Penyakit unta begitu orang menyebutnya, karena penyakit ini pertama kali ditemukan kasusnya di wilayah Timur Tengah, maka disebut juga Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau lebih populer lagi disebut MERS - CoV yaitu singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus atau flu Arab ( " Fly Arab " ).
Pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada bulan September 2012.
MERS telah merenggut lebih dari seratus jiwa.
Dari hasil isolasi virus, sel hasil isolasi menunjukkan gambaran Cytopathic effects ( CPE ), berbentuk bulat keliling.
Begitu yang dilaporkan di jurnal ilmiah kedokteran ProMED-mail.
Virus MERS ini penyebarannya tergolong lambat jika dibanding flu burung dan SARS.
Virus ini menyebar ke sejumlah negara di Timur Tengah pada awalnya, diantaranya Jordania,Kuwait, Oman,Qatar, Uni Emirat Arab dan Mesir.
Lalu meluas ke Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Masa inkubasi dari virus ini antara 2 - 13 hari.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menyebut, secara global ada 495 kasus MERS, 141 orang diantaranya meninggal.
Dari jumlah kasus dan korban meninggal, 80 persen ada di wilayah Arab Saudi.
Hal itu berarti kematian MERS sekitar 30 persen.
Kasus MERS terakhir dilaporkan di Amerika Serikat pada hari jumat tanggal 2 Mei 2014, dan jadi kasus MERS pertama di Amerika Serikat.
Di Indonesia belum ada laporan ditemukan pederita yang positif terinfeksi MERS, ada juga laporan hanya terduga MERS di Medan dan Denpasar.
Sampai saat ini para ilmuwan dunia masih terus melakukan penelitian dan monitoring Virus Corona secara intensif.
Dan masih belum jelas, apakah infeksi merupakan kejadian penyakit menular langsung antar manusia atau bersifat zoonosis ( penyakit bersumber binatang ).
Kalau zoonosis, masih belum jelas juga apakah ini zoonosis tunggal yang berlanjut dengan penularan antar manusia atau kejadian zoonosis di beberapa tempat dari sumber yang belum diketahui.
Masih ada kemungkinan lain adanya penularan zoonosis yang berbeda.
Pada penelitian ditemukan varian virus corona dari EMC / 2012 dan England / Qatar / 2012 telah ada sejak awal 2011 dan diduga kasus-kasus seperti ini diturunkan dari kejadian zoonosis tunggal.
Sepertinya MERS-Cov telah bersirkulasi di populasi manusia lebih dari 1 tahun tanpa terdeteksi.
MERS-Cov adalah anggota baru dari kelompok beta coronavirus.
MERS-Cov berbeda dengan virus corona yang menyebabkan penyakit SARS dan Flu yang umum, jadi ini varian virus baru.
Virus Corona penyebab MERS- Cov hanya menginfeksi 20 persen dari epithel sel pernapasan sehingga bila menghirup virus dalam jumlah besar saja baru bisa menyebabkan infeksi.
Dr. Anthony Fauci, dari Badan Penelitian Kesehatan ( NIH ) Amerika Serikat di Bethesda, Maryland, mengatakan ada potensi virus bermutasi sehingga menular antar manusia.
Virus Corona penyebab MERS-Cov sangat erat hubungannya dengan kalelawar ( virus corona HKV4 and HKV5 lineage 2 C ) daripada SARS-Cov ( lineage 2 B ) ( 2,9 ), bahkan lebih dari 90 persen sekuensing menunjukkan kekerabatannya sehingga dipertimbangkan sebagai spesies yang sama oleh International Committee on Taxonomy of Viruses ( ICTV ).
Virus corona yang ditemukan pada unta ( dromedary camel ) 99,9 persen mirip dengan genom pada manusia clade B MERS-Cov.
Penelitian terbaru pada unta menunjukkan bahwa unta dewasa sudah punya antibodi terhadap MERS-Cov, nilai angkanya lebih dari 70 persen.
Untuk unta anak-anak punya virus yang aktif, sampai 35 persen pada swab hidung unta muda.
Data-data ini belum dapat membuktikan adanya penularan dari unta ke manusia, karena hubungan langsung kausalnya belum ditemukan.
Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat ( CDC ) mengatakan, sumber penularan virus corona penyebab MERS berasal dari hewan.
Virus itu telah ditemukan pada unta di Qatar, Mesir, dan Arab Saudi.
Sejauh ini MERS telah menular antar manusia dengan kontak dekat ( kontak langsung ).
Virus corona penyebab MERS semula ditemukan pada unta dan tidak menimbulkan gejala berat pada hewan yang terjangkit itu.
" Virus itu bermutasi, bercampur gennya dengan virus lain, sehingga jadi ganas dan mematikan.
Kemungkinan lain, virus itu bermutasi dari tubuh hewan ke badan manusia karena faktor lingkungan ".
Proses mutasi itu perlu waktu cukup lama.
Pada awalnya virus itu hanya berada dalam tubuh hewan di dalam hutan, jauh dari manusia.
Dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin banyak manusia masuk ke kawasan hutan, atau sebaliknya makin banyak hewan bersentuhan atau kontak dengan manusia.
Makin sering kontak dengan manusia, virus beradaptasi dan berkembangbiak dalam tubuh manusia.
Virus corona yang menyebabkan MERS berbeda dengan virus influenza.
Maka, vaksinasi influenza belum terbukti efektif melindungi manusia dari MERS.
Mengingat penyakit menyerang manusia dengan sistem pertahanan tubuh yang rendah, berusia lanjut, dan ada penyakit penyerta, vaksinasi influenza diharapkan menjamin seseorang tidak terkena influenza.
Tetapi jangan banyak berharap terbebas pula dari MERS.
Berbagai ilmuwan gabungan dari Amerka Serikat , China, dan Hongkong di bulan Mei 2014, menemukan dua antibodi di dalam virus Corona.
Antibodi itu bernama MERS-4 dan MERS-27.
Dalam uji coba di laboratorium, keduanya dianggap dapat mengeblok sel-sel dari risiko terinfeksi virus MERS-CoV.
Antibodi ini juga dapat mencegah virus untuk mencapai reseptor di dalam tubuh manusia.
Para ilmuwan akan membuat antibodi dari virus yang dilemahkan sebagai vaksin.
Ini merupakan tahap awal, namun kombinasi tersebut diharapkan bisa menjadi kandidat yang menjanjikan dalam memerangi MERS.
Periset lain dari Amerika Serikat menemukan tujuh antibodi yang dapat menetralkan virus MERS dan memakainya sebagai vaksin atau obat untuk menghadapi MERS.
Studi tersebut dimuat dalam jurnal Proceeding of the National Academic of Science terbaru.
Gejala Utama dari MERS :
MERS-Cov menyerang saluran pernapasan bagian bawah ( paru ).
Pasien yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi, batuk ringan, pilek, dan sesak napas.
Pada paru terjadi radang paru akut ( pneumonia ) dan terjadi komplikasi pada ginjal.
Diagnosis.
Untuk mendiagnosis MERS dibagi dalam empat kelompok sesuai klasifikasi ;
1. Penyelidikan.
Adanya ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) dengan gejala demam 38 deraja celsius atau ada riwayat demam tinggi, batuk, dan pneumonia.
-Kemungkinan gangguan kekebalan tubuh, karena gejala dan tanda tidak jelas.
-Pernah pergi ke negara terjangkit ( Timur Tengah ).
2. Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat, terutama yang memerlukan perawatan intensif.
3. Adanya Klaster pneumonia ( gejala penyakit yang sama ) dalam periode 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan penyebab penyakit lain.
4. Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun dengan pengobatan yang tepat.
Catatan :
Pengertian Klaster adalah bila terdapat dua orang atau lebih memiliki penyakit yang sama atau riwayat kontak yang sama dalam jangka waktu 14 hari.
Obat-obatan :
Obat-obatan antivirus sudah disarankan oleh WHO dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing walau belum memenuhi kriteria evidence based medicine.
Pencegahan :
- Tutup hidung dan mulut dengan kertas tissue ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tissue tersebut ke tempat sampah.
- Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
-Hindari kontak secara dekat dengan penderita.
- Menggunakan desinfektan.
- Cuci tangan dengan sabun.
- Memakai masker untuk menghindari percikan ludah.
Cara Penularan :
Penularan terjadi terhadap orang yang berada dekat dengan penderita.
Sejauh ini sumber virus diyakini berasal dari unta.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar