Senin, 04 Juni 2012

Vonis sakit tidak ditentukan hasil laboratorium.

Pasien sering kali datang ke tempat praktek dokter dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah ada hasilnya alias periksa sendiri tanpa melibatkan persetujuan dokter terlebih dahulu.
Hal seperti itu terjadi mungkin ingin mengirit biaya pengobatan, menuruti atau ikut-ikutan tetangga, teman atau hasil konsultasi dengan tukang obat dan seterusnya.
Si pasien mengira bahwa pemeriksaan laboratorium itu dapat menentukan penyakit yang diderita.
Paling umum biasanya bila mendapat keluhan panas tinggi atau demam.
Anggapan masyarakat awam semacam ini tentunya tidak dibenarkan.
Di dalam ilmu kedokteran mendiagnosis suatu penyakit yang terutama dan yang utama adalah dengan cara klinis, sedangkan yang namanya laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya hanya sebagai pelengkap informasi / data.

Dalam lembar hasil pemeriksaan laboratorium, biasanya disertakan nilai-nilai normal, persis disandingkan di sebelah nilai yang ditentukan ( hasil ), sehingga bila ada nilai yang ditemukan berada diluar batas-batas normal, maka pasien mempercayainya sebagai nilai abnormal, dan abnormal sendiri sering diartikan sakit.
Dalam hal ini sebaiknya jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat, sebab segala sesuatu itu harus dipahami terlebih dahulu.

Pada mulanya nilai normal dalam laboratorium ditentukan oleh sekumpulan data nilai laboratorium yang banyak sekali dari orang-orang yang dianggap dalam kondisi normal, sehingga diperoleh batasan yang dianggap normal secara statistik.
Pada kenyataannya manusia sangat bervariasi sehingga perolehan nilai laboratorium itu perlu diinterpretasikan lagi secara ilmiah.
Sebagai contoh soal, suatu nilai darah, seperti laju endap darah ( LED ), dapat dipengaruhi oleh ada tidaknya haid ( menstruasi ), namun hal ini tidak disebut dalam laporan lembaran hasil pemeriksaan itu.
Pada sisi lain, nilai tinggi, misalnya 100 mm / 1 jam, dapat dihubungkan dengan suatu proses ditubuh, seperti adanya infeksi atau tumor, bila memang didukung oleh keadaan klinis.
Sebaliknya, kekecualian itu bisa saja terjadi, artinya dengan nilai setinggi itu tetap " tidak ada penyakit ".
Pemeriksaan LED untuk mengukur kecepatan dimana sel-sel darah mengendapkan darah yang tidak membeku dalam milimeter per jam ( mm / jam ).
Pemeriksaan ini tidak spesifik.
Jadi pada pemeriksaan ini nilainya bisa saja meningkat, misalnya pada pemakai KB, konsumsi obat Theophyline yang terus menerus pada penderita asthma bronchiale, kebiasaan minum vitamin A dan seterusnya.
Tetapi tentunya tidak disebutkan dalam laporan hasil pemeriksaan itu.
Ada suatu nilai laboratorium yang memiliki batasan normal sempit, dan perolehan nilai diluar batasan ini berart PASTI abnormal alias sakit.
Sebagai contoh ; tinggi-rendahnya hemoglobin ( Hb ) dapat memastikan adanya anemia ( kurang darah ), juga dapat ditentukan secara konsensus, dibawah nilai Hb tertentu, diperlukan transfusi darah.
Contoh lain, nilai fungsi ginjal ; kreatinin mempunyai batasan normal sempit.
Nilai diatas batasan ini menunjukkan semakin berkurangnya fungsi dari ginjal secara pasti.
Selain itu terdapat kaitan yang jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa perlu dilakukan tindakan cuci darah ( hemodialise ).


Pada sebagian nilai laboratorium lain mempunyai batasan normal lebar, sehingga terkadang tidak terlalu penting jika batasan normal itu dilampaui.
Bila mendapatkan nilai reaksi widal positif ( menandakan adanya antibodi terhadap kuman tifus dalam tubuh kita ) merupakan suatu nilai laboratorium yang sering dirisaukan oleh penderita bila timbul keluhan demam.
Widal sendiri bukan merupakan pemeriksaan spesifik.
Jadi bila widal positif belum tentu menderita thypoid.
Widal positif tanpa adanya demam khas selama kurang lebih seminggu bukanlah thypoid / tifus.
Reaksi widal positif hanya disebabkan oleh tercemarnya sumber air minum oleh kuman salmonella typhi dari penderita tifus.
Bahkan penderita yang sudah dinyatakan sembuh dan lamanya sudah 3 bulan tetapi widal masih saja positif.

Tingginya nilai kolesterol dan asam urat akhir-akhir ini menjadi momok bagi mereka yang menyukai makanan enak dan banyak.
Menumpuknya keluhan yang dirasakan seperti pegal, linu, sakit kepala, sakit sendi, diduga sebagai akibatnya.
Sebagian besar hal ini tidak benar.
Kenaikan sedikit diatas " normal " sebenarnya tidak perlu dirisaukan, apalagi diharuskan untuk makan obat.
Biasanya dengan melakukan pengaturan makan yang baik, nilai-nilai ini sudah turun ke posisi normal.
Sebaliknya, dengan makan obat disertai makan banyak berlemak tentu merupakan tindakan yang tidak rasional.

Pemeriksaan laboratorium juga biasanya dilakukan dengan cara berlebihan, hampir semua lembar pemeriksaan diisi, semua fungsi fisiologis diperiksa apalagi bila ditambah dengan arahan dari petugas laboratoriumnya.
Semua diperiksa tanpa ada petunjuk klinis yang memadai.
Pemeriksaan semacam ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan, dan hanya menghambur-hambur biaya.
Sebaiknya, pemeriksaan laboratorium direncanakan dengan baik oleh dokter dan perlu dibatasi jenisnya untuk menghemat biaya.
Lembar hasil pemeriksaan laboratorium yang sering diperlihatkan kepada dokter, setelah si pasien sendiri memintanya di laboratorium biasanya mengandung banyak kekurangan, karena tidak dipilih menurut kebutuhan yang rasional.
Cara menginterpretasi hasilnya juga tidak dapat dilakukan sendiri tanpa tuntunan orang dengan pengetahuan yang memadai.
Jadi lebih baiknya hasil laboratorium itu didapat dari anjuran dokter yang memeriksa.
Disamping lebih mengirit biaya, interpretasi hasilnyapun lebih akurat.
Bila mobil anda rusak ke bengkel, jika tubuh anda merasa ada yang kurang enak / sakit tentu ke dokter.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar