Bau mulut atau halitosis memang menjadikan hati tidak tentram dan jiwa tidak tenang.
Pasalnya bau mulut merupakan suatu stigma sosial dan kendala yang sangat besar dalam pergaulan, terutama bila bau napas yang busuk, berat dan menetap.
Terkadang teman bicara jarang sekali berani terus terang mengatakan kepada penderita kalau napasnya beraroma tak sedap, dan penderita sendiri biasanya tidak menyadari dengan keadaan dimulutnya.
Pada beberapa kasus yang cukup parah, ada rasa tidak nyaman dalam mulut atau penderita menyadari setelah melihat reaksi orang.
Ada beberapa penderita merasa malu dan agak menutup mulutnya pada waktu bicara dengan orang lain.
Dengan mengetahui napasnya bau dan menyadari kalau baunya ini tercium orang, penderita biasanya mencari tahu apa penyebabnya.
Penyebab yang paling sering berasal dari mulut sendiri.
Bila tidak ditemukan bukti-bukti nyata dari mulut sendiri, maka perlu dicari penyebab lain di luar mulut.
Untuk membedakan antara faktor-faktor oral ( mulut ) dan ekstraoral ( diluar mulut ), dapat dilakukan cara sederhana yaitu dengan menutup mulut dan meniup napas lewat hidung.
Bila bau napas tetap ada, maka bau tersebut bukan berasal dari mulut.
Atau dengan cara sebaliknya yaitu menjepit hidung dengan jari dan dilanjutkan dengan meniup napas lewat mulut secara perlahan-lahan.
Setelah penyebab dasarnya dikenali, maka dapat dimulai dengan suatu pengobatan spesifik.
Pada garis besarnya penyebab bau mulut dibedakan :
1. Faktor-faktor lokal ( normal atau abnormal ).
2. Faktor-faktor sistemik ( normal atau abnormal ).
3. Obat-obatan.
4. Mulut kering.
Faktor-faktor lokal normal / fisiologik.
Napas berbau setelah bangun tidur, terutama disebabkan oleh terhambatnya aliran ludah dan gerakan dari struktur-struktur mulut.
Pengelupasan epitel tidak terjadi dan saliva residu akan membantu pertumbuhan bakteri, menimbulkan suatu lapisan putih lunak pada lidah dan gigi.
Bau mulut ( halitosis ) pada saat bangun tidur akan lebih parah pada orang tua, bila higiene ( kebersihan ) mulut buruk, juga pada perokok ( terutama perokok cerutu ), dan pemakai gigi palsu, terutama yang tetap menggunakan gigi palsunya selama tidur.
Noda nikotin pada gigi dan mulut membuat napas perokok berbau.
Bau dapat bertahan lebih lama, lebih dari 8 jam.
Makanan berbumbu atau berbau kuat seperti bawang putih, bawang merah, petai, jengkol, meninggalkan bau pada sel-sel dalam mulut dan esofagus, berjam-jam setelah makanan dicerna, menyebabkan napas bau.
Muntahannya juga berbau dan baunya bertahan berjam-jam.
Faktor-faktor lokal abnormal / patologik.
Diantara faktor-faktor lokal abnormal yang dapat menimbulkan bau mulut adalah higiene ( kebersihan ) mulut yang buruk, penyakit gusi kronik dan infeksi mulut.
Daging, ikan, dan produk-produk susu yang berisi asam amino yang mengandung sulfur dalam jumlah besar, dua spesies dari flora normal mulut seperti fusobakteria dan peptostreptokokus menghasilkan gas-gas yang mengandung sulfur yang menimbulkan bau busuk.
Pada keadaan sariawan juga dapat disertai bau mulut, misalnya gingivostomatitis ulseratif akut ( infeksi vincent ) mempunyai ciri khas bau logam yang khas, merupakan ciri penting dari diagnostik.
Ulkus-ulkus mulut, lepuh, atau bercak putih pada mukosa perlu dicari dan diperiksa seperlunya.
Bila tidak ditemukan, maka kondisi-kondisi lokal lainnya, misalnya sinusitis maksilaris kronik dengan postnasal drip, infeksi hidung kronik, tonsilitis, faringitis, infeksi saluran napas, kanker hidung dan tenggorokan dengan infeksi sekunder perlu dicari.
Jika mulut beraroma busuk atau bau busuk yang menyengat seperti tinja ( feses ) disini terjadi hubungan antara usus besar dengan lambung, namun hal seperti ini jarang terjadi, dan biasanya disebabkan oleh kanker lambung, kanker usus, atau divertikulitis ( peradangan ulseratif dari usus ).
Faktor-faktor sistemik normal.
Bahan-bahan makanan yang diekskresi ( dikeluarkan ) melalui paru-paru seperti bahan yang berasal dari bawang, lokio, radish, dan alkohol.
Disamping baunya yang khas, alkohol juga menyebabkan dehidrasi dengan berkurangnya aliran saliva ( liur ), yang akan mencegah pembersihan mulut oleh saliva ( liur ).
Bau akan lebih busuk bila terdapat sirosis.
Vegetarian akan lebih jarang mengalami bau mulut ( halitosis ) dibandingkan dengan pemakan daging, karena produk akhir nitrogen yang dihasilkan lebih sedikit.
Pada keadaan kurangnya asupan makanan atau pada keadaan kelaparan, timbul ketosis dan asidosis yang disertai dengan bau aseton akibat pemecahan simpanan lemak tubuh untuk dapat memenuhi kebutuhan energi.
Bila produk-produk buangan menumpuk lebih cepat dari pada kecepatan pembuangannya, misalnya pada keadaan kelelahan hebat atau uremia, maka dapat timbul halitosis ( bau mulut ) non-spesifik.
Isi lambung tidak dapat menimbulkan halitosis, kecuali pada keadaan kembung dan muntah, karana esofagus biasanya dalam posisi tertutup terhadap lambung.
Konstipasi ( sembelit ) pernah diduga sebagai penyebab halitosis, namun hal ini tidak dapat dibenarkan.
Faktor-faktor sistemik abnormal / patologik.
Penyebab-penyebab sistemik cukup banyak, karena banyak penyakit disertai pula dengan bau napas yang busuk.
Bau napas pada diabetes melitus mempunyai ciri bau yang manis dari aseton, yang akan menghilang bila penyakit terkontrol dengan baik.
Infeksi dada seperti abses paru, bronkiektasis, atau tuberkulosis lanjut menimbulkan bau yang tidak sedap.
Uremia menimbulkan halitosis bau amonia atau kemih.
Kegagalan hati disertai dengan bau manis yang mengendap seperti bau darah yang membusuk.
Kondisi-kondisi lain yang disertai dengan halitosis termasuk diskrasia darah, gangguan gizi seperti skorbut, demam, dehidrasi, toksemia dan retikulosis.
Pada beberapa gangguan psikiatrik, bau napas yang busuk dapat menjadi keluhan utama.
Bila halitosis tidak ditemukan, dan semua pemeriksaan adalah negatif, maka perlu dipertimbangkan keadaan obsesi atau paranoid.
Diagnosis akan didukung oleh ciri-ciri lainnya.
Obat-obatan.
Obat-obatan juga dapat menimbulkan bau napas yang tidak sedap.
Obat-obatan dapat melalui 3 cara untuk bisa menimbulkan bau napas yang busuk.
1. Dengan cara mencegah sekresi saliva.
2. Bila obat diekskresikan dari paru-paru.
3. Dengan mengganti flora bakteri dalam mulut.
Anti histamin, anti depresan, fenotiazin, penenang, dan obat-obat anti kolinergik seringkali menekan aliran saliva.
Walaupun dimetilsulfoksida ( DMSO ) tidak berbau dan tidak berwarna, bila dioleskan pada kulit ( misalnya untuk meredakan nyeri otot ), namun obat ini akan diabsorpsi dan diubah dalam tubuh menjadi dimetil sulfida, yaitu esens dari bawang putih, dan akan terdeteksi di mulut setelah pengolesannya.
Bau dapat menetap hingga 3 hari setelah pengolesan.
Kulit juga dapat mengeluarkan bau serupa.
Penderita yang mendapat amil nitrit, kloral hidrat, ataupun obat-obatan dengan dasar yodium juga akan mengalami halitosis spesifik obat.
Obat-obat yang mampu mengubah komposisi flora bakteri mulut termasuk antibiotik, dapat menimbulkan kandidiasis dengan halitosis sekunder.
Obat-obat anti kanker ( misalnya daktinomisin dan metotreksat ) juga dapat menyebabkan kandidiasis, ulkus mulut, perdarahan gusi, dan mulut kering dengan halitosis.
Juga dapat ditemukan leukopenia, dan berkurangnya daya tahan terhadap infeksi lokal dan sistemik.
Bau napas juga dapat dipakai sebagai media untuk penegakan diagnosis suatu penyakit.
Akhir-akhir ini para ilmuwan ilmu kedokteran di Amerika Serikat mengembangkan cara baru untuk mendiagnosa penyakit secara non-invasif yaitu dengan mendeteksi lewat embusan bau napas dari si penderita.
Cara ini mempunyai tingkat akurasi 99 persen.
Pemeriksaan pada embusan napas ini menggunakan peralatan diagnosa yang terdiri dari beberapa cermin dan sumber sinar laser.
Cermin-cermin itu dipasang pada posisi yang tepat sehingga sinar laser yang ditembakkan akan memantul berulang kali sehingga menyentuh setiap molekul udara yang diembuskan pasien.
Teknik ini dapat memberi gambaran yang luas tentang beragam molekul yang ditemukan dalam embusan napas.
Senyawa molekul yang ditemukan itu dapat menunjukkan berbagai penyakit termasuk kanker, asthma bronchiale, diabetes melitus dan gagal ginjal.
Disini ketika manusia mengembuskan napas, tidak saja mengeluarkan gas yang tidak diperlukan, seperti karbon dioksida, tetapi juga senyawa yang dihasilkan dari metabolisme sel dalam tubuh.
Untuk mendeteksi ada tidaknya kanker, pasien disuruh mengembuskan napasnya pada spektrometer, disini jika ada sel tumor akan menghasilkan senyawa organik yang mudah menguap pada tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan sel yang sehat.
Dari hasil penelitian bau napas manusia yang menunjukkan adanya fungsi abnormal, seperti metilamin dihasilkan tubuh dalam jumlah lebih tinggi pada penderita penyakit ginjal dan hati.
Amonia dihasilkan ketika terjadi kegagalan ginjal atau peningkatan kadar aseton yang disebabkan diabetes melitus.
Pada pasien penderita asthma bronchiale tubuhnya akan memproduksi sangat banyak nitrik oksida dan mengeluarkannya dalam napas.
Sedangkan bagi perokok mengembuskan gas karbon monoksida dalam tingkatan yang tinggi.
Cara untuk mengatasi bau mulut bergantung dari penyebabnya.
Ada beberapa yang perlu mendapat perhatian lebih seperti kebersihan ( higiene ) mulut, diet, merokok dan konsumsi alkohol.
Pada individu dengan dasar gangguan psikiatrik, keluhannya tidak objektif, perlu dirujuk ke psikiater.
Perawatan gigi secara teratur.
Bila memakai gigi palsu, harus memelihara peralatannya dalam keadaan bersih, melepas gigi palsunya pada malam hari.
Permen karet bebas gula atau perangsang liur lainnya dapat membantu meningkatkan efisiensi mekanisme pembersihan mulut.
Obat kumur tidak diperbolehkan dikarenakan dapat membuat mukosa mulut menjadi kering dan dapat memicu infeksi di rongga mulut.
Peppermint, kayu manis, aniseed, dan zat pewangi mulut lainnya cukup efektif, namun hanya bertahan sekitar 20 menit saja sebelum dilarutkan oleh saliva.
Klorofil tablet atau cair dapat juga membantu.
Jadi dengan bau mulut, kita dapat memahami bagaimana hubungan perasaan dengan orang lain, bagaimana proses pencernaan kita, bagaimana metabolisme tubuh bekerja dan apakah ada penyakit yang menyertainya.
Dengan mengetahui permasalahan bau mulut, dapat mengembalikan kita ke jalan menuju sehat.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Bayi sy usia 23 bln sdh 3 hr ni kecipirit/ pup sdikit2 dlm shari bs lbih dr 10 kali..maaf saat buang angin pun dsrtai pup dkt.
BalasHapuswarna tinjany kuning terang, cair dan berbau mnyengat cmpur asam.
sminggu lalu sy br mnyapihnya krn sbntar lg usiany 2 thn. Dia kuat minum sufor jg (sjak lahir dia minum asi dan sufor) tp krn sdang mncret jd sy kurangi pmbrian sufornya. Sy phatikan selang tdk lama dia mnum su2 trus pup. sy blm bw ke doktr krn sy liat dia ttp aktif dan ceria, mski hari ptama dia mncret rewel krn (maaf) kulit lubang pntatny merah jd pas cebok perih. Tp skr rewelny mulai brkurang. Sy hny mbri dia obat lacto-* tp sptny tdk ada prubahan.
Yg mau sy tnyakan perlukah sy bw dia ke dokter dan perlukah anak sy dbri antibiotik?
Mengapa bau nafas dari mulutny sama persis spt bau aroma fesesny saat mncret ini?? Trims
Bayi sy usia 23 bln sdh 3 hr ni kecipirit/ pup sdikit2 dlm shari bs lbih dr 10 kali..maaf saat buang angin pun dsrtai pup dkt.
BalasHapuswarna tinjany kuning terang, cair dan berbau mnyengat cmpur asam.
sminggu lalu sy br mnyapihnya krn sbntar lg usiany 2 thn. Dia kuat minum sufor jg (sjak lahir dia minum asi dan sufor) tp krn sdang mncret jd sy kurangi pmbrian sufornya. Sy phatikan selang tdk lama dia mnum su2 trus pup. sy blm bw ke doktr krn sy liat dia ttp aktif dan ceria, mski hari ptama dia mncret rewel krn (maaf) kulit lubang pntatny merah jd pas cebok perih. Tp skr rewelny mulai brkurang. Sy hny mbri dia obat lacto-* tp sptny tdk ada prubahan.
Yg mau sy tnyakan perlukah sy bw dia ke dokter dan perlukah anak sy dbri antibiotik?
Mengapa bau nafas dari mulutny sama persis spt bau aroma fesesny saat mncret ini?? Trims