Belum lama ini Badan Antariksa Amerika Serikat merencanakan penduduk AS akan dipindahkan ke antariksa atau planet lain selain Bumi, karena dirasakan bumi sudah terlalu padat untuk ditinggali manusia.
Ada juga yang berpendapat harga perumahan yang terus membumbung tinggi, beli rumah pun semakin sulit, lebih baik tinggal di planet lain saja barangkali disana harga rumah lebih terjangkau, bebas dari banjir dan tidak kena macet yang bisa bikin pusing tujuh keliling.
Ditambah bumi sudah padat dan panas.
Begitulah kira-kira pendapat banyak orang yang menginginkan tinggal di luar angkasa.
Melihat dari beberapa pendapat itu, apakah benar diluar angkasa sana lebih baik daripada di bumi, dimana kita tinggal sekarang.
Bumi adalah planet yang sejak dahulu kala adalah tempat manusia untuk memperoleh hidup.
Tetapi sejak adanya misi manusia sampai ke bulan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern, manusia menjadi sering tamasya ke antariksa.
Di antariksa manusia mendirikan stasiun ruang angkasa, menanam tumbuh-tumbuhan dan sejumlah perangkat penelitian lainnya.
Belum lama ini juga ilmuwan Amerika Serikat meneliti sejumlah antariksawan yang tinggal selama enam bulan di stasiun ruang angkasa internasional ( ISS ).
Ternyata memiliki pembuluh darah arteri yang lebih kaku saat kembali ke bumi.
Kekakuan arteri ini sebagai akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah, yang umumnya justru banyak dialami warga lansia di bumi.
Kekakuan itu membuat tekanan darah yang dihasilkan oleh denyut jantung tak dapat dikurangi sehingga memicu peningkatan tekanan darah dalam tubuh dan otak.
Kondisi itu bisa mengganggu aliran darah ke otak, mempermudah kerusakan pembuluh darah di otak yang lebih besar, sehingga menimbulkan demensia / pikun dan berkurangnya penglihatan.
Richard Hughson, peneliti pembuluh darah warga lansia dari Universitas Waterloo, Kanada mengatakan, data itu diperoleh dari empat antariksawan.
Tinggal di antariksa dalam waktu lama berdampak ekstrem pada tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan, tinggal di ruang tanpa bobot / berat justru mempercepat proses penuaan.
Begitu besarnya pengorbanan para antariksawan, menyerahkan hidupnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masa-masa pensiun pun menjadi lebih dipercepat
Pada penelitian oleh Shell Oil Company yang diterbitkan pada akhir tahun 2003 menunjukkan bahwa " orang-orang yang pensiun lebih awal, misalnya pada usia 55 tahun, memiliki risiko terhadap kematian sebanyak hampir dua kali lebih tinggi dibanding mereka yang pensiun pada usia 60 tahun atau lebih, atau mereka yang terus bekerja."
Pensiun dinipun membawa lebih banyak risiko pada kaum pria.
Semakin dini masa pensiun, semakin tinggi risiko kematian yang dihadapi, baik pada kelompok masyarakat golongan bawah maupun atas.
Status kesehatan orang-orang yang pensiun pada usia 60 tahun ternyata sama dengan mereka yang terus bekerja pada usia yang sama.
Orang-orang yang pensiun pada usia 65 tahun memiliki kemungkinan bertahan hidup lebih lama dibanding mereka yang pensiun pada usia 55 tahun.
Orang yang bekerja di ruang tanpa bobot, akan lebih cepat mengalami penyusutan / pengecilan otak dan otomatis akan mempengaruhi kinerja dari otak tersebut.
Pada akhirnya sang otak pun sulit untuk menysuaikan kondisi yang ada.
Ujung-ujungnya pensiun pun jadi lebih dipercepat.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar