Kejadian terjatuh pada orang tua ( usia lanjut ) kerap terjadi, di Indonesia dilaporkan paling sering di kamar mandi dan setelah bangun dari tidur.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang berperan baik faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot-otot kaki ( ekstremitas bawah ), kekakuan sendi, sinkop ( gelap sesaat ) dan seperti berputar ( dizzines ), serta faktor ekstrinsik seperti lantai licin dan tidak rata, tersandung benda-benda sekitar, penglihatan kurang jelas karena cahaya kurang terang, dan seterusnya.
Pengertian jatuh sebenarnya adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring / terduduk di lantai / tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka ( Reuben, 1996 ).
Dari hasil survai di A S didapatkan sekitar 30 % lansia yang berumur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuhnya mengalami jatuh berulang ( Tinetti, 1992 ).
Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi karena sering kali tidak disadari oleh keluarga atau dokter yang memeriksanya, sebaliknya jatuh dapat merupakan akibat penyakit lain.
Misalnya serangan jantung mendadak ( Tinetti, 1992 ).
Biasanya akibat dari jatuh terjadi patah tulang paha dekat persendian atas ( fraktur collum femoris ).
Patah jenis ini di AS diderita oleh 250.000 lebih lansia setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya wanita.
Kejadian lainnya seperti patah tulang iga, patah tulang tangan, lengan, pinggul, perlukaan jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom, memar, keseleo dan seterusnya.
Fraktur Collum femoris ini merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses menua dan osteoporosis.
Wanita mempunyai risiko lebih tinggi dibanding laki-laki untuk terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh.
Lansia yang sehat juga mempunyai risiko lebih tinggi dibanding lansia yang lemah / cacat untuk terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh.
Kebanyakan lansia terjatuh akibat dari penurunan respon perlindungan diri dan kekuatan fisik untuk menjaga diri.
Untuk menjaga stabilitas badan supaya terhindar dari peristiwa terjatuh ditentukan oleh beberapa hal :
a. Sistem Sensorik.
Disini yang berperan didalamnya adalah : Visus ( penglihatan ), pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif.
Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat dari proses menua.
Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif ( Tinetti, 1992 ).
Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.
b. Sistem Saraf Pusat ( SSP ).
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengntisipasi input sensorik.
Penyakit SSP seperti Stroke, Parkinson, Hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik ( Tinetti, 1992 ).
c. Kognitif.
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.
d.Muskuloskeletal.
Menurut beberapa peneliti merupakan faktor yang paling berperan dan benar-benar murni milik lansia yang menyebabkan terjadinya jatuh.
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan ( gait ) dan hal ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis.
Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh :
- Kekakuan jaringan penghubung.
- Berkurangnya massa otot.
- Perlambatan konduksi saraf.
- Penurunan visus / lapang pandang.
- Kerusakan proprioseptif.
Yang kesemuanya menyebabkan :
- Penurunan Range of Motion ( ROM ) sendi.
- Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah.
- Perpanjangan waktu reaksi.
- Kerusakan persepsi dalam.
- Peningkatan postural sway ( goyangan badan ).
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.
Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah.
Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh.
Adapun faktor risiko jatuh pada lansia dapat dibagi dalam dua golongan besar ( Kane, 1994 ) :
1. Faktor-faktor intrinsik ( faktor dari dalam ).
2. Faktor-faktor ekstrinsik ( faktor dari luar ).
- Faktor intrinsik diantaranya : kondisi fisik dan neuropsikiatrik, penurunan visus dan pendengaran, perubahan neuromuskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua.
- Faktor ekstrinsik diantaranya : obat-obatan yang diminum, alat-alat bantu berjalan, lingkungan yang tidak mendukung ( berbahaya ).
Mengapa para lansia mudah sekali terjatuh, biasanya merupakan gabungan dari beberapa faktor yang ada seperti :
1. Kecelakaan : merupakan penyebab yang utama ( 30-50 % kasus jatuh lansia ).
- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.
- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada dirumah tertabrak, lalu jatuh.
2. Nyeri kepala dan atau vertigo.
3. Hipotensi orthostatic :
- Hipovolemia / curah jantung rendah.
- Disfungsi otonom.
- Penurunan kembalinya darah vena ke jantung.
- Terlalu lama berbaring.
- Pengaruh obat-obat hipotensi.
- Hipotensi sesudah makan.
4. Obat-obatan :
- Diuretik / antihipertensi.
- Antidepresan trisiklik
- Sedativa.
- Antipsikotik.
- Obat-obat hipoglikemik.
- Alkohol.
5.Proses Penyakit yang spesifik .
Penyakit-penyakit akut seperti :
- Kardiovaskuler : Aritmia, stenosis aorta dan sinkope sinus carotis.
- Neurologi : TIA, Stroke, serangan kejang, Parkinson, kompresi saraf spinal karena spondilosis, penyakit cerebellum.
6. Idiopatik ( tidak jelas sebabnya ).
7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.
- Drop attack ( serangan tiba-tiba ).
- Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba.
- Terbakar matahari.
Faktor lingkungan yang terkait dengan kecelakaan pada lansia :
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah.
2. Tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok.
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang.
- Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun.
- Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya ( kesrimped / terbelit ) dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser.
- Lantai yang licin atau basah.
- Penerangan yang tidak baik ( kurang atau menyilaukan ).
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
Lansia terjatuh pada umumnya setelah melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi.
Dan jarang sekali ( 5 % ) terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat.
Masalah jatuh ini juga sering terjadi bila lansia banyak melakukan kegiatan dan olahraga, kemungkinan karena kelelahan dan banyak terpapar matahari yang terlalu kuat.
Sekitar 70 % lansia mendapat masalah jatuh terjadi di rumah.
Di Indonesia terutama tersering di kamar mandi 30 %, terjatuh saat bangun tidur 10 %, terjatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik 15 %, lain-lain karena tersandung, kaki terbelit ( kesrimped ), menabrak benda-benda di lantai, lantai licin atau tak rata, penerangan kurang.
Peristiwa jatuh merupakan salah satu Geriatric giant, yang sering terjadi pada usia lanjut, penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri ( gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem saraf pusat ) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya ( alat rumah tangga yang tua / tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata, dan seterusnya ).
Peristiwa jatuh ini sering mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan berupa memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian.
Oleh sebab itu peristiwa ini harus dicegah, supaya tidak terjadi jatuh berulang.
Mencegah terjadinya jatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama dari pada mengobati akibatnya.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar