Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alami belakangan ini semakin marak baik di kota maupun di daerah.
Penyebabnya karena harga obat-obatan semakin mahal dan anggapan beberapa orang pengobatan dengan cara medis kurang begitu memberi harapan.
Ditambah kemungkinan dengan pengobatan medis orang sudah jenuh, sekali kali beralih ke bahan alami barangkali dapat memberikan harapan baru.
Sedangkan bahan alami relatif kecil efek sampingnya bila dikonsumsi secara benar.
Bahkan, tidak pernah di khawatirkan akan menimbulkan efek sampingan yang merugikan.
Akibatnya, penggunaan tumbuhan obat menjadi berlebihan tanpa kendali.
Padahal anggapan yang mengatakan tumbuhan alami itu aman dan tanpa efek samping itu salah besar.
Tidak semua tumbuhan alami aman dan tanpa efek sampingan.
Sampai dalam batas-batas tertentu mungkin bermanfaat, tetapi bila sudah melampaui batas, justru bahayalah yang akan menunggu.
Mungkin tumbuhan obat akan memberikan hasil bila dikonsumsi secukupnya untuk tujuan pengobatan.
Namun janganlah beranggapan, karena aman dan ingin cepat sembuh, segala macam bahan tumbuhan lalu dikonsumsi tanpa mendalami sifat dan mengontrol dosis atau jumlah yang digunakan.
Yang perlu diingat bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan hanya didapat dari pengalaman pengobatan turun temurun dari nenek moyang, tanpa melalui uji eksperimen dan penelitian ilmiah.
Sebenarnya obat-obatan dari bahan alami sifatnya lebih toxic ( beracun ) ketimbang obat-obatan konvensional dari dokter.
Karena obat-obatan dari bahan alami tidak melalui pengujian dan penelitian secara ilmiah, didalamnya mengandung zat apa, kita tidak mengetahuinya dengan pasti.
Lain halnya dengan obat konvensional dari dokter, sudah jelas sebelum diedarkan juga harus melalui uji eksperimen dan penelitian lebih dahulu.
Dan pada bungkusnya ditulis jelas , lengkap, disertai dengan kegunaan, efek samping dan cara pemberiannya.
Misalnya saja kita ambil contoh tumbuhan dringo ( Acorus calamus ) di Jawa disebut dlingo.
Secara tradisional dlingo sering digunakan sebagai bahan penenang dan untuk mengatasi stres.
Dringo memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron, yang terdiri atas dua isomer alfa dan beta asaron.
Senyawa ini memiliki struktur kimia mirip dengan senyawa golongan amfetamin.
Dalam dosis rendah dringo dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif ( penenang ) terhadap sistem saraf pusat.
Namun, juka digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yaitu meningkatkan aktivitas mental atau populer disebut psikoaktif.
Bahkan beta asaron dringo merupakan salah satu senyawa alami yang potensial sebagai karsinogenik atau pemicu timbulnya kanker.
Penggunaan dringo dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker, jika antibodi yang ada ditubuh tidak bisa mengeliminasi.
Dari hasil penelitian hewan percobaan memperlihatkan dringo dapat menimbulkan efek genotoksik ( meracuni gen ), sehingga memicu sel-sel tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali menjadi tumor atau kanker.
Dringo dapat menyebabkan asites ( cairan di perut ), depresi, perubahan pada jantung dan hati, serta perlukaan dalam saluran pencernaan.
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah, belakangan Federal Drugs of Administration ( FDA ) melarang penggunaan dringo secara internal, karena dianggap merugikan kesehatan.
Pare ( Momordica charantia L ), banyak terdapat didaerah tropis termasuk sayuran buah, rasanya sangat pahit.
Di Jakarta pare biasanya sering digunakan dalam pembuatan campuran siomai rasanya sangat nikmat, bisa juga dibuat lalaban mentah atau dikukus,ditumis, dibuat campuran sambal goreng, gado-gado dan seterusnya.
Pare mengandung zat kimia seperti momordisin,momordin, keratin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, flavonoida dan polifenol.
Serta vitamin A, C dan minyak lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan loleostearat.
Zat momordisin dan momordin dapat menurunkan gula darah ke tingkat yang lebih rendah, bahkan dibawah nilai normal.
Dalam penggunaan untuk pengobatan kencing manis ( Diabetes melitus ) haruslah hati-hati, sebab dapat menimbulkan hipoglikemi ( gula dalam darah sangat rendah ) dosis yang digunakan harus sesuai aturan, karena jika berlebihan akan membahayakan si pemakai.
Pare juga dalam penelitian dapat digunakan sebagai obat kontrasepsi pria, karena efeknya dapat menghancurkan testis pada pria, jika dimakan tidak sesuai aturan dan berlebihan.
Bawang putih juga bila dikonsumsi berlebihan lebih dari 2 ml per hari, akan menyebabkan lambung terbakar, karena mengandung sulfur yang cukup tinggi kadarnya..
Daun tempuyung ( sonchus arvensis ) memiliki khasiat sebagai tanaman obat yang dapat menghancurkan batu ginjal.
Tanaman ini memiliki efek diuretik ( pelancar kencing ) dan berkemampuan untuk meluruhkan ( mendorong ) atau litotriptik ( menghancurkan ) batu ginjal.
Tetapi kalau diminum secara berlebihan dan tidak menurut aturan pakai malah bukan berkat yang didapat melainkan laknat yang dituai.
Daun tempuyung ini jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada glomerulus ginjal ( saringan ginjal ) sehingga fungsi ginjal dapat terganggu.
Mentimun ( cucumis sativus L ).
Dikenal mempunyai sifat hipotensif ( menurunkan tekanan darah ) dan diuretik ( melancarkan air seni ) serta dapat meluruhkan batu ginjal.
Tetapi kenyataannya jika diminum dalam dosis yang berlebihan dan tidak sesuai aturan akan menimbulkan bahaya besar.
Pada penelitian, bila seseorang meminum air mentimun ( mentimun yang sudah di buat jus ) 2 gelas ukuran 100 ml dalam sehari, diminum selama 3 bulan, akan menyebabkan organ ginjal menjadi lembek dan rapuh.
Temulawak ( curcuma ).
Tumbuhan ini sangat terkenal dan sering digunakan untuk obat penambah napsu makan.
Disamping itu temulawak juga dipakai untuk pengobatan peradangan hati ( hepatitis A ).
Tetapi kenyataannya jika diminum terus menerus dan melebihi takaran yang telah ditentukan, justru akan menimbulkan efek balik, bisa terjadi kerusakan pada organ hati itu sendiri.
Biji pinang ( Areca catecu ).
Sudah digunakan secara luas sejak ratusan tahun oleh nenek moyang kita, ternyata memiliki potensi yang membahayakan bagi tubuh.
Biji pinang paling populer digunakan sebagai kegiatan menyirih ( menginang / kinang ), dengan campuran diantaranya ; biji pinang, daun sirih, dan kapur, terkadang ada tambahan tembakau.
Diperkirakan penggemar biji pinang dalam berbagai bentuk sediaan mencapai sekitar 700 juta orang didunia.
Biji pinang mengandung arekolin, senyawa alkaloid aktif, bila digunakan dalam dosis yang berlebihan akan membahayakan kesehatan .
Senyawa ini sangat potensial dapat bersifat sitotoksik ( meracuni sel ) dan mempunyai efek stimulan yang kuat.
Arekolin dalam dosis 2 mg saja sudah dapat menimbulkan efek stimulan.
Arekolin juga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan glutationa, yaitu sejenis enzim yang berfungsi melindungi sel dari efek merugikan.
Biji pinang mengandung senyawa golongan fenolik ( senyawa kristal beracun ) dalam jumlah relatif tinggi.
Selama proses pengunyahan biji pinang di mulut, oksigen reaktif ( radikal bebas ) akan terbentuk dari senyawa fenolik itu.
Adanya kapur sirih yang menciptakan kondisi pH alkali akan lebih merangsang pembentukan oksigen reaktif itu.
Oksigen reaktif inilah salah satu penyebab terjadinya kerusakan DNA atau genetik sel epithelial ( lapisan yang menutupi permukaan dalam dan luar tubuh ) dalam mulut.
Kerusakan dapat berkembang menjadi fibrosis submukosa, yaitu salah satu jenis kanker mulut, yang telah menjangkiti sekitar 0,5% pengguna biji pinang.
Biji pinang juga dapat menimbulkan luka pada mulut dan usus, yang juka dibiarkan dapat berakhir pada munculnya kanker.
Di dalam biji pinang terdapat senyawa turunan nitroso, merupakan senyawa yang bersifat sitotoksik dan genotoksik pada sel epithelial buccal, serta dapat menyebabkan tumor pada pancreas, paru-paru, hidung dan hati.
Biji pinang juga dapat menimbulkan efek kontraksi pada saluran pernapasan, maka harus hati-hati bagi penderita asthma bronchiale ( pada orang tua penderita asthma gejalanya akan lebih parah ).
Penggunaan biji pinang dalam waktu bersamaan dengan obat sintetis yang mengandung flupentiksol, proksiklidina, flufennazina, prednison dan salbutamol, dapat menimbulkan efek jaw tremor, kekakuan, serangan asma , alergi ( gatal-gatal ).
Ginkgo biloba.
Tanaman ini berasal dari kawasan China utara, sejak ribuan tahun tanaman ini digunakan untuk membantu memperlancar pemberian oksigen terhadap darah, meningkatkan sirkulasi darah dan menguatkan pembuluh darah.
Ginkgo biloba terkenal mampu meningkatkan fungsi otak yang mungkin penting artinya bagi yang menderita atau mendapat masalah-masalah kurang konsentrasi dan kehilangan daya ingat.
Dengan alasan tersebut tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan penyakit Alzheimer.
Tanaman ginkgo ini meningkatkan arus aliran darah ke otak sehingga meningkatkan arus informasi dari otak ke seluruh tubuh.
Adapun komponen utama yang terkandung didalamnya ; flavonoid ( ginkgolide, quercetin, chaempherol ), asam ginkgolinat, bilobetin, proanthocyanidins, ascorbic acid, dan karotenoid ;
Biji mengandung lemak esensial, asam lemak, tannin dan resin.
Tumbuhan ginkgo biloba ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, bila dikonsumsi bersama obat sintetis, sebagai contoh soal :
Ginkgo biloba, bila berinteraksi dengan aspirin ( obat penghilang rasa sakit dan pengencer darah ) dapat menimbulkan hyphema ( perdarahan dalam rongga anterior mata ) secara spontan.
Jika ekstrak ginkgo biloba dalam tubuh berinteraksi dengan paracetamol ( obat penurun panas ) dapat menimbulkan efek sampingan bilateral subdural haematoma ( penimbunan darah di dalam rongga subdural yang berasal dari ke dua pembentuk rongga yaitu duramater dan arakhnoid ).
Ada beberapa pasien yang menggunakan ekstrak ginkgo biloba dan paracetamol secara bersamaan dilaporkan terserang subarachnoid haemorrhage ( perdarahan intra kranial ke dalam ruang subarachnoid ) dan subdural haematoma ( penimbunan darah di dalam rongga subdural ).
Bila interaksi terjadi antara ekstrak ginkgo biloba dengan warfarin, akan timbul intracerebral haemorrhage ( perdarahan dalam serebrum ), sedangkan interaksi dengan obat-obatan yang mengandung diuretik thiazina akan berakibat munculnya hipertensi ( darah tinggi ).
Ginseng adalah tumbuhan obat yang dipercaya sebagai aprodisiak dapat menimbulkan efek negatif bila berinteraksi dengan obat sintetis.
Interaksi ginseng dengan obat-obatan yang mengandung fenelzina dapat menimbulkan sakit kepala, tremor, dan mania.
Ekstrak ginseng juga dapat meningkatkan pengaruh alkohol, karena ekstrak ginseng dapat meningkatkan aktivitas dari enzim alkohol dehidrogenase dan aldehida dehidrogenase.
Sedangkan interaksi ekstrak ginseng siberia dengan digoxin ( obat jantung ) dapat meningkatkan konsentrasi digoxin dalam tubuh, sehingga dosis yang terdapat dalam tubuh atau bagian tubuh tertentu lebih tinggi dari dosis yang seharusnya dibutuhkan.
Kayu manis Cina atau Liquorice ( Glycyrrhiza glabra ).
Kayu yang satu ini sangat terkenal untuk campuran obat tradisional Cina.
Di dalamnya mengandung senyawa glisirizina, jika berinteraksi dengan obat prednisolon akan menyebabkan terjadinya penurunan penyebaran plasma dan meningkatkan konsentrasi prednisolon dalam plasma.
Kayu manis, jika berinteraksi dengan obat kontrasepsi oral akan menimbulkan hipertensi, edema ( pembengkakan ), dan hipokalemia.
Efek ini timbul karena obat kontrasepsi oral dapat meningkatkan sensitivitas penggunanya terhadap asam glisirizin pada ekstrak kayu putih.
Dilaporkan wanita lebih sensitif terhadap kayu manis dari pada pria.
Dan masih banyak lagi tumbuhan obat lainnya yang mempunyai efek negatif, bila dicampur dengan obat sintetis, maupun tanpa dicampur obat sintetis.
Untuk itu dalam menggunakan obat-obatan sintetis ataupun ramuan tradisional ( tumbuhan obat ) untuk menunjang kesehatan tubuh sangatlah perlu dipahami sifat-sifat dari bahan itu.
Tidak semua tumbuhan obat aman untuk di konsumsi, apalagi dalam jumlah yang tidak rasional.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Kamis, 20 September 2012
Senin, 17 September 2012
Gaya hidup organik.
Kalau kita lihat dimana-mana dipasarkan berbagai produk organik.
Rasanya memang kita harus berjuang ekstra keras untuk menerapkan hidup sehat di zaman sekarang ini.Kalau kita telisik lebih lanjut dari lingkungan, polusi udara memapar tubuh kita setiap hari.
Dari makanan, tidak bisa menjamin apa yang dimakan itu sehat dan aman.
Pengawet, pewarna dan bahan berbahaya lain, hingga sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi residu kimia dan pestisida.
Ditambah jika hidup di kota besar orang makin supersibuk, sehingga mudah stres dan melupakan olahraga.
Rasanya lengkap sudah hambatan-hambatan untuk menuju hidup sehat.
Karena dengan alasan itulah para pelaku organik memilih mengonsumsi makanan yang tumbuh secara alami dan tidak terkontaminasi bahan kimia.
Seperti dalam sebuah penelitian di Israel, memaparkan bahwa, pestisida bisa membuat kita mudah terangsang sakit kepala, tremor dan kejang.
Di Belgia, penelitian terhadap beberapa wanita penderita kanker payudara menemukan kadar pestisida di dalam darah mereka 6 - 9 kali lebih banyak dibandingkan wanita sehat.
Menurut Dr. Howard, ahli patologis dan toksikoligis dari Universitas Liverpool, Inggris mengatakan ; peningkatan bahaya bahan kimia dalam tubuh manusia telah terjadi sejak perang Dunia II, ketika pertanian dikelola secara intensif.
Dalam 50 tahun terakhir, Dr. Howard telah menelusuri 300 - 500 bahan kimia berbahaya yang potensial diserap tubuh manusia.
Ia mengatakan mengonsumsi pangan yang ditanam secara organik adalah cara yang paling efisien untuk menghindari bahan-bahan kimia tersebut.
Yang menjadi pertanyaan apakah sekarang ini banyak orang yang menawarkan produk-produk organik itu benar-benar organik atau organik palsu.
Sebenarnya istilah organik tidak hanya mengacu kepada produk makanan saja, melainkan juga menyangkut proses produksi dan pengolahan makanan.
Dari tanah, air dan udara dilokasi pertanian yang harus bebas polutan hingga ke proses pengepakan dan pengolahan yang tanpa bahan kimia.
Semua proses inilah yang kemudian membuat gaya hidup organik itu dianggap mahal.
Masih ditambah dengan biaya sertifikasi yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Dana besar dibutuhkan pada proses awal dalam menyehatkan tanah
Karena untuk mengonversi tanah menjadi tanah yang sesuai standar pertanian organik dibutuhkan upaya dan waktu yang panjang, sekitar dua hingga lima tahun, tergantung kondisi lahan.
Kalau tanah sudah sehat dan stabil, penggunaan pupuk dan sebagainya akan menurun.
Sebenarnya, harga mahal produk organik bisa ditekan seandainya tanpa biaya sertifikasi.
Namun konsumen tentunya dirugikan, karena tidak bisa memastikan apakah produk tersebut organik atau tidak alias palsu.
Apalagi sekarang ini sudah banyak produk makanan yang mengklaim organik, tetapi dari label yang ada kita tidak yakin apakah produk tersebut benar-benar organik.
Di Indonesia sudah ada enam badan sertifikasi swasta untuk produk organik, yang semuanya sudah ditunjuk badan sertifikasi nasional.
Disini masih dipertanyakan apakah benar di Indonesia sudah ada lembaga sertifikasi yang standarized untuk makanan organik ?
Kalau di Amerika Serikat ada lembaga sertfikasi yang jelas memberikan label kepada makanan sesuai dengan kadar organik yang dikandungnya.
Jadi kalau begitu bagaimana untuk memastikan sebuah produk makanan itu organik ?
Ada tiga penjaminan ;
1. Jaminan berdasarkan kepercayaan antara petani dan konsumen.
Artinya, konsumen sudah benar-benar kenal dengan petani dan yakin bahwa petani melakukan proses pertanian dengan prinsip organik.
2.Pendampingan.
Hal ini mengacu kepada adanya pihak ke dua yang menjamin bahwa sebuah produk organik benar-benar diproduksi oleh petani organik.
Pihak pendamping ini bisa pedagang, lembaga swadaya masyarakat, koperasi atau distributor yang akan menginformasikan kepada konsumen dan mengundang mereka ke lokasi pertanian organik untuk mengetahui tentang proses budidayanya.
3. Sertifikat yang diberikan lembaga independen yang kompeten untuk produk-produk yang dinilai sudah memenuhi standar organik.
Namun sertifikasi ini biasanya dilakukan, terutama untuk produk-produk organik yang di ekspor.
Jadi menggunakan produk organik memang dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat, tetapi apakah yang kita makan itu sudah yakin bahwa itu produk organik ?
Mudah-mudahan saja itu produk organik, sebab berbohong adalah perbuatan yang dibenci Tuhan.
Kita percaya saja.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Rasanya memang kita harus berjuang ekstra keras untuk menerapkan hidup sehat di zaman sekarang ini.Kalau kita telisik lebih lanjut dari lingkungan, polusi udara memapar tubuh kita setiap hari.
Dari makanan, tidak bisa menjamin apa yang dimakan itu sehat dan aman.
Pengawet, pewarna dan bahan berbahaya lain, hingga sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi residu kimia dan pestisida.
Ditambah jika hidup di kota besar orang makin supersibuk, sehingga mudah stres dan melupakan olahraga.
Rasanya lengkap sudah hambatan-hambatan untuk menuju hidup sehat.
Karena dengan alasan itulah para pelaku organik memilih mengonsumsi makanan yang tumbuh secara alami dan tidak terkontaminasi bahan kimia.
Seperti dalam sebuah penelitian di Israel, memaparkan bahwa, pestisida bisa membuat kita mudah terangsang sakit kepala, tremor dan kejang.
Di Belgia, penelitian terhadap beberapa wanita penderita kanker payudara menemukan kadar pestisida di dalam darah mereka 6 - 9 kali lebih banyak dibandingkan wanita sehat.
Menurut Dr. Howard, ahli patologis dan toksikoligis dari Universitas Liverpool, Inggris mengatakan ; peningkatan bahaya bahan kimia dalam tubuh manusia telah terjadi sejak perang Dunia II, ketika pertanian dikelola secara intensif.
Dalam 50 tahun terakhir, Dr. Howard telah menelusuri 300 - 500 bahan kimia berbahaya yang potensial diserap tubuh manusia.
Ia mengatakan mengonsumsi pangan yang ditanam secara organik adalah cara yang paling efisien untuk menghindari bahan-bahan kimia tersebut.
Yang menjadi pertanyaan apakah sekarang ini banyak orang yang menawarkan produk-produk organik itu benar-benar organik atau organik palsu.
Sebenarnya istilah organik tidak hanya mengacu kepada produk makanan saja, melainkan juga menyangkut proses produksi dan pengolahan makanan.
Dari tanah, air dan udara dilokasi pertanian yang harus bebas polutan hingga ke proses pengepakan dan pengolahan yang tanpa bahan kimia.
Semua proses inilah yang kemudian membuat gaya hidup organik itu dianggap mahal.
Masih ditambah dengan biaya sertifikasi yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Dana besar dibutuhkan pada proses awal dalam menyehatkan tanah
Karena untuk mengonversi tanah menjadi tanah yang sesuai standar pertanian organik dibutuhkan upaya dan waktu yang panjang, sekitar dua hingga lima tahun, tergantung kondisi lahan.
Kalau tanah sudah sehat dan stabil, penggunaan pupuk dan sebagainya akan menurun.
Sebenarnya, harga mahal produk organik bisa ditekan seandainya tanpa biaya sertifikasi.
Namun konsumen tentunya dirugikan, karena tidak bisa memastikan apakah produk tersebut organik atau tidak alias palsu.
Apalagi sekarang ini sudah banyak produk makanan yang mengklaim organik, tetapi dari label yang ada kita tidak yakin apakah produk tersebut benar-benar organik.
Di Indonesia sudah ada enam badan sertifikasi swasta untuk produk organik, yang semuanya sudah ditunjuk badan sertifikasi nasional.
Disini masih dipertanyakan apakah benar di Indonesia sudah ada lembaga sertifikasi yang standarized untuk makanan organik ?
Kalau di Amerika Serikat ada lembaga sertfikasi yang jelas memberikan label kepada makanan sesuai dengan kadar organik yang dikandungnya.
Jadi kalau begitu bagaimana untuk memastikan sebuah produk makanan itu organik ?
Ada tiga penjaminan ;
1. Jaminan berdasarkan kepercayaan antara petani dan konsumen.
Artinya, konsumen sudah benar-benar kenal dengan petani dan yakin bahwa petani melakukan proses pertanian dengan prinsip organik.
2.Pendampingan.
Hal ini mengacu kepada adanya pihak ke dua yang menjamin bahwa sebuah produk organik benar-benar diproduksi oleh petani organik.
Pihak pendamping ini bisa pedagang, lembaga swadaya masyarakat, koperasi atau distributor yang akan menginformasikan kepada konsumen dan mengundang mereka ke lokasi pertanian organik untuk mengetahui tentang proses budidayanya.
3. Sertifikat yang diberikan lembaga independen yang kompeten untuk produk-produk yang dinilai sudah memenuhi standar organik.
Namun sertifikasi ini biasanya dilakukan, terutama untuk produk-produk organik yang di ekspor.
Jadi menggunakan produk organik memang dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat, tetapi apakah yang kita makan itu sudah yakin bahwa itu produk organik ?
Mudah-mudahan saja itu produk organik, sebab berbohong adalah perbuatan yang dibenci Tuhan.
Kita percaya saja.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Minggu, 16 September 2012
Mengapa harus puyer.
Sejak zaman dahulu sampai sekarang puyer sebagai bentuk obat yang tak terpisahkan dalam dunia kedokteran.
Dan mengapa akhir-akhir ini puyer dikondisikan sebagai sasaran tembak oleh beberapa kalangan.
Ada beberapa sebab mengapa puyer sebagai sasaran tembak, dituduh ini dan itu.
Dilihat dari pembuatannya, meracik puyer dianggap tidak memenuhi standar cara pembuatan obat yang benar ( CPOB ).
Obat-obat yang diperlukan ditimbang, digerus, dan dicampur dalam mortir.
Setelah itu dibagi secara merata ke dalam kertas pembungkus.
Cara seperti ini dinilai oleh orang-orang tertentu tidak higienis.
saat menggerus, alur dan mortir yang digunakan bisa saja tidak bersih, bahkan bekas meracik resep obat sebelumnya.
Jadi bukan hal yang mustahil, puyer tercampur dengan sisa obat yang menempel pada mortir dari resep sebelumnya.
Karena tidak ditimbang, komposisi puyer yang dibagikan ke dalam kertas pembungkus juga bisa tidak tercampur rata.
Selain itu, puyer biasanya mengkombinasikan beberapa jenis obat sekaligus sehingga interaksi antar obat di dalam puyerpun dipertanyakan.
Obat jadi ( obat yang masih utuh dari pabrik ) yang digerus menjadi bubuk, dapat merusak stabilitas obat jadi tersebut.
Sebagai contoh soal : obat untuk infeksi saluran pernapasan atas, yang dibuat sedemikian rupa agar terlindung dari asam lambung ( preparat lepas lambat ).
Bila digerus menjadi puyer, obat itu akan kehilangan sifat lepas lambatnya sehingga cepat hancur saat terkena asam lambung.
Dengan demikian, efek samping dan risiko keracunan obat menjadi meningkat.
Berhubung diracik dari beberapa bahan sekaligus, bila terjadi reaksi yang tidak diinginkan, obat yang menyebabkan reaksi juga menjadi sulit dideteksi.
Orang yang memberikan pernyataan tersebut dinilai terlalu mudah dalam memberikan tanggapan, tetapi sangat disayangkan kurang cerdas dalam penguasaan dan penalaran keilmuannya.
Marilah kita lihat alasan mengapa puyer sebagai pilihan utama dalam pengobatan ketimbang obat jadi;
Dengan puyer bahan dan dosisnya bisa disesuaikan secara lebih tepat dengan kondisi pasien.
Selama ini pihak pabrik menginginkan hanya satu bentuk dosis untuk semua orang di dunia.
Namun kebijakan ini tidak bisa diterima secara ilmiah.
Setiap ras di dunia mempunyai perbedaan gen dalam memproduksi enzim yang mengatur sifat absorpsi, metabolisme, dan ekskresi obat-obat tertentu di dalam tubuh ( lihat tulisan dr. Sintoso Pujianto dengan judul : Penemuan baru farmakogenomik tentang respons negatif terhadap obat pada etnis Timur dan Barat. dalam buku Sehat itu enak dan perlu, penerbit Kompas Gramedia ).
Kita mengambil contoh soal , di negara Barat propanolol ( obat hipertensi ) diberi dalam dosis beberapa ratus miligram mungkin tidak apa-apa.
Namun pada pasien di Indonesia, dosis ini bisa menghentikan denyut jantung.
Bila selama ini puyer lebih sering diberikan untuk anak-anak, tentu ada alasannya.
Negara-negara produsen obat di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang tidak cukup melakukan studi penentuan dosis obat jadi terutama untuk anak-anak, sehingga data mengenai efektivitas, efek samping, dan dosis yang akurat sangat sulit ditemukan.
Celakanya lagi, di Indonesia pencantuman dosis obat jadi, untuk dewasa dan anak-anak, dalam buku-buku panduan pun ( seperti MIMS dan lainnya ) dilakukan dengan cara menyontek dosis anak di negara produsen obat tadi.
Begitu juga dengan obat-obat yang banyak dipakai sejak tahun 1970-an seperti paracetamol, efedrin, CTM,dan kodein.
Dosis CTM ( obat jadi ) sebanyak 1 tablet terlalu besar, sehingga bisa membuat pasien tertidur seharian.
Padahal untuk mendapatkan efektivitasnya, 1/4 tablet saja sudah cukup.
Banyak juga orang yang mengira bahwa berkeringat banyak setelah minum paracetamol ( obat penurun panas ) adalah wajar.
Bahkan, mengira itu tanda obatnya mulai bekerja, padahal itu tanda overdosis.
Itulah sebabnya, para dokter yang menyadari fenomena ini merasa perlu membuat racikan puyer yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi anak.
Misalnya dengan menyesuaikan usia dan berat badannya.
Proses pembuatan puyer mempunyai prosedur wajib SOP ( Standart Operating Procedure ) yang harus dijalankan oleh tenaga farmasi.
Antara lain, obat yang digunakan tidak berasal dari obat yang tidak boleh digerus ( misalnya obat dalam bentuk " Controlled release " seperti euphyllin retard dan glucotrol XL ), dosisnya pas, kombinasi antara satu bahan dengan bahan yang lainnya tidak menimbulkan reaksi negatif, dan diberikan pada pasien sesuai kondisinya.
Sama seperti yang terjadi pada perusahaan obat, risiko human error pada proses peracikan puyer selalu ada.
Tetapi dengan memusuhi puyer hanya karena alasan itu pun tidak bijaksana, karena dengan pertimbangan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien, puyer tetap diperlukan.
Tentu saja, dokter yang meresepkan puyer harus paham benar, berdasarkan diagnosa pasien, apakah pasien memang perlu puyer, bahan apa saja yang perlu diresepkan, apa saja kombinasinya, mana yang boleh digerus menjadi puyer dan yang tidak, berapa dosisnya, apakah sudah tepat sasaran, dan seterusnya.
Bila syarat-syarat itu telah terpenuhi, puyer bisa dipertanggungjawabkan keakuratan, higienitas, efektivitas, dan keamanannya.
Mengenai alasan penggunaan alur dan mortir tidak bersih itu terlalu dicari-cari dan sudah kehilangan akal, rasanya semua apotek menggunakan alur dan mortir yang sudah dicuci bersih dan dijamin steril untuk siap digunakan sesuai dengan SOP yang ia miliki.
Dengan penjelasan ini semoga pro-kontra puyer hanya sampai disini.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Dan mengapa akhir-akhir ini puyer dikondisikan sebagai sasaran tembak oleh beberapa kalangan.
Ada beberapa sebab mengapa puyer sebagai sasaran tembak, dituduh ini dan itu.
Dilihat dari pembuatannya, meracik puyer dianggap tidak memenuhi standar cara pembuatan obat yang benar ( CPOB ).
Obat-obat yang diperlukan ditimbang, digerus, dan dicampur dalam mortir.
Setelah itu dibagi secara merata ke dalam kertas pembungkus.
Cara seperti ini dinilai oleh orang-orang tertentu tidak higienis.
saat menggerus, alur dan mortir yang digunakan bisa saja tidak bersih, bahkan bekas meracik resep obat sebelumnya.
Jadi bukan hal yang mustahil, puyer tercampur dengan sisa obat yang menempel pada mortir dari resep sebelumnya.
Karena tidak ditimbang, komposisi puyer yang dibagikan ke dalam kertas pembungkus juga bisa tidak tercampur rata.
Selain itu, puyer biasanya mengkombinasikan beberapa jenis obat sekaligus sehingga interaksi antar obat di dalam puyerpun dipertanyakan.
Obat jadi ( obat yang masih utuh dari pabrik ) yang digerus menjadi bubuk, dapat merusak stabilitas obat jadi tersebut.
Sebagai contoh soal : obat untuk infeksi saluran pernapasan atas, yang dibuat sedemikian rupa agar terlindung dari asam lambung ( preparat lepas lambat ).
Bila digerus menjadi puyer, obat itu akan kehilangan sifat lepas lambatnya sehingga cepat hancur saat terkena asam lambung.
Dengan demikian, efek samping dan risiko keracunan obat menjadi meningkat.
Berhubung diracik dari beberapa bahan sekaligus, bila terjadi reaksi yang tidak diinginkan, obat yang menyebabkan reaksi juga menjadi sulit dideteksi.
Orang yang memberikan pernyataan tersebut dinilai terlalu mudah dalam memberikan tanggapan, tetapi sangat disayangkan kurang cerdas dalam penguasaan dan penalaran keilmuannya.
Marilah kita lihat alasan mengapa puyer sebagai pilihan utama dalam pengobatan ketimbang obat jadi;
Dengan puyer bahan dan dosisnya bisa disesuaikan secara lebih tepat dengan kondisi pasien.
Selama ini pihak pabrik menginginkan hanya satu bentuk dosis untuk semua orang di dunia.
Namun kebijakan ini tidak bisa diterima secara ilmiah.
Setiap ras di dunia mempunyai perbedaan gen dalam memproduksi enzim yang mengatur sifat absorpsi, metabolisme, dan ekskresi obat-obat tertentu di dalam tubuh ( lihat tulisan dr. Sintoso Pujianto dengan judul : Penemuan baru farmakogenomik tentang respons negatif terhadap obat pada etnis Timur dan Barat. dalam buku Sehat itu enak dan perlu, penerbit Kompas Gramedia ).
Kita mengambil contoh soal , di negara Barat propanolol ( obat hipertensi ) diberi dalam dosis beberapa ratus miligram mungkin tidak apa-apa.
Namun pada pasien di Indonesia, dosis ini bisa menghentikan denyut jantung.
Bila selama ini puyer lebih sering diberikan untuk anak-anak, tentu ada alasannya.
Negara-negara produsen obat di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang tidak cukup melakukan studi penentuan dosis obat jadi terutama untuk anak-anak, sehingga data mengenai efektivitas, efek samping, dan dosis yang akurat sangat sulit ditemukan.
Celakanya lagi, di Indonesia pencantuman dosis obat jadi, untuk dewasa dan anak-anak, dalam buku-buku panduan pun ( seperti MIMS dan lainnya ) dilakukan dengan cara menyontek dosis anak di negara produsen obat tadi.
Begitu juga dengan obat-obat yang banyak dipakai sejak tahun 1970-an seperti paracetamol, efedrin, CTM,dan kodein.
Dosis CTM ( obat jadi ) sebanyak 1 tablet terlalu besar, sehingga bisa membuat pasien tertidur seharian.
Padahal untuk mendapatkan efektivitasnya, 1/4 tablet saja sudah cukup.
Banyak juga orang yang mengira bahwa berkeringat banyak setelah minum paracetamol ( obat penurun panas ) adalah wajar.
Bahkan, mengira itu tanda obatnya mulai bekerja, padahal itu tanda overdosis.
Itulah sebabnya, para dokter yang menyadari fenomena ini merasa perlu membuat racikan puyer yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi anak.
Misalnya dengan menyesuaikan usia dan berat badannya.
Proses pembuatan puyer mempunyai prosedur wajib SOP ( Standart Operating Procedure ) yang harus dijalankan oleh tenaga farmasi.
Antara lain, obat yang digunakan tidak berasal dari obat yang tidak boleh digerus ( misalnya obat dalam bentuk " Controlled release " seperti euphyllin retard dan glucotrol XL ), dosisnya pas, kombinasi antara satu bahan dengan bahan yang lainnya tidak menimbulkan reaksi negatif, dan diberikan pada pasien sesuai kondisinya.
Sama seperti yang terjadi pada perusahaan obat, risiko human error pada proses peracikan puyer selalu ada.
Tetapi dengan memusuhi puyer hanya karena alasan itu pun tidak bijaksana, karena dengan pertimbangan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien, puyer tetap diperlukan.
Tentu saja, dokter yang meresepkan puyer harus paham benar, berdasarkan diagnosa pasien, apakah pasien memang perlu puyer, bahan apa saja yang perlu diresepkan, apa saja kombinasinya, mana yang boleh digerus menjadi puyer dan yang tidak, berapa dosisnya, apakah sudah tepat sasaran, dan seterusnya.
Bila syarat-syarat itu telah terpenuhi, puyer bisa dipertanggungjawabkan keakuratan, higienitas, efektivitas, dan keamanannya.
Mengenai alasan penggunaan alur dan mortir tidak bersih itu terlalu dicari-cari dan sudah kehilangan akal, rasanya semua apotek menggunakan alur dan mortir yang sudah dicuci bersih dan dijamin steril untuk siap digunakan sesuai dengan SOP yang ia miliki.
Dengan penjelasan ini semoga pro-kontra puyer hanya sampai disini.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)