Selasa, 23 Juli 2013

Pikiran negatif pengaruhi kondisi tubuh.

Dibenak kepala atau otak manusia tak jarang mempunyai pikiran-pikiran negatif seperti misalnya marah, kesal, benci, iri hati, sedih, kecewa dan seterusnya.
Hal seperti itu terjadi bila ada sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Ketka dalam diri menganggap tak ada orang yang lebih hebat dari dirinya, maka saat itulah kesombongan bertahta dengan nyaman.
Sebaliknya, ketika merasa tak punya sesuatu yang bisa dibanggakannya, munculah rasa malu dan rendah diri.
Ada beberapa orang beranggapan perasaan-perasaan itu suatu saat akan hilang dengan sendirinya ketika permasalahan dapat diselesaikan dan masih merupakan hal yang wajar.
Tetapi sebenarnya keadaan seperti itu biasanya selalu berulang dan sudah menjadi dasar dari watak seseorang.
Keadaan-keadaan seperti itu harus diwaspadai jika terus-menerus terjadi.
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa serangan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan bahkan kanker, bersumber dari pikiran-pikiran negatif.

Tentang hubungan pikiran negatif dengan kesehatan ; Cohen dan Gail M. Williamson, dua psikolog dari university of Georgia di Athens, Amerika, menemukan bahwa orang-orang yang kehidupannya penuh tekanan atau tinggal dalam keluarga yang sulit keadaannya, mengalami lebih banyak keluhan pada saluran pernapasan bagian atas, seperti selesma, tengorokan terasa kering dan demam.
Orang-orang itu juga sering mengunjungi dokter karena masalah kesehatannya dibanding dengan orang lain.
Tentunya orang banyak bertanya-tanya, bagaimana mungkin pikiran atau perasaan bisa menimbulkan penyakit ?
Para peneliti meyakini bahwa emosi negatif dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang.
Dr. Candace Pert, ahli stres dari Amerika Serikat mengatakan bahwa otak manusia menafsirkan rasa marah, takut dan stres sebagai  gangguan, yang kemudian menimbulkan reaksi pada sistem kekebalan tubuh.
Ketika seseorang merasa tertekan, otak akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan adrenalin, yang bertugas mengatasi stres.
Bila hormon stres yang dilepaskan terlalu banyak akibat emosi negatif yang berlebihan, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol untuk menetralkannya.
Peningkatan kadar kortisol ini pada akhirnya menyebabkan gangguan metabolisme, dengan gejala seperti kegemukan, diabetes, hipertensi, serangan jantung, kerapuhan tulang, penurunan daya ingat, dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Don Colbert dalam bukunya The Deadly Killer, mengatakan bahwa orang yang tidak dapat mengendalika stres emosional berisiko mengalami kematian 40 % lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengalami stres.

Pada sebuah penelitian di The National Institute on Aging, ditelitii sekitar 4800 orang berusia diatas 71 tahun.
Dalam penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami depresi kronis, paling tidak selama 6 tahun terus-menerus, memiliki risiko 88 % lebih besar menderita kanker pada 4 tahun ke depan.
Para peneliti menduga bahwa depresilah yang mengakibatkan rusaknya T - Cell dan bagian tubuh lain yang dapat membantu melawan penyakit, sehingga muncul penyakit kanker.
Tidak hanya itu, depresi diyakini menjadi sumber penyakit diabetes, serangan jantung, dan asthma.

Pada dasarnya semua pikiran negatif akan memberikan efek negatif terhadap diri seseorang.
Bila menabur benih negatif, akan menuai buah yang negatif pula.
Ketika kesombongan itu muncul dengan melihat orang lain lebih rendah dari dirinya, maka otomatis orang itu akan dibenci oleh lingkungan, tidak punya teman, dan akhirnya merasa kesepian, serta hidupnya tak tentram.
Jadi efek negatifnya semakin meluas, bukan hanya mengenai orang lain, tetapi juga mengenai dirinya sendiri.

Tidak dipungkiri dalam kehidupan manusia selalu ada sisi positif dan negatifnya.
Manusia selalu dihadapkan pada hal yang baik dan yang buruk, baik di dalam maupun di luar kendali dirinya, dan harus memutuskan apa yang akan dilakukan dan bagaimana menyikapinya, itu yang namanya perjuangan hidup.
Pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam kehidupan manusia sebenarnya adalah hal yang wajar, dan bahkan memiliki sisi positif.
Sebagai contoh soal ; kehidupan Sidharta Gautama sejak kecil, ia dijauhkan dari segala hal yang negatif ( sakit, kematian, penderitaan, dan sebagainya ), tujuannya agar ia hanya merasakan kebahagiaan.
Namun, ketika ia dewasa dan melihat sendiri kesengsaraan disekitarnya, hal tersebut tidak mengganggunya, tetapi justru membuatnya berpikir dan berusaha mencari cara untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan.
Jadi  " Hal negatif tidak selalu membuat kita menjadi negatif , kalau dapat mengatasinya dengan baik, hal negatif itu justru akan membuat diri kita menjadi lebih dewasa dan lebih kuat ".
Dari sekarang mulailah berpikir secara positif, dengan meninggalkan pikiran yang negatif.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar