Rabu, 04 September 2013

Penelitian terbaru, jumlah neuron hanya 86 miliar dan fungsi otak menurun mulai usia 45 tahun.

Adalah suatu kewajaran jika manusia semakin hari semakin tambah umurnya dan semakin tua.
Organ otak pun ikut-ikutan menjadi tua.
Proses otak menjadi tua tentunya terjadi karena perubahan-perubahan pada anatomis sel-sel neuron atau sel-sel otak.
Perubahan itu perlu diketahui untuk menginterpretasi perubahan-perubahan fungsi.
Proses menua pada otak terlihat dari penurunan jumlah sel neuron yang terjadi tidak sama di berbagai bagian otak.
Bagian otak yang memantau memori didaerah pelipis ( girus temporal superior ) mengalami penurunan jumlah sel yang paling banyak, disusul oleh bagian otak yang memantau kemampuan eksekusi didaerah otak depan ( girus presentral ).
Sedangkan yang paling sedikit adalah area striata.
Bagian otak yang memantau perasaan tubuh didaerah otak bagian atas ( girus postsentral ) tidak mengalami perubahan.
Di hipokampus, pusat pantauan memori juga terjadi penurunan jumlah sel neuron dalam jumlah besar.

Selama ini, para ahli mengatakan jumlah sel saraf ( neuron ) dalam otak manusia mencapai 100 miliar.
Namun, pendapat ini tidak didasarkan atas eksperimen yang kuat.
Hasil penelitian Suzana Herculano - Houzel dari Universitas Federal Rio de Janeiro, Brazil menunjukkan, neuron otak manusia hanya 86 miliar.
Jumlah ini diperoleh dengan meneliti otak yang disumbangkan empat pria, masing-masing berumur 50 tahun, 51 tahun, 54 tahun, dan 71 tahun.
Penelitian dilakukan dengan melarutkan membran sel otak dan menjadikannya sebagai larutan homogen.
Larutan itu selanjutnya dihitung inti selnya, kemudian dinaikkan skalanya, hingga diperoleh jumlah neuron dalam satu otak.
Metode ini tidak dilakukan dengan mengambil salah satu bagian otak saja dan kemudian melakukan ekstrapolasi karena jumlah neuron pada setiap bagian otak berbeda.
Hasilnya, tidak satu pun dari ke empat otak pria itu yang memiliki neuron sebanyak 100 miliar.
Beda 14 miliar neuron ini sepertinya kecil.
Padahal, 14 miliar neuron itu hampir sama dengan neuron otak baboon ( monyet afrika ) atau hampir separuh neuron otak gorila.
Meski demikian, para ahli masih memperdebatkan apa pentingnya jumlah neuron banyak bagi otak manusia.
Penelitian atas otak binatang sebelumnya menunjukkan, otak yang besar tidak selalu berarti lebih baik.
Otak besar dengan banyak neuron hanya dibutuhkan untuk mengontrol tubuh yang lebih besar.
Ahli lain berpendapat, otak besar penting untuk kehidupan sosial yang kompleks atau untuk metakognisi yaitu berpikir tentang pemikiran dan penggunaan alat yang kompleks.
Peneliti lain percaya, kecerdasan tidak ditentukan dari besarnya otak, tetapi dari kompleksitas interaksi dalam otak.

Selama ini juga, fungsi kognitif otak diyakini mulai berkurang saat seseorang memasuki usia 60 tahun.
Namun, penelitian terbaru tim Universitas College London ( UCL ) menunjukkan, fungsi otak mulai menurun di usia 45 tahun.
Tim meneliti 5.198 pria dan 2.192 wanita pegawai negeri sipil Inggris berusia 45 - 70 tahun selama tahun 1997 - 2007.
Dari uji memori otak, kemampuan mengingat kosokata hingga kemampuan memahami melalui audio dan visual, terlihat fungsi penalaran turun hingga 3,6 persen pada pria dan wanita berusia 45 - 49 tahun.
Penurunan terbesar terjadi pada responden pria berumur 65 - 70 tahun, yaitu 9,6 persen, pada wanita umur sama hanya 7,4 persen.
Pemimpin studi dari pusat penelitian Epidemiologi dan kesehatan masyarakat Perancis, Archana Singh Manoux, mengatakan, penelitian ini membuktikan penurunan kognitif selama 20 -30 tahun bisa memicu demensia ( hilang ingatan ).
Tingkat demensia akan makin tinggi jika penderita merokok.
Penting untuk mengidentifikasi faktor risiko sejak dini.
Jika gejala penyakit muncul pada usia 50-an tahun tetapi baru diamati pada usia 60-an tahun, sulit membedakan mana sebab dan akibat.
Tentang kapan penurunan kemampuan kognitif otak dimulai, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana pengukuran kemampuan otak bisa memperbaiki diagnosis demensia.
Alzheimer alias pikun merupakan penyebab demensia terbesar pada orang tua.
Kepala pusat penelitian Alzheimer Inggris Simon Ridley mengatakan, meski belum diketahui cara pasti mencegah Alzheimer, gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, makan makanan sehat, serta menjaga tekanan darah dan kadar kolesterol, dapat mengurangi risiko demensia.
Kemunduran intelektual pada penyakit Alzheimer adalah akibat adanya kematian sel-sel otak ( neuron ) dalam jumlah besar dipermukaan ( korteks serebral ) yang terjadi secara menahun, perlahan-lahan tetapi progresif.
Kelainan itu berupa proses degeneratif sel neuron, terutama didaerah pelipis otak ( lobus temporoparietal ) pusat pemantauan kemampuan memori karena fungsi kognitif adalah hasil komunikasi diantara sel-sel neuron, kematian sel-sel neuron dan penghubung antar sel itu menimbulkan gambaran demensia.
Sel-sel neuron mengalami pertumbuhan pesat pada usia balita dan sejak itu sel neuron tidak tumbuh dan bertambah lagi, tetapi jaringan antar sel ( nerve cell connections ) terus tumbuh sampai usia lanjut.
Berangkat dari pendapat ini, teori perkembangan otak menjadi penuh pengharapan.
Dari hasil pengamatan Anokhin, berpendapat kemampuan intelegensi manusia bukan ditentukan oleh jumlah sel neuron tetapi oleh jaringan antar - sel ( nerve cell connections ) tersebut.
Mark Rosenweig dan koleganya menyatakan bahwa apabila otak selalu dirangsang ( stimulasi ) tidak peduli pada usia berapa, maka akan terjadi pertumbuhan ranting-ranting sel ( protuberans ) dan keadaan ini akan menambah jumlah jaringan antar - sel dalam otak.
Dengan demikian teori lama yang mengatakan bahwa orang kehilangan sel-sel neuron selama hidupnya yang akan menyebabkan kemunduran fungsi mental, sudah tidak berlaku lagi alias sudah gugur.
Teori baru yang dianut sejak tahun 1960-an cukup memberikan harapan bagi para lanjut usia, menyatakan bahwa otak dapat menumbuhkan jaringan antar-sel yang lebih cepat dibandingkan kematian sel yang terjadi.
Kematian beberapa puluh ribu sel neuron setiap hari dari awal kelahiran sampai usia 80 tahun tidak sampai berjumlah 8 persen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas otak tidak saja bergantung pada faktor genetik, tetapi juga pada faktor stimulasi lingkungan seperti contohnya membiasakan diri dengan membaca sejak usia dini dan menyukai hal tulis menulis.
Dipastikan otak manusia akan terus berkualitas sampai usia uzur.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar