Senin, 22 Juli 2013

Mengontrol pengaruh media elektronik pada anak.

Media elektronik yang bernama televisi pengaruhnya memang terbukti sangat ampuh untuk membuat orang mabuk kepayang dan duduk manis berjam-jam tanpa reserve.
Maraknya film kartun yang mendominasi program anak dalam dunia pertelevisian hampir 87 %.
Tanpa disadari banyaknya film-film itu yang ditonton anak-anak, baik diusia sekolah dasar, maupun prasekolah yang sajian itu sebenarnya menjadi target utamanya.
Film-film kartun ditambah lagi dengan tayangan iklannya lebih cocok untuk konsumsi kaum remaja dan orang dewasa, karena lebih mengekpos kekerasan, seksualitas / pornografi, supranatural, alur cerita dengan karakter tokoh yang sulit diterka, dan seterusnya.
Jam tayangnya pun tidak mempertimbangkan aktivitas anak untuk sekolah, belajar, bermain atau istirahat, sehingga dalam seminggu anak-anak bisa menonton hingga 30 - 35 jam.
Hal seperti ini tentu saja sangat mempengaruhi kreativitas dan kesehatan anak.

Dalam suatu penelitian di usia delapan belas tahun, seorang anak telah menonton televisi rata-rata sebanyak tujuh belas ribu jam.
Selama itu, si anak tentunya telah menyaksikan dua puluh ribu pembunuhan dan tiga ratus enam puluh lima ribu iklan.
Anak-anak belum bisa membedakan antara belajar dan hiburan.
Mereka belajar dari apa yang mereka lihat.
Kebanyakan anak cenderung menerima banyak dari apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan.
Mereka masih sulit membedakan mana yang fantasi dan mana yang realita.
Oleh karena itu, anak-anak cenderung belajar serta mengingat semua bentuk perilaku agresif baru dari tayangan berbagai jenis kekerasan yang disajikan media masa.
Dengan kontinuitas serta terus-menerus diisi dengan pemaparan perilaku agresif, kepekaan emosional mereka lambat-laun akan berkurang.
Jumlah tayangan kekerasan yang disaksikan anak di televisi berkaitan erat dengan perilaku agresif yang diperlihatkannya.
Hampir semua tayangan acara di televisi mengandung unsur kekerasan dan hal ini tidak membuat si anak jadi santai ataupun  meninggalkan perasaan nyaman, melainkan dapat membuatnya menjadi cemas.
Tayangan itu pun sama sekali tidak mendidik, contohnya dari segi seksualitas yang dipertontonkan, sebagian besar hubungan cinta-kasih yang digambarkan lebih merupakan hubungan saling mengeksploitasi ketimbang hubungan yang saling mengisi sebagaimana seharusnya suatu perkawinan sakral yang diberkati Tuhan.

Menonton televisi itu sifatnya pasif.
Awal dari mengajarkan anak mendapatkan kepuasan dari dalam dan mengendalikan dorongan hati, si anak belajar bahwa cukup dengan menekan sebuah tombol, tanpa perlu menggunakan pikiran dan tenaga, ia dapat langsung memperoleh kepuasan.
Dengan menonton televisi akan memperpendek rentang perhatian anak dan membuat kesehatan fisik dan mentalnya memprihatinkan.

Lebih dari separuh iklan di televisi mengiklankan makanan yang nilai gizinya perlu dipertanyakan, yaitu berkandungan gula tinggi dan zat pewarna buatan yang mempunyai dampak merusak kesehatan serta perilaku anak.
Anak-anak di bawah usia delapan tahun tidak dapat membedakan kandungan acara dan kandungan komersialnya .
Sebagai contoh, mereka mungkin merasa bahwa jagoan yang mereka idolakan itu juga melegalkan semua produk yang diiklankan.

Dengan menonton televisi anak dikondisikan, dibuat untuk mempercayai dari apa yang ia lihat.
Para pembuat iklan yang sudah berpengalaman ahli dalam membuat slogan mencoba menghipnotis pikiran si anak dan hasil memperdayanya ini dapat menetap dalam pikiran si anak untuk jangka waktu lama.
Sebagai contoh membuat iklan dengan dilagukan atau dengan kata-kata yang di ulang-ulang dengan tujuan untuk memasukkan semacam doktrin atau cuci otak bagi si anak untuk mengingat iklan tersebut.

Televisi menyajikan dunia yang cemerlang dan indah, berisikan para jagoan, orang-orang perkasa, cantik jelita, kemewahan dan berkuasa.
Semua atribut ini segera dipandang si anak sebagai sesuatu yang paling dihargai oleh dunia.
Anak yang tidak memandang dirinya memiliki semua ciri penting ini mungkin akan membenamkan dirinya dalam dunia fantasi dan membayangkan dirinya menyerupai semua jagoan di televisi.
Akan tetapi jauh di dalam dirinya, ia mungkin juga merasa tidak akan pernah seperti mereka.
Disini tujuan utama dari orang tua memupuk penghargaan terhadap diri si anak sendiri.
Si anak supaya bisa mengenal siapa dirinya dan orang tua sebisa mungkin menjelaskan kepada si anak.
Hati-hati terhadap pengaruh media elektronik yang mengajarkan nilai-nilai tandingan.
Menonton televisi hendaknya dengan cara memilih tontonan yang bermanfaat dan yang seimbang di setiap keluarga.
Saringlah semua yang ditampilkan dilayar televisi, jadikanlah televisi sebagai tontonan keluarga.
Anggaplah televisi sebagai bagian dari mandat untuk mendidik anak hidup sesuai jalan yang telah ditentukan Tuhan.

Begitu juga pengaruh komputer dan video games, yang sedang menjamur di zaman ini.
Sungguh tidak realitis apabila orang tua menyangkal pengaruh komputer.
Nanti dikemudian hari anak harus bersaing di dunia esok, ia harus mengikuti kecanggihan zaman ini.
Disekolah mulai diajarkan tentang komputer, pemakaian internet sejak di usia prasekolah.
Orang tua harus menyadari pengaruh yang diberikan komputer pada anak.

Dari hasil penelitian Dr. Jo Bryce dari Manchester University mengatakan tidak semua bermain games itu buruk.
Selama dilakukan tidak berlebihan dan tidak meninggalkan kewajiban bermain game dapat mengkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan serta meningkatkan daya konsentrasi
Meningkatkan ketajaman mata, meningkatkan kemampuan membaca, mengusir stres dan mengendurkan ketegangan syaraf, mengasah dan melatih otak.
Tetapi dapat memunculkan dampak buruk jika dilakukan berlebihan seperti merusak sebagian kerja otak, memunculkan perilaku kekerasan, berkata-kata kasar, membuat si anak terisolir dari lingkungannya, membuat anak ketagihan sampai lupa makan, lupa mandi, lupa sekolah, lupa pulang ke rumah, kurang bersosialisasi dengan dunia nyata.
Dapat mengganggu kesehatan terutama rasa sakit di jari dan tangan bila bermain berjam-jam, mata jadi kering serta pusing dan mual-mual.
Ketika si anak mulai mencintai mesin tersebut dan memanfaatkan manusia, si anak mudah terhanyut terbawa arus yang kian jauh dari norma-norma yang baik.
Orang tua wajib menyaringnya dan meluangkan waktu untuk duduk bersama anak-anak mengajarinya memilih dengan tetap terawasi.
Bimbingan orang tua masih tetap merupakan cara yang paling dapat memastikan bahwa anak hanya akan mendapatkan yang terbaik dari komputer.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar