembunuhan dan tiga ratus enam puluh lima ribu iklan.
Anak-anak belum bisa membedakan antara belajar dan hiburan.
Mereka belajar dari apa yang mereka lihat.
Kebanyakan anak cenderung menerima banyak dari apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan.
Mereka masih sulit membedakan mana yang fantasi dan mana yang realita.
Oleh karena itu, anak-anak cenderung belajar serta mengingat semua bentuk perilaku agresif baru dari tayangan berbagai jenis kekerasan yang disajikan media masa.
Dengan kontinuitas serta terus-menerus diisi dengan pemaparan perilaku agresif, kepekaan emosional mereka lambat-laun akan berkurang.
Jumlah tayangan kekerasan yang disaksikan anak di televisi berkaitan erat dengan perilaku agresif yang diperlihatkannya.
Hampir semua tayangan acara di televisi mengandung unsur kekerasan dan hal ini tidak membuat si anak jadi santai ataupun meninggalkan perasaan nyaman, melainkan dapat membuatnya menjadi cemas.
Tayangan itu pun sama sekali tidak mendidik, contohnya dari segi seksualitas yang dipertontonkan, sebagian besar hubungan cinta-kasih yang digambarkan lebih merupakan hubungan saling mengeksploitasi ketimbang hubungan yang saling mengisi sebagaimana seharusnya suatu perkawinan sakral yang diberkati Tuhan.
Menonton televisi itu sifatnya pasif.
Awal dari mengajarkan anak mendapatkan kepuasan dari dalam dan mengendalikan dorongan hati, si anak belajar bahwa cukup dengan menekan sebuah tombol, tanpa perlu menggunakan pikiran dan tenaga, ia dapat langsung memperoleh kepuasan.
Dengan menonton televisi akan memperpendek rentang perhatian anak dan membuat kesehatan fisik dan mentalnya memprihatinkan.
Lebih dari separuh iklan di televisi mengiklankan makanan yang nilai gizinya perlu dipertanyakan, yaitu berkandungan gula tinggi dan zat pewarna buatan yang mempunyai dampak merusak kesehatan serta perilaku anak.
Anak-anak di bawah usia delapan tahun tidak dapat membedakan kandungan acara dan kandungan komersialnya .
Sebagai contoh, mereka mungkin merasa bahwa jagoan yang mereka idolakan itu juga melegalkan semua produk yang diiklankan.
Dengan menonton televisi anak dikondisikan, dibuat untuk mempercayai dari apa yang ia lihat.
Para pembuat iklan yang sudah berpengalaman ahli dalam membuat slogan mencoba menghipnotis pikiran si anak dan hasil memperdayanya ini dapat menetap dalam pikiran si anak untuk jangka waktu lama.
Sebagai contoh membuat iklan dengan dilagukan atau dengan kata-kata yang di ulang-ulang dengan tujuan untuk memasukkan semacam doktrin atau cuci otak bagi si anak untuk mengingat iklan tersebut.
Televisi menyajikan dunia yang cemerlang dan indah, berisikan para jagoan, orang-orang perkasa, cantik jelita, kemewahan dan berkuasa.
Semua atribut ini segera dipandang si anak sebagai sesuatu yang paling dihargai oleh dunia.
Anak yang tidak memandang dirinya memiliki semua ciri penting ini mungkin akan membenamkan dirinya dalam dunia fantasi dan membayangkan dirinya menyerupai semua jagoan di televisi.
Akan tetapi jauh di dalam dirinya, ia mungkin juga merasa tidak akan pernah seperti mereka.
Disini tujuan utama dari orang tua memupuk penghargaan terhadap diri si anak sendiri.
Si anak supaya bisa mengenal siapa dirinya dan orang tua sebisa mungkin menjelaskan kepada si anak.
Hati-hati terhadap pengaruh media elektronik yang mengajarkan nilai-nilai tandingan.
Menonton televisi hendaknya dengan cara memilih tontonan yang bermanfaat dan yang seimbang di setiap keluarga.
Saringlah semua yang ditampilkan dilayar televisi, jadikanlah televisi sebagai tontonan keluarga.
Anggaplah televisi sebagai bagian dari mandat untuk mendidik anak hidup sesuai jalan yang telah ditentukan Tuhan.
Begitu juga pengaruh komputer dan video games, yang sedang menjamur di zaman ini.
Sungguh tidak realitis apabila orang tua menyangkal pengaruh komputer.
Nanti dikemudian hari anak harus bersaing di dunia esok, ia harus mengikuti kecanggihan zaman ini.
Disekolah mulai diajarkan tentang komputer, pemakaian internet sejak di usia prasekolah.
Orang tua harus menyadari pengaruh yang diberikan komputer pada anak.
Dari hasil penelitian Dr. Jo Bryce dari Manchester University mengatakan tidak semua bermain games itu buruk.
Selama dilakukan tidak berlebihan dan tidak meninggalkan kewajiban bermain game dapat mengkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan serta meningkatkan daya konsentrasi
Meningkatkan ketajaman mata, meningkatkan kemampuan membaca, mengusir stres dan mengendurkan ketegangan syaraf, mengasah dan melatih otak.
Tetapi dapat memunculkan dampak buruk jika dilakukan berlebihan seperti merusak sebagian kerja otak, memunculkan perilaku kekerasan, berkata-kata kasar, membuat si anak terisolir dari lingkungannya, membuat anak ketagihan sampai lupa makan, lupa mandi, lupa sekolah, lupa pulang ke rumah, kurang bersosialisasi dengan dunia nyata.
Dapat mengganggu kesehatan terutama rasa sakit di jari dan tangan bila bermain berjam-jam, mata jadi kering serta pusing dan mual-mual.
Ketika si anak mulai mencintai mesin tersebut dan memanfaatkan manusia, si anak mudah terhanyut terbawa arus yang kian jauh dari norma-norma yang baik.
Orang tua wajib menyaringnya dan meluangkan waktu untuk duduk bersama anak-anak mengajarinya memilih dengan tetap terawasi.
Bimbingan orang tua masih tetap merupakan cara yang paling dapat memastikan bahwa anak hanya akan mendapatkan yang terbaik dari komputer.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Maraknya film kartun yang mendominasi program anak dalam dunia pertelevisian hampir 87 %.
Tanpa disadari banyaknya film-film itu yang ditonton anak-anak, baik diusia sekolah dasar, maupun prasekolah yang sajian itu sebenarnya menjadi target utamanya.
Film-film kartun ditambah lagi dengan tayangan iklannya lebih cocok untuk konsumsi kaum remaja dan orang dewasa, karena lebih mengekpos kekerasan, seksualitas / pornografi, supranatural, alur cerita dengan karakter tokoh yang sulit diterka, dan seterusnya.
Jam tayangnya pun tidak mempertimbangkan aktivitas anak untuk sekolah, belajar, bermain atau istirahat, sehingga dalam seminggu anak-anak bisa menonton hingga 30 - 35 jam.
Hal seperti ini tentu saja sangat mempengaruhi kreativitas dan kesehatan anak.
Dalam suatu penelitian di usia delapan belas tahun, seorang anak telah menonton televisi rata-rata sebanyak tujuh belas ribu jam.
Selama itu, si anak tentunya telah menyaksikan dua puluh ribu pembunuhan dan tiga ratus enam puluh lima ribu iklan.
Anak-anak belum bisa membedakan antara belajar dan hiburan.
Mereka belajar dari apa yang mereka lihat.
Kebanyakan anak cenderung menerima banyak dari apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan.
Mereka masih sulit membedakan mana yang fantasi dan mana yang realita.
Oleh karena itu, anak-anak cenderung belajar serta mengingat semua bentuk perilaku agresif baru dari tayangan berbagai jenis kekerasan yang disajikan media masa.
Dengan kontinuitas serta terus-menerus diisi dengan pemaparan perilaku agresif, kepekaan emosional mereka lambat-laun akan berkurang.
Jumlah tayangan kekerasan yang disaksikan anak di televisi berkaitan erat dengan perilaku agresif yang diperlihatkannya.
Hampir semua tayangan acara di televisi mengandung unsur kekerasan dan hal ini tidak membuat si anak jadi santai ataupun meninggalkan perasaan nyaman, melainkan dapat membuatnya menjadi cemas.
Tayangan itu pun sama sekali tidak mendidik, contohnya dari segi seksualitas yang dipertontonkan, sebagian besar hubungan cinta-kasih yang digambarkan lebih merupakan hubungan saling mengeksploitasi ketimbang hubungan yang saling mengisi sebagaimana seharusnya suatu perkawinan sakral yang diberkati Tuhan.
Menonton televisi itu sifatnya pasif.
Awal dari mengajarkan anak mendapatkan kepuasan dari dalam dan mengendalikan dorongan hati, si anak belajar bahwa cukup dengan menekan sebuah tombol, tanpa perlu menggunakan pikiran dan tenaga, ia dapat langsung memperoleh kepuasan.
Dengan menonton televisi akan memperpendek rentang perhatian anak dan membuat kesehatan fisik dan mentalnya memprihatinkan.
Lebih dari separuh iklan di televisi mengiklankan makanan yang nilai gizinya perlu dipertanyakan, yaitu berkandungan gula tinggi dan zat pewarna buatan yang mempunyai dampak merusak kesehatan serta perilaku anak.
Anak-anak di bawah usia delapan tahun tidak dapat membedakan kandungan acara dan kandungan komersialnya .
Sebagai contoh, mereka mungkin merasa bahwa jagoan yang mereka idolakan itu juga melegalkan semua produk yang diiklankan.
Dengan menonton televisi anak dikondisikan, dibuat untuk mempercayai dari apa yang ia lihat.
Para pembuat iklan yang sudah berpengalaman ahli dalam membuat slogan mencoba menghipnotis pikiran si anak dan hasil memperdayanya ini dapat menetap dalam pikiran si anak untuk jangka waktu lama.
Sebagai contoh membuat iklan dengan dilagukan atau dengan kata-kata yang di ulang-ulang dengan tujuan untuk memasukkan semacam doktrin atau cuci otak bagi si anak untuk mengingat iklan tersebut.
Televisi menyajikan dunia yang cemerlang dan indah, berisikan para jagoan, orang-orang perkasa, cantik jelita, kemewahan dan berkuasa.
Semua atribut ini segera dipandang si anak sebagai sesuatu yang paling dihargai oleh dunia.
Anak yang tidak memandang dirinya memiliki semua ciri penting ini mungkin akan membenamkan dirinya dalam dunia fantasi dan membayangkan dirinya menyerupai semua jagoan di televisi.
Akan tetapi jauh di dalam dirinya, ia mungkin juga merasa tidak akan pernah seperti mereka.
Disini tujuan utama dari orang tua memupuk penghargaan terhadap diri si anak sendiri.
Si anak supaya bisa mengenal siapa dirinya dan orang tua sebisa mungkin menjelaskan kepada si anak.
Hati-hati terhadap pengaruh media elektronik yang mengajarkan nilai-nilai tandingan.
Menonton televisi hendaknya dengan cara memilih tontonan yang bermanfaat dan yang seimbang di setiap keluarga.
Saringlah semua yang ditampilkan dilayar televisi, jadikanlah televisi sebagai tontonan keluarga.
Anggaplah televisi sebagai bagian dari mandat untuk mendidik anak hidup sesuai jalan yang telah ditentukan Tuhan.
Begitu juga pengaruh komputer dan video games, yang sedang menjamur di zaman ini.
Sungguh tidak realitis apabila orang tua menyangkal pengaruh komputer.
Nanti dikemudian hari anak harus bersaing di dunia esok, ia harus mengikuti kecanggihan zaman ini.
Disekolah mulai diajarkan tentang komputer, pemakaian internet sejak di usia prasekolah.
Orang tua harus menyadari pengaruh yang diberikan komputer pada anak.
Dari hasil penelitian Dr. Jo Bryce dari Manchester University mengatakan tidak semua bermain games itu buruk.
Selama dilakukan tidak berlebihan dan tidak meninggalkan kewajiban bermain game dapat mengkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan serta meningkatkan daya konsentrasi
Meningkatkan ketajaman mata, meningkatkan kemampuan membaca, mengusir stres dan mengendurkan ketegangan syaraf, mengasah dan melatih otak.
Tetapi dapat memunculkan dampak buruk jika dilakukan berlebihan seperti merusak sebagian kerja otak, memunculkan perilaku kekerasan, berkata-kata kasar, membuat si anak terisolir dari lingkungannya, membuat anak ketagihan sampai lupa makan, lupa mandi, lupa sekolah, lupa pulang ke rumah, kurang bersosialisasi dengan dunia nyata.
Dapat mengganggu kesehatan terutama rasa sakit di jari dan tangan bila bermain berjam-jam, mata jadi kering serta pusing dan mual-mual.
Ketika si anak mulai mencintai mesin tersebut dan memanfaatkan manusia, si anak mudah terhanyut terbawa arus yang kian jauh dari norma-norma yang baik.
Orang tua wajib menyaringnya dan meluangkan waktu untuk duduk bersama anak-anak mengajarinya memilih dengan tetap terawasi.
Bimbingan orang tua masih tetap merupakan cara yang paling dapat memastikan bahwa anak hanya akan mendapatkan yang terbaik dari komputer.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)