Pernahkah anda mengalami keluhan seperti rasa sakit melilit di perut kanan atas terutama bila setelah makan dan terus bergeser sampai ke punggung atau tulang belikat sebelah kanan.
Rasa sakit terkadang disertai demam dan mual.
Setelah rasa sakit berkurang, anda dapat mengalami seperti ada sedikit rasa sakit atau rasa sakit dibagian perut sebelah kanan.
Tetapi yang paling sering kasus batu empedu ditemukan tanpa gejala, maka disebut dengan istilah The silent stone.
Bahkan dokter yang memeriksanya, sering kali terkecoh dan menganggapnya sebagai gejala dari penyakit maag ( gastritis ).
Tingkat kesadaran dan kepekaan masyarakat, termasuk didalamnya kalangan medis, terhadap penyakit yang satu ini memang masih rendah.
Penyakit ini baru terungkap setelah melihat hasil dari general medical check-up atau pemeriksaan ultrasonografi ( USG ) yang memang pada awalnya diindikasikan untuk kecurigaan penyakit lain.
Satu dari sepuluh orang Amerika pernah atau rawan mengindap penyakit batu empedu.
Seperti ditulis diatas kebanyakan batu empedu tidak memberikan gejala apa-apa.
Batu yang menyumbat saluran-saluran yang menghubungkan kantung empedu dengan hati dan usus halus dapat sangat menyakitkan dan berpotensi menjadi berbahaya.
Kantung empedu yang anda punyai menyimpan empedu,yaitu cairan pencerna yang dihasilkan dalam hati.
Lewat saluran kantung empedu, empedu masuk ke usus halus dan membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu yang sehat mempunyai jumlah asam empedu dan kolesterol yang seimbang serta bebas dari pencemaran kuman penyakit.
Bila konsentrasi kolesterol menjadi terlampau tinggi, terbentuklah batu empedu.
Besarnya batu empedu dari sebesar butiran pasir sampai sebesar bola golf.
Bila ada organisme misalnya salmonella typhi ( kuman yang berbahaya bagi tubuh manusia ) yang berpenetrasi ke mukosa ( selaput lendir ) usus dan berjalan ke kelenjar regional untuk bermultiplikasi ( memperbanyak diri ), kemudian sebagian besar memasuki aliran darah yang ditandai dengan gejala demam ( bakteriemia ) dan selanjutnya kuman juga menginfeksi empedu dan menetap di kantung empedu dan saluran empedu dapat sebagai batu empedu.
Oleh karena itu setelah pemulihan penderita typhoid, infeksi dapat menetap di saluran empedu dan saluran kemih, sehingga menyebabkan karier feses atau urine karier kronik.
Keadaan karier kronik pada penderita typhoid ( kultur urine / tinja masih positip setelah 3 bulan ).
Hal seperti ini sangat potensial untuk terjadinya pembentukan batu empedu.
Batu empedu dapat menimbulkan rasa sakit hebat dan mendadak yang dapat berlangsung selama beberapa jam.
Bila sebuah batu empedu menghambat saluran empedu, kulit serta bagian putih ke dua mata ( sklera ) anda dapat berubah menjadi kuning.
Anda akan mengalami demam atau mengeluarkan tinja berwarna pucat seperti tanah liat.
Orang tua dan para wanita cenderung memiliki risiko lebih tinggi, terutama wanita yang sedang hamil atau sedang menelan pil estrogen atau tablet KB.
Risiko akan lebih tinggi lagi jika kelebihan berat badan ( kegemukan ) atau baru saja kehilangan berat badan dan mempunyai riwayat keluarga dalam masalah batu empedu atau gangguan di usus halus.
Batu pada organ empedu dibagi menjadi dua jenis yaitu batu pigmen dan batu kolesterol.
Beberapa teori yang berhubungan dengan penyebab batu empedu.
Mekanisme terbentuknya batu empedu dipaparkan dalam 2 teori yaitu yang pertama, batu berupa pigmen disebabkan karena adanya infeksi pada saluran empedu.
Teori ke dua adalah akibat gangguan metabolisme kolesterol, kandungan kolesterol dalam empedu tidak seimbang lagi jika dibandingkan dengan garam empedu.
Ada teori lain yang memaparkan bahwa aliran empedu yang lambat dan gerakan kontraksi kantung empedu yang kurang , dapat memunculkan batu empedu.
Hal seperti itu dapat terjadi pada ibu hamil.
Teori lain menyebutkan jika seseorang yang berbadan sangat tambun / gemuk dan berusaha mencoba menurunkan berat badannya dengan membatasi diet secara drastis, perlakuan semacam ini sangat rentan untuk menjadi penderita batu empedu.
Perubahan drastis pada pola diet, padahal sebelumnya asupan kolesterol tinggi.
Kemudian turun secara mendadak mengakibatkan kontraksi saluran empedu menjadi berkurang, akibatnya pengosongan kantung empedu yang berisi cairan juga berkurang, sehingga cairan mengendap sampai akhirnya terbentuk batu.
Di negara-negara Barat, jumlah batu kolesterol banyaknya sekitar 80 %, berbeda dengan di negara kita.
Kasus batu empedu yang terjadi di Indonesia adalah batu berupa pigmen, yang diduga disebabkan oleh infeksi, diantaranya demam typhoid.
Pola berobat yang salah adalah faktor pendukungnya.
Sering kali pasien tidak menghabiskan minum antibiotik yang telah diberikan dokter, membuat infeksi yang terjadi tidak tuntas teratasi.
Kuman-kuman itu akan terkumpul disaluran dan kantung empedu sampai akhirnya menimbulkan batu empedu.
Dari hasil penelitian diperoleh hanya sekitar 30 % dari seluruh kasus batu empedu yang menimbulkan gejala.
Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala artinya batu itu bersarang di kantung empedu.
Bila batu itu terdapat di saluran empedu biasanya ada gejala khas seperti nyeri yang tiba-tiba timbul pada perut kanan atas, biasanya menjalar ke tulang belikat, bahu kanan bahkan sampai ke tulang belakang.
Nyeri timbul biasanya setelah mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.
Lazimnya nyeri timbul pada malam hari antara jam 22.00 ( 10 malam ) sampai dini hari.
Belum diketahui dengan pasti mengapa muncul pada saat malam hari.
Diduga pada malam hari penderita tidak melakukan aktivitas ( kurang ) sehingga kontraksi yang dipicu oleh saraf-saraf otonom lebih terasa atau terfokus.
Selain itu protein dan lemak dalam makanan dapat melepaskan kolesistokinin teraktivasi dari usus halus dan karenanya menghasilkan kontraksi kantung empedu.
Nyeri yang dihasilkan hebat dan berlangsung beberapa jam.
Nyeri, demam dan kuning ( ikterus ) merupakan gejala sisa klinis yang penting pada sumbatan batu kantung empedu.
Mual, muntah yang disertai nyeri dan perasaan tidak nyaman lainnya di pencernaan diduga dari gangguan autonomik umum.
Gejala yang muncul sering tidak spesifik, menyerupai sakit maag biasa.
Bagi yang sudah terbiasa dan sudah lama merasakan nyeri seperti sakit maag dan tidak sembuh dengan pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita sakit maag, sebaiknya waspada terhadap kemungkinan batu empedu.
Pemeriksaan laboratorium yang khas untuk mendeteksi adanya batu empedu adalah gamma-GT.
Enzim ini muncul akibat sumbatan yang disebabkan oleh batu atau meningkatnya kekentalan sehingga aliran cairan empedu menjadi lambat.
Selain itu pada batu empedu juga terjadi peningkatan enzim alkali fosfatase.
Pada pemeriksaan foto rontgen rongga perut ( abdomen ), batu yang terbentuk dari pigmen, disebut juga batu keras, akan terlihat, sedangkan batu kolesterol tidak akan tampak pada foto rontgen.
Penderita yang dicurigai sebagai batu empedu, pemeriksaan yang dilakukan pertama menggunakan ultrasonografi ( USG ) mempunyai akurasi sekitar 77 %.
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena dilakukan non- invasif ( tidak mencederai ) dan tingkat akurasinya cukup tinggi.
Bila pemeriksaan USG masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan MRCP ( Magnetic Resonance Colanium Pancreaticography ) yaitu pemeriksaan dengan menggunakan kekuatan magnet seperti MRI.
Dapat juga dengan ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography ).
Jika batu empedu yang terbuat dari endapan kolesterol berukuran kurang dari 0,5 cm masih dapat diluruhkan ( dihancurkan ) dengan menggunakan obat-obatan, seperti chenodioxy cholic acid dan ursodioxy cholic acid.
Lamanya pengobatan kurang lebih 3 bulan.
Efek obat, bila tidak tahan akan timbul diare atau kembung.
Bila batu dari pigmen tidak ada obat untuk meluruhkan, jadi harus dilakukan operasi.
Batu empedu yang berukuran kecil dan banyak jumlahnya, ini lebih mengkhawatirkan, karena disamping menimbulkan peradangan pada kantung empedu, dapat berjalan menutup dan menyumbat saluran empedu.
Untuk batu yang berukuran besar kemungkinan menyebabkan penyumbatan lebih kecil.
Bila didapatkan gejala nyeri, mual atau muntah biasanya sudah terjadi infeksi atau sumbatan.
Dalam kondisi seperti itu tidak ada jalan lain kecuali dilakukan pembedahan untuk mengangkat batu.
Lain lagi bila tanpa gejala ( asimtomatik ), maka tidak perlu dilakukan tindakan.
Tindakan ERCP biasanya dilakukan sebelum tindakan operasi untuk prosedur diagnostik dan sebagai terapi untuk mengeluarkan batu dari saluran empedu.
Keputusan terakhir memang harus operasi.
Teknik operasi untuk mengangkat batu empedu ada 2 macam :
Pertama adalah operasi laparatomi, dan ke dua operasi laparoskopi.
Operasi laparatomi, luka sayatan lebih besar kira-kira 10 cm, dengan waktu pemulihan luka lebih lama.
Berbeda dengan jenis operasi laparoskopi yang merupakan teknik menggunakan peralatan teropong kecil yang dapat dimasukkan ke dalam perut tanpa harus membuat sayatan yang besar.
Luka yang ditimbulkan paling besar 1 cm, yang berguna untuk memasukkan alat.
Bila kasusnya terlalu sulit, maka dapat berubah menjadi laparatomi.
Tindakan mengatasi batu empedu sebaiknya jangan dilakukan dengan penembakan seperti sinar laser ( ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ) karena risikonya terlalu besar dan melakukannya tidak mudah sebab saluran empedu berukuran kecil, berbeda dengan saluran urether pada ginjal.
Apalagi batu empedu relatif lebih mobile ( mudah berpindah ) sehingga sulit ditembak.
Salah melakukan tindakan akibatnya bisa fatal.
Apakah batu empedu itu bisa timbul kembali walau setelah dioperasi ?
Jawabnya ya bisa muncul kembali jika si pasien tidak menjaga pola hidup yang sehat, seperti tetap mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan jarang atau tidak pernah sama sekali berolahraga.
Disini gaya hidup harus diubah.
Jadi jika anda merasakan sakit yang hebat atau rasa sakit yang berulang-ulang diperut sebelah kanan, rasa sakit ini mirip seperti orang sakit maag ( gastritis ) ditambah dengan kulit kekuningan atau demam selama terjadi serangan.
Anda harus cepat-cepat mencari pertolongan dokter, tidak menutup kemungkinan ada batu di kantung empedu anda.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar