Kamis, 20 Februari 2014

Berkaca di layar kaca.

Sebagian orang tua memiliki pandangan tegas tentang cara membesarkan anak, terutama dalam menghadapi pengaruh terbesar media televisi dan komputer.
Media layar kaca itu menebar bahaya dan mengancam kehidupan anak-anak.
Percaya atau tidak, pada penelitian di AS anak usia 11 - 15 tahun rata-rata menghabiskan 53 jam seminggu di depan layar kaca.
Entah dengan menonton televisi, video, DVD, main game komputer, tablet, atau sekedar online.
Sebagai perbandingan, pada tahun 1994, waktu rata-rata yang dihabiskan anak di depan layar kaca adalah 38 jam seminggu.
Artinya, banyak anak yang kini menghabiskan lebih dari tujuh setengah jam di depan layar kaca setiap hari, dan sebagian besar anak menghabiskan waktu lebih banyak untuk menonton TV dari pada belajar di sekolah.
Keadaan seperti ini bisa semakin bertambah setiap tahunnya dalam menghabiskan waktu di layar kaca.
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak-anak bisa mengalami penderitaan jangka panjang kalau mereka terlalu lama menghabiskan waktu di depan TV atau layar komputer, dalam masa-masa pembentukan mereka.
Laporan ini sangat penting karena dilakukan dengan mengamati anak-anak dari dekat sejak usia dini hingga dewasa.
Dan penelitian ini telah memonitor pertumbuhan anak dalam lingkungan rumah yang sesungguhnya, bukan sekedar eksperimen di laboratorium.
Oleh karena itu para orang tua ditantang memberikan solusi yang sederhana untuk mendapatkan keseimbangan dalam kehidupan anak.
Tentunya tidak harus diperlukan ilmu yang hebat untuk memberikan solusi itu.
Layar kaca sebagai hiburan, penghalau kebosanan yang paling disukai anak dari layar kaca adalah keberagaman dan fleksibilitas dalam hal hiburan.
Semakin banyak pilihan program dan game, mereka bisa menonton atau main kapan saja dan dimana saja.
Banyak TV dan game komputer yang membangkitkan emosi, kegembiraan, ketegangan, atau sekedar tawa.
TV bisa dimanfaatkan untuk memberikan waktu kepada anak untuk beristirahat sejenak.
TV sangat baik untuk membuat mereka relaks, terutama di sore hari dengan duduk dan merebahkan diri.

Media modern bisa menjadi alat yang terbaik untuk anak berkebutuhan khusus.
Bila anak memiliki kesulitan dalam memproses bahasa, keterampilan komputer sangatlah berarti.
Kegiatan mengetik dapat membantu anak yang lemah dalam hal kontrol motorik halus untuk mengembangkan koordinasi tangan-mata.
Keterampilan itu juga memberi kebanggaan akan karya mereka dan rasa percaya diri bahwa mereka bisa menghasilkan sesuatu yang dapat dibaca dan ditulis.
Anak yang perlu pendekatan kinestetik dalam belajarpun bisa mengambil manfaat dari pembelajaran komputer.
Dan permainan mengeja sangat baik untuk anak yang memori pendengarannya lemah, karena mereka akan terdorong untuk belajar cara mengeja.
Dan jangan lupa bahwa anak banyak belajar dari layar kaca dengan hanya bersenang-senang entah dengan bermain game komputer atau mengunjungi situs.
Pada anak sangat mudah mencampurkan pembelajaran dengan hiburan, sehingga banyak program didesain agar menyenangkan sekaligus mendidik.
Musik, lagu, dan irama digunakan untuk menjelaskan atau mengajarkan sesuatu.
Layar kaca pun dapat memberdayakan anak belajar mandiri.
Jadi kalau anak senang dan sering mempelajari sesuatu pula kenapa harus cemas ?
Yang dicemaskan adalah kalau anak menghabiskan waktu terlalu banyak di depan TV dan komputer terutama kalau lebih dari dua jam sehari.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mengamati permasalahan anak ini yaitu perilaku, kesehatan fisik, pendidikan, hubungan dengan sesama dan pandangan dunia.
Ke lima bidang ini sangat rentan terhadap pengaruh media.
Ada contoh kasus di Jerman akibat dari pengaruh buruk video game.
Banyak orang percaya bahwa pembunuh di sekolah Gutenburg yang melakukan penembakan membabi buta di almamaternya dimotivasi oleh video game.
Kepala komite orang tua sekolah, dan ayah dari salah seorang anak yang selamat, mengatakan :
" Orang-orang memasuki dunia buatan, mereka menjadi seperti kerasukan.
Kita tahu bahwa dia memainkan video game.......Cara dia melakukan pembunuhan ini adalah sama dengan game yang dia mainkan.
Baju hitam yang dikenakannya sama persis dengan pembunuh di game itu ".
Sebagai akibatnya, hukum di Jerman pun diubah untuk membatasi penjualan game yang kasar.
Hal ini meliputi produk yang mana kekerasan adalah tujuan satu-satunya dari game, dan produk yang mana kekerasan digambarkan dengan cara yang sarkastis, komikal, ataupun berlebihan.

Pada analisis riset terbaru menyimpulkan bahwa ada bukti konsisten kalau tayangan kekerasan menimbulkan efek jangka pendek, pada emosi, pikiran, dan gairah anak serta meningkatkan kecenderungan perilaku agresif dan menakutkan pada anak yang lebih kecil, terutama anak laki-laki.
Studi itu dilakukan oleh Kevin Browne dan Catherine Hamilton-Giachritsis di Birmingham University.
Riset juga telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terlalu banyak menonton TV cenderung untuk menjadi penindas.
Suatu studi yang dilakukan oleh Dr. Frederick Zimmermans dari University of Washington, Seattle, menemukan bahwa anak-anak berumur enam hingga sebelas tahun yang masuk kategori penindas menonton TV rata-rata selama lima jam sehari, sedangkan anak yang bukan penindas menonton TV rata-rata selama 3,2 jam.
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sarah Coyne dari University of Central Lancashire bahwa anak perempuan yang telah menonton tayangan TV tentang kekerasan akan dianggap lebih agresif oleh teman-temannya.

Terlalu banyak menghabiskan waktu di depan TV dan komputer dapat membatasi kemampuan anak untuk bermain secara imajinatif.
Membuat mereka juga merasa apatis, malas dan tidak sehat.
Anak benar-benar terbelenggu.
Menurut Profesor Roberto Salti dari University of Florence, banyak menonton TV dapat memberi efek fisiologis pada kematangan anak.
Bertindak lebih dewasa daripada usia sebenarnya tanpa disertai kematangan pada usia itu.
Pancaran cahaya dan radiasi dari TV dan komputer dapat mengganggu produksi hormon melatonin, salah satu faktor yang mempercepat timbulnya pubertas.

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) melaporkan fisik yang tidak aktif adalah satu dari sepuluh penyebab kematian utama di negara berkembang dan mengakibatkan sekitar dua juta kematian di seluruh dunia setiap tahun.
Tubuh terlalu gemuk ( obes ), maka kesehatan anak pun dalam bahaya, misalnya, bisa terkena penyakit jantung, diabetes, kanker, dan masalah otot serta tulang.
Kesehatan fisik menjadi tidak bugar.
Di Inggris dari hasil penelitian tahun 2013, setidaknya 48 persen anak memiliki kelebihan berat badan, dan 23 persen mengalami obesitas.
Dalam kurun waktu tak sampai sepuluh tahun, obesitas meningkat dua kali lipat pada anak laki-laki dan meningkat 62 persen pada anak perempuan.

Terlalu banyak waktu untuk media akan mengganggu kepekaan akan keseimbangan dan gerakan, ini sangat penting untuk perkembangan kemampuan membaca.
Dr. Harold Levinson mengatakan :
Pada penelitian astronot diruang angkasa, astronot tersebut tiba-tiba menderita semacam disleksia temporer, seperti membaca kata-kata secara terbalik-balik, dia berusaha minum obat antimabuk untuk mengatasi masalah disleksia dalam hal tingkat konsentrasi gerakan, keseimbangan, dan ingatan jangka pendek.
Begitu juga pada anak-anak yang sering terpapar sinar elektromagnetik dari televisi atau komputer yang terlalu lama akan mengakibatkan pemahaman spasial yang buruk, anak-anak memiliki kesulitan untuk memersepsi buruk, dan hal ini bisa menyebabkan masalah keterampilan dasar menulis dan membaca.
Bila anak juga tidak cukup berolahraga, koordinasi dan keterampilan motorik menjadi lemah., pemahaman spasial buruk, otomatis si anak menjadi sulit menulis dan mengingat bentuk.
Pada riset yang dilakukan terhadap orang tua dapat mengidentifikasi tipe anak yang cenderung lebih rentan terhadap kecanduan layar kaca ; anak laki-laki umumnya lebih kompetitif daripada anak perempuan, mereka lebih rentan terhadap sifat kompulsif game komputer.
Citra macho dan aksi agresif yang terdapat pada banyak game terutama ditunjukan bagi anak laki-laki.
Anak perempuan cenderung menghabiskan waktu yang lebih sedikit pada game komputer, walaupun mereka juga bisa menjadi terobsesi.
Anak-anak yang kurang termotivasi atau kurang kreatif akan lebih rentan terhadap kecanduan layar kaca.
Banyak para guru sekolah mengeluh anak-anak kerap kalau datang ke sekolah merasa lelah dan kecapean, tak ketinggalan sering mengantuk disekolah, karena dirumah mereka terlalu asyik menikmati game komputer atau video, bukan dongeng sebelum tidur yang dinikmati.
Aktivitas layar kaca sebelum jam tidur merangsang otak dan membuat anak lebih sulit memulai tidur/ pergi tidur.

Sekarang saatnya mengambil langkah-langkah nyata, anak yang beranjak remaja biasanya akan kehilangan kontrol.
Disini perlunya menetapkan kebiasaan media yang baik pada anak di usia dini, agar mereka dapat belajar bertanggung jawab sepenuhnya untuk aktivitas layar kaca mereka sebelum mereka mencapai usia remaja.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar