Sabtu, 03 November 2012

Kontroversi Telur Ayam.

Ditengah kesibukan masyarakat kota, dimana yang namanya makan pagi ( sarapan ) sering kali terlewatkan.
Sedangkan sarapan itu sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dimana tubuh dari pagi hari sudah dihadapkan dengan berbagai aktivitas yang memerlukan energi tinggi.
Biasanya memilih makanan yang mudah diolah dan praktis untuk dimakan.
Makanan yang mudah didapat, mudah diolah, murah dan praktis untuk disajikan adalah telur ayam.
Dengan makan telur ayam ceplok atau direbus dapat tahan sampai menunggu makan siang.
Tetapi telur sering kali menyandang nama buruk dimata orang, terutama kuning telur karena mengandung kolesterol tinggi yang sangat ditakuti dapat menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Benarkah anggapan orang tentang telur, dan sebenarnya ada apa dengan telur ?
Telur, khususnya kuning telur, merupakan sumber fosfolipid.
Namun karena kuning telur mengandung cukup banyak kolesterol antara 240 - 280 mg / dl., kehadirannya mempunyai risiko tinggi dan kemudian menjadi kontroversi.
Sebenarnya kandungan asam lemak dalam kuning telur tergantung pada mutu pakan yang diberikan.
Menurut penelitian bila ayam diberi pakan jagung, maka kuning telurnya akan berwarna kuning cerah.
Demikian juga bila ayam diberi pakan yang kaya nutrisi misalnya kaya omega 3 ( 50 gram ikan salmon per hari ), maka kuning telurnya akan mengandung omega 3 empat kali lipat omega 3 dalam telur biasa.
Demikian juga bila menghendaki kuning telur rendah kalori, pakan ayamnya dapat diatur untuk seterusnya.
Dipasaran umumnya beredar tiga jenis telur ayam :
Pertama ; Telur ayam kampung jenis telur ini biasanya berukuran kecil dan didapat dari ayam-ayam kampung yang berkeliaran tidak dikandangkan.
Ayam kampung tidak disuntik vitamin, hormon, atau obat-obatan antibiotika, sehingga dianggap sehat, baik ayam maupun telurnya.
Kedua ;  Telur organik.
Jenis telur ini didapat dari ayam-ayam negri yang dikandangkan, namun diberi makanan organik yang bebas herbisida, fungisida, dan pupuk.
Ayam dan telurnya tetap dianggap sehat, karena ayamnya makan pakan organik.
Ketiga ;  Telur yang diprogram.
 Ada dua macam telur yang diprogram, yaitu telur tinggi omega 3 dan telur rendah kalori.
Telur-telur semacam ini didapat dari ayam negri yang dikandangkan dan diberi makanan berkadar tinggi omega 3 atau makanan rendah kalori.

Jadi telur memang bisa diatur dengan cara pemberian pakannya, bila diberikan pakan kaya omega 3, telur ayam akan kaya omega 3.
Sepanjang telur itu tidak digoreng ( tidak di ceplok ), telur baik sebagai sumber makanan bagi otak,serta merupakan sumber kholin.
Kholin, khususnya asetilkholin merupakan neurotrasmitter untuk daya ingat.
Sebenarnya telur tidak seburuk apa yang dipikirkan bahwa kolesterol pada telur menyebabkan penyakit jantung.
Hal seperti ini dapat dibuktikan dalam suatu penelitian yang melibatkan 25 orang sehat yang memiliki kandungan kolesterol darah normal.
Masing-masing diberikan dua butir telur per hari dari makanan yang biasa dikonsumsi.
Ternyata, hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perubahan kadar kolesterol setelah beberapa minggu.
Kesimpulannya, mengonsumsi telur tidak meningkatkan kolesterol darah dan tidak menyebabkan penyakit jantung.
Ayam-ayam yang dipelihara bebas berkeliaran ( free range ) atau ayam organik mengandung omega 3 yang tinggi dan baik bagi kesehatan.
Menurut hasil penelitian dari Rochester Centre for Obesity di Michigan, Amerika Serikat.
Sarapan pagi dengan telur ayam dapat membatasi masukan kalori sepanjang sisa hari, sampai lebih dari 400 kalori.
Makan telur untuk sarapan membuat orang lebih kenyang sehingga akan makan lebih sedikit pada waktu-waktu makan berikutnya ( Pada telur mempunyai ikatan kimia yang lebih sulit diputus / dicerna oleh enzim pencernaan ).

Telur adalah sumber asam amino yang sempurna dan paling tinggi nilai biologisnya, sehingga sering dijadikan standar pembanding protein dari sumber makanan lain.
Satu butir telur ukuran besar mengandung kurang lebih 62,5 gram protein, ditambah berbagai vitamin serta mineral esensial termasuk kholin, folat, kalsium, besi, seng, vitamin A, D, E, K, B12 dan sebagainya dengan 75 kalori per butirnya yaitu 17 kalori dalam putihnya dan 58 kalori dalam kuningnya.
Sebagian besar protein terdapat pada putih telurnya.
Sedangkan vitamin, mineral, lemak, karotenoid ( antioksidan dan zat pembawa warna oranye / merah / kuning ), dan kolesterol ada pada bagian kuningnya.
Alasan sebagian orang menghindari telur selama ini, karena kandungan kolesterol dan lemaknya, ke dua zat ini terus menerus diberi predikat sebagai musuh kesehatan.
Banyak orang sebenarnya tidak tahu persis apa itu kolesterol, selain percaya bahwa kolesterol itu berbahaya, sehingga timbul asumsi makin sedikit mengonsumsi kolesterol makin baik.
Padahal kolesterol juga penting bagi tubuh untuk membuat vitamin D, memproduksi hormon seks, yaitu estrogen, progesteron dan testosteron, membuat empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak, membangun sel-sel tubuh dan melapisi serabut saraf.
Berdasarkan dari hasil laporan studi klinis Harvard School of Public Health di Boston, Amerika Serikat, faktor yang paling berpengaruh pada kolesterol darah adalah lemak jenuh dan lemak trans, bukan kolesterol dari makanan.
Kadar kolesterol dari telur memang cukup tinggi sekitar 240 - 280 mg / dl per 1 butir telur ukuran besar.
Namun terbukti saat telur dihilangkan dari menu, kadar total kolesterol pada subyek penelitian hanya menurun 1 persen saja.
Makanan-makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans seperti margarin, makanan bersantan, jeroan, dan gorengan lebih mengkontribusi kadar tinggi kolesterol darah dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Jadi sebaiknya telur jangan digoreng atau diceplok bersama minyak.
Telur juga kaya asam amino triptofan, asam amino esensial yang membentuk serotonin untuk mengendalikan suasana hati, selera makan dan tidur.
Telur sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan matang bukan setengah matang, seperti yang selama ini sebagian orang mengonsumsinya.
Karena telur adalah media yang paling subur buat bakteri berbahaya.
Telur memang merupakan pilihan yang baik sebagai bagian dari pola makan sehat dan seimbang, namun tetap diperlukan makanan bergizi lainnya sebagai penyeimbang.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar