Anak yang berperawakan pendek atau memiliki tinggi badan yang tertinggal dari teman-teman sebayanya.
Tidak perlu merasa minder dan kecil hati, melainkan perlu disikapi dengan tanya, kenapa bisa terjadi hal yang demikian.
Perawakan pendek adalah suatu keadaan bila tinggi badan seseorang di bawah ukuran normal sesuai umur dan jenis kelamin.
Pendek adalah gejala, bukan merupakan suatu penyakit dan bisa merupakan variasi normal.
Seseorang dikatakan berperawakan pendek bila tinggi badannya berada di bawah 2 standar deviasi dari rata-rata populasi atau di bawah persentil 3 kurva pertumbuhan.
Kasus perawakan pendek cukup sering, namun data epidemiologinya masih sangat sedikit.
Dari hasil konsultasi didapatkan 60 % diantaranya mengeluhkan masalah pertumbuhan dan atau merasa pendek.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi badan diantaranya :
1. Faktor Genetik.
Perkiraan tinggi badan akhir anak sesuai potensi genetiknya dapat dihitung dari tinggi badan orang tuanya, dengan catatan tidak ada kelainan.
2. Faktor Nutrisi.
Nutrisi turut berperan dalam menentukan tinggi badan seorang anak mulai dari dalam kandungan sampai setelah anak lahir, paling sensitif dalam dua tahun pertama kehidupan.
3. Hormon.
Kekurangan hormon tertentu selama anak dalam masa pertumbuhan akan mempengaruhi tinggi badan si anak, khususnya hormon pertumbuhan.
4. Faktor Lingkungan.
Anak kembar identik yang diadopsi oleh keluarga yang berada belum tentu mempunyai tinggi badan yang sama, walaupun memiliki potensi tinggi genetik yang sama
Anak yang dibesarkan dalam keluarga bahagia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak yang hidup penuh tekanan dan kurang kasih sayang.
Perawakan pendek pada anak juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis diantaranya :
1. Pendek Turunan.
Paling sering dijumpai, biasanya terdapat riwayat perawakan pendek pada orang tua.
Tinggi badan anak berada di bawah rata-rata tetapi kecepatan tumbuh sesuai untuk umurnya ( normal ).
Pada masa dewasa biasanya anak tetap pendek.
2. Contitutional delay growth and puberty ( CDGP ).
Anak tampak pendek sebelum usia pubertas, lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Perkembangan pubertasnya lebih lambat dibanding teman sebayanya.
Meski begitu, tinggi badan akhir akan mencapai batas normal.
3. Pertumbuhan janin terganggu ( PJT ).
Anak dikatakan mengalami PJT, bila berat badan saat lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan ibu dan kelak berpotensi menyebabkan perawakan pendek.
Diperlukan pemantauan intensif PJT agar anak dapat mengejar pertumbuhannya.
Kejar tumbuh pada anak PJT sebagian besar ( 40 % ) terjadi pada usia sebelum 6 bulan, 25 % sebelum usia 3 tahun, dan 15 % tidak terjadi kejar tumbuh.
4. Penyakit Kronis.
Penyakit kronis seperti penyakit jantung, ginjal, paru, dan lain-lain dapat mengganggu pertumbuhan dengan berbagai mekanisme.
Pada anak dengan penyakit kronis, yang lebih dahulu terhambat adalah pertumbuhan berat badannya, baru kemudian diikuti tinggi badannya.
5. Perawakan pendek idiopatik.
Perawakan pendek idiopatik adalah perawakan pendek yang tidak jelas diketahui penyebabnya.
Dikatakan idiopatik apabila semua penyebab perawakan pendek lain sudah disingkirkan.
6. Kekurangan hormon peryumbuhan ( Growth Hormon Deficiency = GHD )
Anak yang kekurangan hormon pertumbuhan akan mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan mulai terlihat setelah usia 6 bulan.
Sering kali orang tua baru menyadari setelah anak berusia 3 tahun karena perbedaan tinggi badan yang cukup mencolok dengan teman sebayanya.
Gejala kelainan itu adalah anak pendek, tampak gemuk tapi proporsional, wajah tampak lebih muda dari usianya dan montok dengan suara yang melengking.
Bisa terdapat dahi yang menonjol, lambatnya pertumbuhan gigi, dan atau terlambatnya tanggal gigi sulung dan disertai mikropenis ( penis kecil ) pada anak laki-laki.
Pada anak yang bermasalah dalam pertumbuhannya atau anak pendak dapat dilakukan beberapa jenis pemeriksaan diantaranya :
1. Pemeriksaan dengan kurva tinggi badan, yang dilakukan secara benar dan teratur. misalnya :
KMS ( Kartu menuju sehat ) di posyandu.
2.Pemeriksaan bone age ( umur tulang ).
Dilakukan rongen tulang tangan kiri dan dilakukan evaluasi apakah umur tulang sesuai dengan umur biologis anak dan prediksi tinggi akhir anak.
3. Pemeriksaan darah lengkap.
Diperiksa kadar feritin ( besi ), fungsi hati, dan ginjal untuk mendeteksi adakah penyakit tertentu pada anak.
4. Pemeriksaan growth hormone dan hormon tiroid.
Khusus pada anak perempuan dilakukan pemeriksaan analisis kromosom, karena yang sering menyebabkan perawakan pendek pada perempuan adalah kelainan kromosom yang disebut sindrom turner.
Sindrom turner terjadi pada satu diantara 2000 kelahiran normal bayi perempuan.
Keadaan ini kebanyakkan tidak terdeteksi, sehingga baru diperiksakan saat sudah terjadi delayed puberty ( pubertas terlambat ).
Ada juga kasus yang sulit memiliki keturunan saat telah berumah tangga yang akhirnya terdiagnosis sindrom turner.
Jadi setiap anak dengan perawakan pendek harus dicari penyebabnya dan keluarga perlu mengetahui tentang potensi genetik pertumbuhan anaknya.
Deteksi dini adalah tindakan yang paling penting misalnya dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara berkala.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar