Hati-hati jika ada seorang anak laki-laki dengan gaya anggota badannya yang luwes dan gaya bicaranya yang kenes atau kemayu, jangan-jangan anak itu homoseksual.
Setiap orang bisa berpotensi untuk menjadi homoseksual, kesimpulan ini diambil dari hasil penelitian, dimana faktor yang paling berpengaruh mengapa seseorang menjadi homoseksual adalah genetik, pola asuh keluarga, dan lingkungan.
Penggunaan kata homoseksual pertama kali pada tahun 1869 oleh Karl- Maria Kertbeny dan kemudian dipopulerkan oleh Richard Freiherr von Krafft Ebing pada bukunya Psychopathia sexualis, sejak jaman itu homoseksualitas menjadi suatu pokok kajian dan debat.
Pada awalnya homoseksual dipandang sebagai penyakit untuk diobati, tetapi sekarang lebih sering diselidiki sebagai bagian untuk memahami sejarah, ilmu biologi, ilmu jiwa, serta variasi budaya dari identitas dan praktek seksual.
Orientasi seksual terbagi dalam tiga bentuk, yaitu ; homoseksual, heteroseksual, dan biseksual.
Homoseksual adalah penyuka sesama jenis, termasuk didalamnya adalah kaum gay dan lesbian.
Heteroseksual adalah yang menyukai lawan jenis, laki-laki menyukai perempuan ataupun sebakiknya.
Biseksual adalah gabungan dari ke dua jenis tersebut.
Jadi bagi yang biseksual selain berhubungan dengan yang lawan jenis, juga berhubungan dengan sesama jenis.
Derajat orientasi seksual seseorang dapat dijelaskan dengan skala Kinsley sebagai berikut :
Skala 0 adalah homoseksual murni.
Skala 1 adalah homoseksual dengan minimal 1 kali pengalaman heteroseksual.
Skala 2 adalah homoseksual dengan beberapa kali pengalaman heteroseksual.
Skala 3 adalah homoseksual dan heteroseksual yang seimbang atau disebut juga sebagai biseksual.
Skala 4 adalah heteroseksual dengan beberapa kali pengalaman homoseksual.
Skala 5 adalah heterodeksual dengan 1 kali pengalaman homoseksual.
Terakhir, Skala 6 adalah heteroseksual murni.
Lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk seorang anak manusia pria untuk menjadi seorang homoseksual ( gay ).
Lingkungan terdekat seperti keluarga, kemudian lingkungan sekitarnya di tempat tinggal memberi pengaruh cukup besar.
Pada penelitian didapatkan 15 % orang homoseksual ( gay ) dikarenakan faktor genetik, sedangkan 85 % karena faktor pola asuh dalam keluarga.
Untuk seorang anak laki-laki, adanya figur ayah atau figur pengganti yang berperan sebagai ayah, sangat penting, karena peran itu akan sangat berpengaruh pada pembentukkan orientasi seksualnya di kemudian hari.
Seorang anak sejak berusia 4 tahun, mulai akan mengalami pembentukkan orientasi seksual secara sederhana, sesuai dengan pola asuh didalam keluarga dan lingkungan.
Tidak adanya figur ayah dalam keluarga membuat sifat sang anak laki-laki, yang dasarnya cenderung meniru, menjadi tidak terarah.
Tidak adanya figur ayah yang bisa menjadi panutan, merupakan sebagian dari pola asuh yang salah.
Kecenderungan ke arah gay, biasanya mulai tampak pada anak laki-laki yang lebih senang bermain dengan anak perempuan, seperti bermain masak-masakan, boneka, dandan, dsb yang berhubungan dengan permainan anak perempuan.
Anak laki-laki yang dibesarkan ibunya dengan perlakuan seperti anak perempuan.
Usia yang rawan untuk menjadi seorang gay umumnya usia 4 - 11 tahun adalah usia yang rawan untuk pembentukan orientasi seks pada seorang anak.
Jadi sebaiknya mencegah lebih baik, agar orientasi seks seorang anak laki-laki tidak mengarah menjadi homoseksual.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar