Pernahkah anda mengalami keluhan seperti rasa sakit melilit di perut kanan atas terutama bila setelah makan dan terus bergeser sampai ke punggung atau tulang belikat sebelah kanan.
Rasa sakit terkadang disertai demam dan mual.
Setelah rasa sakit berkurang, anda dapat mengalami seperti ada sedikit rasa sakit atau rasa sakit dibagian perut sebelah kanan.
Tetapi yang paling sering kasus batu empedu ditemukan tanpa gejala, maka disebut dengan istilah The silent stone.
Bahkan dokter yang memeriksanya, sering kali terkecoh dan menganggapnya sebagai gejala dari penyakit maag ( gastritis ).
Tingkat kesadaran dan kepekaan masyarakat, termasuk didalamnya kalangan medis, terhadap penyakit yang satu ini memang masih rendah.
Penyakit ini baru terungkap setelah melihat hasil dari general medical check-up atau pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) yang memang pada awalnya diindikasikan untuk kecurigaan penyakit lain.
Satu dari sepuluh orang Amerika pernah atau rawan mengindap penyakit batu empedu.
Seperti ditulis diatas kebanyakan batu empedu tidak memberikan gejala apa-apa.
Batu yang menyumbat saluran-saluran yang menghubungkan kantung empedu dengan hati dan usus halus dapat sangat menyakitkan dan berpotensi menjadi berbahaya.
Kantung empedu yang anda punyai menyimpan empedu,yaitu cairan pencerna yang dihasilkan dalam hati.
Lewat saluran kantung empedu, empedu masuk ke usus halus dan membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu yang sehat mempunyai jumlah asam empedu dan kolesterol yang seimbang serta bebas dari pencemaran kuman penyakit.
Bila konsentrasi kolesterol menjadi terlampau tinggi, terbentuklah batu empedu.
Besarnya batu empedu dari sebesar butiran pasir sampai sebesar bola golf.
Bila ada organisme misalnya salmonella typhi ( kuman yang berbahaya bagi tubuh manusia ) yang berpenetrasi ke mukosa ( selaput lendir ) usus dan berjalan ke kelenjar regional untuk bermultiplikasi ( memperbanyak diri ), kemudian sebagian besar memasuki aliran darah yang ditandai dengan gejala demam ( bakteriemia ) dan selanjutnya kuman juga menginfeksi empedu dan menetap di kantung empedu dan saluran empedu dapat sebagai batu empedu.
Oleh karena itu setelah pemulihan penderita typhoid, infeksi dapat menetap di saluran empedu dan saluran kemih, sehingga menyebabkan karier feses atau urine karier kronik.
Keadaan karier kronik pada penderita typhoid ( kultur urine / tinja masih positip setelah 3 bulan ).
Hal seperti ini sangat potensial untuk terjadinya pembentukan batu empedu.
Batu empedu dapat menimbulkan rasa sakit hebat dan mendadak yang dapat berlangsung selama beberapa jam.
Bila sebuah batu empedu menghambat saluran empedu, kulit serta bagian putih ke dua mata ( sklera ) anda dapat berubah menjadi kuning.
Anda akan mengalami demam atau mengeluarkan tinja berwarna pucat seperti tanah liat.
Orang tua dan para wanita cenderung memiliki risiko lebih tinggi, terutama wanita yang sedang hamil atau sedang menelan pil estrogen atau tablet KB.
Risiko akan lebih tinggi lagi jika kelebihan berat badan ( kegemukan ) atau baru saja kehilangan berat badan dan mempunyai riwayat keluarga dalam masalah batu empedu atau gangguan di usus halus.
Batu pada organ empedu dibagi menjadi dua jenis yaitu batu pigmen dan batu kolesterol.
Beberapa teori yang berhubungan dengan penyebab batu empedu.
Mekanisme terbentuknya batu empedu dipaparkan dalam 2 teori yaitu yang pertama, batu berupa pigmen disebabkan karena adanya infeksi pada saluran empedu.
Teori ke dua adalah akibat gangguan metabolisme kolesterol, kandungan kolesterol dalam empedu tidak seimbang lagi jika dibandingkan dengan garam empedu.
Ada teori lain yang memaparkan bahwa aliran empedu yang lambat dan gerakan kontraksi kantung empedu yang kurang , dapat memunculkan batu empedu.
Hal seperti itu dapat terjadi pada ibu hamil.
Teori lain menyebutkan jika seseorang yang berbadan sangat tambun / gemuk dan berusaha mencoba menurunkan berat badannya dengan membatasi diet secara drastis, perlakuan semacam ini sangat rentan untuk menjadi penderita batu empedu.
Perubahan drastis pada pola diet, padahal sebelumnya asupan kolesterol tinggi.
Kemudian turun secara mendadak mengakibatkan kontraksi saluran empedu menjadi berkurang, akibatnya pengosongan kantung empedu yang berisi cairan juga berkurang, sehingga cairan mengendap sampai akhirnya terbentuk batu.
Di negara-negara Barat, jumlah batu kolesterol banyaknya sekitar 80 %, berbeda dengan di negara kita.
Kasus batu empedu yang terjadi di Indonesia adalah batu berupa pigmen, yang diduga disebabkan oleh infeksi, diantaranya demam typhoid.
Pola berobat yang salah adalah faktor pendukungnya.
Sering kali pasien tidak menghabiskan minum antibiotik yang telah diberikan dokter, membuat infeksi yang terjadi tidak tuntas teratasi.
Kuman-kuman itu akan terkumpul disaluran dan kantung empedu sampai akhirnya menimbulkan batu empedu.
Dari hasil penelitian diperoleh hanya sekitar 30 % dari seluruh kasus batu empedu yang menimbulkan gejala.
Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala artinya batu itu bersarang di kantung empedu.
Bila batu itu terdapat di saluran empedu biasanya ada gejala khas seperti nyeri yang tiba-tiba timbul pada perut kanan atas, biasanya menjalar ke tulang belikat, bahu kanan bahkan sampai ke tulang belakang.
Nyeri timbul biasanya setelah mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.
Lazimnya nyeri timbul pada malam hari antara jam 22.00 ( 10 malam ) sampai dini hari.
Belum diketahui dengan pasti mengapa muncul pada saat malam hari.
Diduga pada malam hari penderita tidak melakukan aktivitas ( kurang ) sehingga kontraksi yang dipicu oleh saraf-saraf otonom lebih terasa atau terfokus.
Selain itu protein dan lemak dalam makanan dapat melepaskan kolesistokinin teraktivasi dari usus halus dan karenanya menghasilkan kontraksi kantung empedu.
Nyeri yang dihasilkan hebat dan berlangsung beberapa jam.
Nyeri, demam dan kuning ( ikterus ) merupakan gejala sisa klinis yang penting pada sumbatan batu kantung empedu.
Mual, muntah yang disertai nyeri dan perasaan tidak nyaman lainnya di pencernaan diduga dari gangguan autonomik umum.
Gejala yang muncul sering tidak spesifik, menyerupai sakit maag biasa.
Bagi yang sudah terbiasa dan sudah lama merasakan nyeri seperti sakit maag dan tidak sembuh dengan pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita sakit maag, sebaiknya waspada terhadap kemungkinan batu empedu.
Pemeriksaan laboratorium yang khas untuk mendeteksi adanya batu empedu adalah gamma-GT.
Enzim ini muncul akibat sumbatan yang disebabkan oleh batu atau meningkatnya kekentalan sehingga aliran cairan empedu menjadi lambat.
Selain itu pada batu empedu juga terjadi peningkatan enzim alkali fosfatase.
Pada pemeriksaan foto rontgen rongga perut ( abdomen ), batu yang terbentuk dari pigmen, disebut juga batu keras, akan terlihat, sedangkan batu kolesterol tidak akan tampak pada foto rontgen.
Penderita yang dicurigai sebagai batu empedu, pemeriksaan yang dilakukan pertama menggunakan ultrasonografi ( USG ) mempunyai akurasi sekitar 77 %.
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena dilakukan non- invasif ( tidak mencederai ) dan tingkat akurasinya cukup tinggi.
Bila pemeriksaan USG masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan MRCP ( Magnetic Resonance Colanium Pancreaticography ) yaitu pemeriksaan dengan menggunakan kekuatan magnet seperti MRI.
Dapat juga dengan ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography ).
Jika batu empedu yang terbuat dari endapan kolesterol berukuran kurang dari 0,5 cm masih dapat diluruhkan ( dihancurkan ) dengan menggunakan obat-obatan, seperti chenodioxy cholic acid dan ursodioxy cholic acid.
Lamanya pengobatan kurang lebih 3 bulan.
Efek obat, bila tidak tahan akan timbul diare atau kembung.
Bila batu dari pigmen tidak ada obat untuk meluruhkan, jadi harus dilakukan operasi.
Batu empedu yang berukuran kecil dan banyak jumlahnya, ini lebih mengkhawatirkan, karena disamping menimbulkan peradangan pada kantung empedu, dapat berjalan menutup dan menyumbat saluran empedu.
Untuk batu yang berukuran besar kemungkinan menyebabkan penyumbatan lebih kecil.
Bila didapatkan gejala nyeri, mual atau muntah biasanya sudah terjadi infeksi atau sumbatan.
Dalam kondisi seperti itu tidak ada jalan lain kecuali dilakukan pembedahan untuk mengangkat batu.
Lain lagi bila tanpa gejala ( asimtomatik ), maka tidak perlu dilakukan tindakan.
Tindakan ERCP biasanya dilakukan sebelum tindakan operasi untuk prosedur diagnostik dan sebagai terapi untuk mengeluarkan batu dari saluran empedu.
Keputusan terakhir memang harus operasi.
Teknik operasi untuk mengangkat batu empedu ada 2 macam :
Pertama adalah operasi laparatomi, dan ke dua operasi laparoskopi.
Operasi laparatomi, luka sayatan lebih besar kira-kira 10 cm, dengan waktu pemulihan luka lebih lama.
Berbeda dengan jenis operasi laparoskopi yang merupakan teknik menggunakan peralatan teropong kecil yang dapat dimasukkan ke dalam perut tanpa harus membuat sayatan yang besar.
Luka yang ditimbulkan paling besar 1 cm, yang berguna untuk memasukkan alat.
Bila kasusnya terlalu sulit, maka dapat berubah menjadi laparatomi.
Tindakan mengatasi batu empedu sebaiknya jangan dilakukan dengan penembakan seperti sinar laser ( ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ) karena risikonya terlalu besar dan melakukannya tidak mudah sebab saluran empedu berukuran kecil, berbeda dengan saluran urether pada ginjal.
Apalagi batu empedu relatif lebih mobile ( mudah berpindah ) sehingga sulit ditembak.
Salah melakukan tindakan akibatnya bisa fatal.
Apakah batu empedu itu bisa timbul kembali walau setelah dioperasi ?
Jawabnya ya bisa muncul kembali jika si pasien tidak menjaga pola hidup yang sehat, seperti tetap mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan jarang atau tidak pernah sama sekali berolahraga.
Disini gaya hidup harus diubah.
Jadi jika anda merasakan sakit yang hebat atau rasa sakit yang berulang-ulang diperut sebelah kanan, rasa sakit ini mirip seperti orang sakit maag ( gastritis ) ditambah dengan kulit kekuningan atau demam selama terjadi serangan.
Anda harus cepat-cepat mencari pertolongan dokter, tidak menutup kemungkinan ada batu di kantung empedu anda.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Selasa, 24 April 2012
Keterkaitan antara membaca dengan agresivitas.
Dan hanya ada satu tempat penyampaian ilmu pengetahuan, membagi informasi sampai menyuarakan kebenaran, tanpa takut lenyap diterjang badai atau terbawa angin yang berembus.
Bukulah sebagai sebuah prasasti, tempat kata-kata menjejakkan maknanya.
Sebuah tempat harta yang paling berharga.
Tetapi ada sisi lain dari seorang penggila buku alias kutu buku yang masih sering dipandang aneh oleh beberapa orang.
Mikkel Birkegaard pernah mengatakan hanya orang-orang yang terpilih yang lebih memilih hidup diantara tumpukan buku.
Gambaran demikian betapa pentingnya makna dari sebuah buku itu.
Dengan membaca buku berarti menghormati Sang Pencipta.
Kemampuan membaca dan mencintai buku sebaiknya dilakukan di usia sedini mungkin.
Selama kurun waktu 6 tahun ( 1996 - 2002 ), Sarah Miles dan Deborah Stipek dari Stanford University California, Amerika Serikat, meneliti dan mengikuti perkembangan 400 anak Tk dan SD diwilayah kota miskin di Amerika Serikat.
Tentang adanya keterkaitan antara tingkat kemampuan membaca dan tingkat agresivitas seorang anak.
Dalam penelitian sikap agresif dibatasi dalam empat golongan, " suka berkelahi ", " tidak sabaran ", " suka mengganggu ", dan " kebiasaan menekan anak lain ( bullying ) "
" Anak - anak kelas 1 SD, yang kemampuan membacanya relatif rendah, saat di kelas 3, cenderung memiliki tingkat agresivitas tinggi.
Dan anak-anak kelas 3, yang memiliki kemampuan membaca rendah, cenderung memiliki sikap agresif tinggi saat di kelas 5 ".
Begitu pengungkapan Miles dan Stipek dalam penelitiannya.
Hal seperti ini terjadi mungkin bersamaan dengan tingkat pergaulan mereka, anak - anak yang kemampuan membacanya rendah itu frustasinya semakin menumpuk.
Keadaan ini yang membuat mereka menjadi agresif.
Sebaliknya, ada keterkaitan antara sikap sosial dan kemampuan membaca.
Yang dimaksud sikap sosial adalah " suka menolong ", " mengasihi sesama ", " mengerti perasaan orang lain ", " punya empati ", " punya perhatian kepada yang susah " dan " menolong / menghibur teman yang kecewa ".
Anak-anak yang memiliki sikap sosial yang baik saat di Tk dan kelas 1 SD biasanya lebih mampu mengembangkan kemampuan membacanya di kelas 3 dan kelas 5 SD, begitulah kesimpulan penelitian Miles dan Stipek.
Dari hasil penelitian menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan pengajaran yang efektif dalam kemampuan membaca pada jenjang-jenjang permulaan SD.
Anak-anak yang kemampuan membacanya rendah perlu diberi perhatian penuh melalui bantuan pribadi atau sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Penelitian membaca ini dilakukan terhadap anak usia permulaan sekolah Tk sampai SD dan kemampuan membaca ini juga dilakukan terhadap anak usia 20 - 22 tahun.
Ternyata hasilnya kurang lebih sama, bila si anak dari usia permulaan sekolah sudah lemah dalam hal membaca, maka mereka juga kurang dalam memahami satu atau beberapa informasi pada buku teks yang tersedia.
Kemampuan menafsirkan, menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi diluar sangat terbatas pada pengalaman hidup secara umum.
Akibatnya, mereka akan sulit memakai kemampuan membaca untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan di bidang lain.
Dampak dari keadaan ini, muncul dua hal :
1. Mereka mungkin baru mampu menyelesaikan pendidikannya pada usia yang lebih tua.
2. Jika pada usia itu sudah bekerja, besar kemungkinan akan tersisih dalam persaingan di lapangan pekerjaan.
Keadaan semacam ini akan mudah menyebabkan harga diri si anak akan turun dan memicunya untuk memusuhi masyarakat dan lingkungan sekitar ( Rutter dan Giller, 1983 ).
Situasi kejiwaan semacam inilah yang mudah meningkatkan sikap agresif ( Malden, Blackwell, dan Pitkanen, 1969).
Sejak dasawarsa tahun 1990-an, konsep tentang kemampuan membaca sudah banyak berubah.
Sekarang, kemampuan membaca dipandang sebagai sebuah proses konstruksi dan interaksi.
Pembaca adalah orang yang aktif membangun makna, memahami strategi membaca yang efektif dan mengetahui bagaimana merefleksikan bahan bacaan ( Langer, 1995 ; Clay, 1991 ).
Setidaknya ada tiga aspek dalam kemampuan membaca, yaitu aspek " proses memahami ", " tujuan membaca ", dan " sikap dalam membaca ".
Dari sini yang ditekankan tidak lagi " belajar membaca ", melainkan " membaca untuk belajar ( hidup ) ".
Sebaiknya gerakan membaca hendaknya dimulai dan dipelihara sejak dini, berangkat dari rumah, perpustakaan, sekolah, dan lingkungan media.
Untuk idealnya, para orang tua sebaiknya membacakan bacaan kepada anaknya sejak di kandungan sampai Tk.
Dalam penelitian terbaru seorang anak bisa mendapat 4000 - 12000 kosokata baru dalam setahun melalui buku-buku yang dibacakan orang tuanya.
Sebab 50 persen buku bacaan buat anak-anak mengandung lebih banyak jumlah kata-kata baru ketimbang dengan hanya melihat acara televisi khususnya film anak-anak dan tayangan percakapan orang dewasa.
Karena begitu pentingnya keperluan untuk membaca Asosiasi membaca internasional ( 1999 ) menyarankan, jumlah ideal buku diperpustakaan sekolah adalah 20 kali jumlah murid.
Untuk perpustakaan di kelas, idealnya ada tujuh buku untuk tiap murid.
Dengan membangun budaya membaca, mudah-mudahan akan mengurangi sifat agresif, arogan dan destruktif manusia penerus dimasa mendatang.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Bukulah sebagai sebuah prasasti, tempat kata-kata menjejakkan maknanya.
Sebuah tempat harta yang paling berharga.
Tetapi ada sisi lain dari seorang penggila buku alias kutu buku yang masih sering dipandang aneh oleh beberapa orang.
Mikkel Birkegaard pernah mengatakan hanya orang-orang yang terpilih yang lebih memilih hidup diantara tumpukan buku.
Gambaran demikian betapa pentingnya makna dari sebuah buku itu.
Dengan membaca buku berarti menghormati Sang Pencipta.
Kemampuan membaca dan mencintai buku sebaiknya dilakukan di usia sedini mungkin.
Selama kurun waktu 6 tahun ( 1996 - 2002 ), Sarah Miles dan Deborah Stipek dari Stanford University California, Amerika Serikat, meneliti dan mengikuti perkembangan 400 anak Tk dan SD diwilayah kota miskin di Amerika Serikat.
Tentang adanya keterkaitan antara tingkat kemampuan membaca dan tingkat agresivitas seorang anak.
Dalam penelitian sikap agresif dibatasi dalam empat golongan, " suka berkelahi ", " tidak sabaran ", " suka mengganggu ", dan " kebiasaan menekan anak lain ( bullying ) "
" Anak - anak kelas 1 SD, yang kemampuan membacanya relatif rendah, saat di kelas 3, cenderung memiliki tingkat agresivitas tinggi.
Dan anak-anak kelas 3, yang memiliki kemampuan membaca rendah, cenderung memiliki sikap agresif tinggi saat di kelas 5 ".
Begitu pengungkapan Miles dan Stipek dalam penelitiannya.
Hal seperti ini terjadi mungkin bersamaan dengan tingkat pergaulan mereka, anak - anak yang kemampuan membacanya rendah itu frustasinya semakin menumpuk.
Keadaan ini yang membuat mereka menjadi agresif.
Sebaliknya, ada keterkaitan antara sikap sosial dan kemampuan membaca.
Yang dimaksud sikap sosial adalah " suka menolong ", " mengasihi sesama ", " mengerti perasaan orang lain ", " punya empati ", " punya perhatian kepada yang susah " dan " menolong / menghibur teman yang kecewa ".
Anak-anak yang memiliki sikap sosial yang baik saat di Tk dan kelas 1 SD biasanya lebih mampu mengembangkan kemampuan membacanya di kelas 3 dan kelas 5 SD, begitulah kesimpulan penelitian Miles dan Stipek.
Dari hasil penelitian menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan pengajaran yang efektif dalam kemampuan membaca pada jenjang-jenjang permulaan SD.
Anak-anak yang kemampuan membacanya rendah perlu diberi perhatian penuh melalui bantuan pribadi atau sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Penelitian membaca ini dilakukan terhadap anak usia permulaan sekolah Tk sampai SD dan kemampuan membaca ini juga dilakukan terhadap anak usia 20 - 22 tahun.
Ternyata hasilnya kurang lebih sama, bila si anak dari usia permulaan sekolah sudah lemah dalam hal membaca, maka mereka juga kurang dalam memahami satu atau beberapa informasi pada buku teks yang tersedia.
Kemampuan menafsirkan, menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi diluar sangat terbatas pada pengalaman hidup secara umum.
Akibatnya, mereka akan sulit memakai kemampuan membaca untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan di bidang lain.
Dampak dari keadaan ini, muncul dua hal :
1. Mereka mungkin baru mampu menyelesaikan pendidikannya pada usia yang lebih tua.
2. Jika pada usia itu sudah bekerja, besar kemungkinan akan tersisih dalam persaingan di lapangan pekerjaan.
Keadaan semacam ini akan mudah menyebabkan harga diri si anak akan turun dan memicunya untuk memusuhi masyarakat dan lingkungan sekitar ( Rutter dan Giller, 1983 ).
Situasi kejiwaan semacam inilah yang mudah meningkatkan sikap agresif ( Malden, Blackwell, dan Pitkanen, 1969).
Sejak dasawarsa tahun 1990-an, konsep tentang kemampuan membaca sudah banyak berubah.
Sekarang, kemampuan membaca dipandang sebagai sebuah proses konstruksi dan interaksi.
Pembaca adalah orang yang aktif membangun makna, memahami strategi membaca yang efektif dan mengetahui bagaimana merefleksikan bahan bacaan ( Langer, 1995 ; Clay, 1991 ).
Setidaknya ada tiga aspek dalam kemampuan membaca, yaitu aspek " proses memahami ", " tujuan membaca ", dan " sikap dalam membaca ".
Dari sini yang ditekankan tidak lagi " belajar membaca ", melainkan " membaca untuk belajar ( hidup ) ".
Sebaiknya gerakan membaca hendaknya dimulai dan dipelihara sejak dini, berangkat dari rumah, perpustakaan, sekolah, dan lingkungan media.
Untuk idealnya, para orang tua sebaiknya membacakan bacaan kepada anaknya sejak di kandungan sampai Tk.
Dalam penelitian terbaru seorang anak bisa mendapat 4000 - 12000 kosokata baru dalam setahun melalui buku-buku yang dibacakan orang tuanya.
Sebab 50 persen buku bacaan buat anak-anak mengandung lebih banyak jumlah kata-kata baru ketimbang dengan hanya melihat acara televisi khususnya film anak-anak dan tayangan percakapan orang dewasa.
Karena begitu pentingnya keperluan untuk membaca Asosiasi membaca internasional ( 1999 ) menyarankan, jumlah ideal buku diperpustakaan sekolah adalah 20 kali jumlah murid.
Untuk perpustakaan di kelas, idealnya ada tujuh buku untuk tiap murid.
Dengan membangun budaya membaca, mudah-mudahan akan mengurangi sifat agresif, arogan dan destruktif manusia penerus dimasa mendatang.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Jumat, 06 April 2012
Andai penderita hipertensi dapat disembuhkan.
Tekanan darah tinggi atau lebih populer dengan nama hipertensi sering kali ditemui pada masyarakat kita, baik di kota-kota besar maupun di daerah pedesaan.
Diperkirakan saat ini diseluruh dunia ada 1 miliar penderita hipertensi dan pada tahun 2025 jumlah penderita dapat meningkat menjadi 1,5 miliar.
Tiga perempatnya penderita hipertensi terdapat di negara berkembang.
Sekitar 7,1 juta kematian terkait dengan hipertensi.
Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 penduduk berusia 18 tahun ke atas mengindap hipertensi.
Seseorang umumnya dianggap menderita hipertensi jika tekanan darahnya mencapai 140 / 90 mm Hg ke atas.
Biasanya tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh dua faktor, yaitu curah jantung ( cardiac autput ) dan tekanan resistensi pembuluh darah perifer.
Tekanan darah ini selalu berubah-ubah, tergantung waktu dan keadaan si penderita.
Dalam keadaan tenang atau pada malam hari waktu tidur, tekanan darah dapat mencapai 30 - 40 mm Hg lebih rendah dari pada waktu siang atau pada waktu melakukan aktivitas atau waktu bekerja.
Keadaan sakit, emosi, ditusuk jarum, melakukan kegiatan seksual, dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak serta kegelisahan, tekanan mental, temperatur yang dingin dan temperatur terlalu panas.
Tekanan darah pada anak yang baru lahir rata-rata 80 mm Hg sistolik ( tekanan atas ) dan 60 mm Hg diastolik ( tekanan bawah ), sedangkan pada anak-anak menjelang dewasa tekanannya menjadi 120 / 70 mm Hg.
Pada waktu manusia berumur sekitar 50 tahun tekanan menjadi rata-rata 140 / 90 mm Hg.
Tekanan sistolik ( atas ) menjadi lebih tinggi, apabila usia bertambah lebih dari 60 tahun.
Hal seperti ini disebabkan karena seringnya terdapat perubahan pada pembuluh darahnya yaitu terjadi pengerasan pada pembuluh darah yang biasa disebut perubahan arteriosklerotik dan pembuluh darah arteri ( nadi ) menjadi kaku.
Pada usia muda laki-laki lebih tinggi tekanan darahnya dibandingkan dengan perempuan sampai umur 45 tahun.
Selanjutnya terdapat sebaliknya.
Jadi disini umur dan jenis kelamin mempunyai peranan dalam perubahan tekanan darah sewaktu manusia hidup.
Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk menentukan apakah benar-benar ada penyakit hipertensi atau tidak.
Pengukuran harus dilakukan berulang kali.
Tekanan darah sebaiknya diperiksa waktu pagi hari sesudah penderita tidur semalam suntuk ( Basal Blood Pressures ).
Dari hasil penelitian terbaru ( maret 2012 ), pengukuran tekanan darah di dua lengan dapat menyingkap adanya risiko penyakit jantung.
Peneliti dari Universitas Exeter, Paris, menyarankan petugas kesehatan memeriksa tekanan darah di dua lengan pasien.
Perbedaan tekanan sistolik ( saat jantung memompa ) darah pada dua lengan merupakan indikator masalah jantung.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Lancet.
Peneliti mengkaji 28 studi dengan data perbedaan tekanan darah sistolik pada dua lengan.
Mereka menyimpulkan, perbedaan tekanan darah sebesar 15 mm Hg atau lebih berhubungan dengan peningkatan risiko penyempitan dan pengerasan pembuluh nadi yang memasok darah ke kaki dan tangan.
Hal ini terkait gejala awal stroke yang mempengaruhi persediaan darah ke otak dan dapat mengakibatkan demensia.
Tekanan darah tinggi ini memang tak mudah untuk dikendalikan walau dengan obat kombinasi anti hipertensi.
Tetapi dengan membiarkan tekanan darah tetap meninggi bukan tanpa risiko.
Lonjakan tekanan darah terbukti mengganggu fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal dan mata.
Belum lama ini para ilmuwan berhasil menerapkan metode baru untuk mengatasi penyakit tekanan darah tinggi ( hipertensi ).
Metode baru itu namanya denervasi renal.
Denervasi renal adalah cara invasif pengendalian tekanan darah dengan menumpulkan sinyal saraf di organ ginjal yang berperan penting dalam menaikan tekanan darah.
Sebagian besar penyebab hipertensi tidak diketahui.
Namun para ilmuwan telah lama mendeteksi sistem saraf simpatis ( sistem saraf otonom ) di organ ginjal yang terkoneksi dengan otak berperan penting meningkatkan tekanan darah.
Sistem saraf ini bila terangsang akan mengerutkan pembuluh darah, menambah volume darah, memicu debar jantung, dan merangsang pelepasan hormon renin yang turut melambungkan tekanan darah.
Pada hipertensi terjadi hiperaktivasi sistem saraf simpatis yang terus-menerus sehingga tekanan darah tetap tinggi.
Dalam penatalaksanaan hipertensi, pada mulanya dianjurkan pola hidup sehat dengan mengatur diet dan berolahraga secara rutin dan bila diperlukan diberikan obat-obatan anti hipertensi.
Pada hipertensi tingkat lanjut, terkadang diberikan kombinasi obat-obatan anti hipertensi, artinya lebih dari satu jenis obat, agar hipertensi terkontrol.
Ternyata sekitar 20 persen penderita hipertensi, tekanan darahnya tak kunjung normal walau mendapat tiga atau lebih kombinasi obat.
Jenis hipertensi seperti ini disebut hipertensi resisten.
Pada hipertensi jenis ini penambahan jenis obat sering kali bukan membuat tekanan darah turun, melainkan efek samping obat menjadi bertambah.
Untuk menghadapi hipertensi yang tak mempan obat ini, Dr. Henry Krum seorang ilmuwan dari universitas Monash, Australia, bersama para koleganya mencoba melakukan denervasi renal, suatu jenis terapi baru yang belum pernah dilakukan pada manusia.
Intinya, menumpulkan saraf simpatis di lapisan dalam pembuluh darah ginjal dengan teknik invasif memakai kateter.
Cara mengerjakannya, kateter berbentuk seperti selang lentur, dengan diameter seukuran sedotan minuman, diarahkan ke muara pembuluh darah ginjal melalui sayatan kecil melewati pembuluh darah paha.
Lewat kateter, seutas kawat berujung elektroda yang tersambung dengan generator mentransmisikan energi radiofrekuensi ke dinding dalam pembuluh darah ginjal untuk " memotong " sinyal saraf simpatis ( denervasi ).
Tindakan non bedah yang mirip kateterisasi jantung ini hanya perlu waktu kurang dari satu jam untuk menumpulkan persarafan kedua pembuluh darah ginjal.
Dari hasil penelitian membuktikan keberhasilan dari 45 orang penderita hipertensi yang sudah resisten alias sudah tidak mempan lagi obat-obatan anti hipertensi diikut sertakan dalam studi Krum dan koleganya.
Hasilnya, denervasi renal berhasil menurunkan tekanan darah secara bermakna tanpa komplikasi serius.
Krum dan kawan-kawan mempublikasikan hasil studinya di jurnal kedokteran Lancet.
Penelitian lebih lanjut antara lain dilakukan oleh Dr. Murray Esler dan koleganya terhadap lebih dari 100 pasien hipertensi yang resisten terhadap obat-obatan.
Esler membuktikan keunggulan terapi hipertensi yang disertai denervasi renal dibandingkan hanya dengan obat-obatan saja.
Penelitian lanjutan ini dimuat juga di jurnal kedakteran Lancet tahun 2010.
Keberhasilan dari sejumlah penelitian terkait dengan denervasi renal mendapat sambutan luas disejumlah negara.
Pihak berwenang di Eropa dan Australia telah menyetujui tindakan ini untuk digunakan sebagai upaya terapi hipertensi.
Pemerintah Amerika Serikat melalui FDA ( juli 2011 ) mengizinkan penelitian denervasi renal yang melibatkan sekitar 500 pasien dari 60 pusat medis di Amerika.
Apabila studi ini juga memperlihatkan hasil yang baik, kemungkinan besar metode ini segera diterapkan diseluruh negara Amerika Serikat.
Para ilmuwan Amerika memprediksi metode ini dapat digunakan lebih luas lagi, tidak hanya pada hipertensi yang membandel, tetapi juga pada hipertensi yang biasa.
Kita berharap metode denervasi renal ini sebagai metode terapi yang sukses dikemudian hari dan sekaligus dapat meniadakan peranan obat-obatan dalam penanganan hipertensi.
Kita tunggu perkembangan baru dari metode denervasi renal ini.
Yang terpenting jangan membiarkan tekanan darah anda tetap melambung tinggi, karena hipertensi sangat berbahaya bisa meningkatkan risiko stroke, kebutaan, serangan jantung dan gagal ginjal.
Jika anda sudah mengeluh seperti : sakit kepala, pusing, lelah, keringat dingin, mual dan telinga berdenging.
Cepat-cepatlah memeriksakan diri ke dokter keluarga anda.
Menurut John Martin, PhD di San Diego State University, tekanan darah tinggi terutama merupakan gangguan gaya hidup.
Menurutnya ada tiga hal yang paling penting yang harus diubah yaitu ; mengecilkan ukuran pinggang, kebugaran fisik, dan tingkat ketenangan jiwa.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Diperkirakan saat ini diseluruh dunia ada 1 miliar penderita hipertensi dan pada tahun 2025 jumlah penderita dapat meningkat menjadi 1,5 miliar.
Tiga perempatnya penderita hipertensi terdapat di negara berkembang.
Sekitar 7,1 juta kematian terkait dengan hipertensi.
Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 penduduk berusia 18 tahun ke atas mengindap hipertensi.
Seseorang umumnya dianggap menderita hipertensi jika tekanan darahnya mencapai 140 / 90 mm Hg ke atas.
Biasanya tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh dua faktor, yaitu curah jantung ( cardiac autput ) dan tekanan resistensi pembuluh darah perifer.
Tekanan darah ini selalu berubah-ubah, tergantung waktu dan keadaan si penderita.
Dalam keadaan tenang atau pada malam hari waktu tidur, tekanan darah dapat mencapai 30 - 40 mm Hg lebih rendah dari pada waktu siang atau pada waktu melakukan aktivitas atau waktu bekerja.
Keadaan sakit, emosi, ditusuk jarum, melakukan kegiatan seksual, dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak serta kegelisahan, tekanan mental, temperatur yang dingin dan temperatur terlalu panas.
Tekanan darah pada anak yang baru lahir rata-rata 80 mm Hg sistolik ( tekanan atas ) dan 60 mm Hg diastolik ( tekanan bawah ), sedangkan pada anak-anak menjelang dewasa tekanannya menjadi 120 / 70 mm Hg.
Pada waktu manusia berumur sekitar 50 tahun tekanan menjadi rata-rata 140 / 90 mm Hg.
Tekanan sistolik ( atas ) menjadi lebih tinggi, apabila usia bertambah lebih dari 60 tahun.
Hal seperti ini disebabkan karena seringnya terdapat perubahan pada pembuluh darahnya yaitu terjadi pengerasan pada pembuluh darah yang biasa disebut perubahan arteriosklerotik dan pembuluh darah arteri ( nadi ) menjadi kaku.
Pada usia muda laki-laki lebih tinggi tekanan darahnya dibandingkan dengan perempuan sampai umur 45 tahun.
Selanjutnya terdapat sebaliknya.
Jadi disini umur dan jenis kelamin mempunyai peranan dalam perubahan tekanan darah sewaktu manusia hidup.
Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk menentukan apakah benar-benar ada penyakit hipertensi atau tidak.
Pengukuran harus dilakukan berulang kali.
Tekanan darah sebaiknya diperiksa waktu pagi hari sesudah penderita tidur semalam suntuk ( Basal Blood Pressures ).
Dari hasil penelitian terbaru ( maret 2012 ), pengukuran tekanan darah di dua lengan dapat menyingkap adanya risiko penyakit jantung.
Peneliti dari Universitas Exeter, Paris, menyarankan petugas kesehatan memeriksa tekanan darah di dua lengan pasien.
Perbedaan tekanan sistolik ( saat jantung memompa ) darah pada dua lengan merupakan indikator masalah jantung.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal Lancet.
Peneliti mengkaji 28 studi dengan data perbedaan tekanan darah sistolik pada dua lengan.
Mereka menyimpulkan, perbedaan tekanan darah sebesar 15 mm Hg atau lebih berhubungan dengan peningkatan risiko penyempitan dan pengerasan pembuluh nadi yang memasok darah ke kaki dan tangan.
Hal ini terkait gejala awal stroke yang mempengaruhi persediaan darah ke otak dan dapat mengakibatkan demensia.
Tekanan darah tinggi ini memang tak mudah untuk dikendalikan walau dengan obat kombinasi anti hipertensi.
Tetapi dengan membiarkan tekanan darah tetap meninggi bukan tanpa risiko.
Lonjakan tekanan darah terbukti mengganggu fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal dan mata.
Belum lama ini para ilmuwan berhasil menerapkan metode baru untuk mengatasi penyakit tekanan darah tinggi ( hipertensi ).
Metode baru itu namanya denervasi renal.
Denervasi renal adalah cara invasif pengendalian tekanan darah dengan menumpulkan sinyal saraf di organ ginjal yang berperan penting dalam menaikan tekanan darah.
Sebagian besar penyebab hipertensi tidak diketahui.
Namun para ilmuwan telah lama mendeteksi sistem saraf simpatis ( sistem saraf otonom ) di organ ginjal yang terkoneksi dengan otak berperan penting meningkatkan tekanan darah.
Sistem saraf ini bila terangsang akan mengerutkan pembuluh darah, menambah volume darah, memicu debar jantung, dan merangsang pelepasan hormon renin yang turut melambungkan tekanan darah.
Pada hipertensi terjadi hiperaktivasi sistem saraf simpatis yang terus-menerus sehingga tekanan darah tetap tinggi.
Dalam penatalaksanaan hipertensi, pada mulanya dianjurkan pola hidup sehat dengan mengatur diet dan berolahraga secara rutin dan bila diperlukan diberikan obat-obatan anti hipertensi.
Pada hipertensi tingkat lanjut, terkadang diberikan kombinasi obat-obatan anti hipertensi, artinya lebih dari satu jenis obat, agar hipertensi terkontrol.
Ternyata sekitar 20 persen penderita hipertensi, tekanan darahnya tak kunjung normal walau mendapat tiga atau lebih kombinasi obat.
Jenis hipertensi seperti ini disebut hipertensi resisten.
Pada hipertensi jenis ini penambahan jenis obat sering kali bukan membuat tekanan darah turun, melainkan efek samping obat menjadi bertambah.
Untuk menghadapi hipertensi yang tak mempan obat ini, Dr. Henry Krum seorang ilmuwan dari universitas Monash, Australia, bersama para koleganya mencoba melakukan denervasi renal, suatu jenis terapi baru yang belum pernah dilakukan pada manusia.
Intinya, menumpulkan saraf simpatis di lapisan dalam pembuluh darah ginjal dengan teknik invasif memakai kateter.
Cara mengerjakannya, kateter berbentuk seperti selang lentur, dengan diameter seukuran sedotan minuman, diarahkan ke muara pembuluh darah ginjal melalui sayatan kecil melewati pembuluh darah paha.
Lewat kateter, seutas kawat berujung elektroda yang tersambung dengan generator mentransmisikan energi radiofrekuensi ke dinding dalam pembuluh darah ginjal untuk " memotong " sinyal saraf simpatis ( denervasi ).
Tindakan non bedah yang mirip kateterisasi jantung ini hanya perlu waktu kurang dari satu jam untuk menumpulkan persarafan kedua pembuluh darah ginjal.
Dari hasil penelitian membuktikan keberhasilan dari 45 orang penderita hipertensi yang sudah resisten alias sudah tidak mempan lagi obat-obatan anti hipertensi diikut sertakan dalam studi Krum dan koleganya.
Hasilnya, denervasi renal berhasil menurunkan tekanan darah secara bermakna tanpa komplikasi serius.
Krum dan kawan-kawan mempublikasikan hasil studinya di jurnal kedokteran Lancet.
Penelitian lebih lanjut antara lain dilakukan oleh Dr. Murray Esler dan koleganya terhadap lebih dari 100 pasien hipertensi yang resisten terhadap obat-obatan.
Esler membuktikan keunggulan terapi hipertensi yang disertai denervasi renal dibandingkan hanya dengan obat-obatan saja.
Penelitian lanjutan ini dimuat juga di jurnal kedakteran Lancet tahun 2010.
Keberhasilan dari sejumlah penelitian terkait dengan denervasi renal mendapat sambutan luas disejumlah negara.
Pihak berwenang di Eropa dan Australia telah menyetujui tindakan ini untuk digunakan sebagai upaya terapi hipertensi.
Pemerintah Amerika Serikat melalui FDA ( juli 2011 ) mengizinkan penelitian denervasi renal yang melibatkan sekitar 500 pasien dari 60 pusat medis di Amerika.
Apabila studi ini juga memperlihatkan hasil yang baik, kemungkinan besar metode ini segera diterapkan diseluruh negara Amerika Serikat.
Para ilmuwan Amerika memprediksi metode ini dapat digunakan lebih luas lagi, tidak hanya pada hipertensi yang membandel, tetapi juga pada hipertensi yang biasa.
Kita berharap metode denervasi renal ini sebagai metode terapi yang sukses dikemudian hari dan sekaligus dapat meniadakan peranan obat-obatan dalam penanganan hipertensi.
Kita tunggu perkembangan baru dari metode denervasi renal ini.
Yang terpenting jangan membiarkan tekanan darah anda tetap melambung tinggi, karena hipertensi sangat berbahaya bisa meningkatkan risiko stroke, kebutaan, serangan jantung dan gagal ginjal.
Jika anda sudah mengeluh seperti : sakit kepala, pusing, lelah, keringat dingin, mual dan telinga berdenging.
Cepat-cepatlah memeriksakan diri ke dokter keluarga anda.
Menurut John Martin, PhD di San Diego State University, tekanan darah tinggi terutama merupakan gangguan gaya hidup.
Menurutnya ada tiga hal yang paling penting yang harus diubah yaitu ; mengecilkan ukuran pinggang, kebugaran fisik, dan tingkat ketenangan jiwa.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)