Minggu, 10 September 2017

Kekuatan penyembuh kerokan

Ingat semasa kecil dulu kalau badan sudah merasa kurang enak, batuk, pilek, meriang alias ngreges, solusinya yang paling ampuh adalah kerokan.
Dan bila sudah mulai dikerok harus sampai merah benar, persis seperti film Bruce Lee ; Enter the Dragon.
Kerokan atau kerikan berkembang dari kearifan lokal masyarakat kita, khususnya Jawa.
Tetapi sekarang bukan lagi milik sebagian kecil dari masyarakat, melainkan sudah menjadi milik nasional dan bahkan internasional.

Pengaruh kerokan terhadap kesehatan tubuh, kini banyak diteliti oleh kalangan medis.
Biasanya yang namanya kerokan / kerikan adalah suatu kegiatan penyembuhan atau penyegaran tubuh yang sangat familier di masyarakat Jawa sebagai pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala masuk angin ( di medis dikenal sebagai Common Cold atau Sindrome dingin ).
Pengetahuan tersebut diperoleh secara turun temurun dari nenek moyang, kake buyut.
Masyarakat sudah terbiasa dengan kerokan untuk mengatasi gejala-gejala masuk angin, seperti meriang ( panas-dingin ), kepala pusing, rasa mual, perut kembung dan pegal-linu ( nyeri otot ).
Bahkan sakit pun segera lenyap bila sudah di kerik dan zonder ke dokter lagi.
Karena bagi mereka/ masyarakat ke dokter itu perlu biaya mahal, jadi cukup di kerok dan kesembuhan pun lebih menjanjikan, alat kerok yang digunakan pun murah meriah, cukup dengan gelendong jaman Belanda atau pengerok lainnya plus minyak kayu putih, balsam dan sejenisnya, sudah bablas penyakitnya.

Masyarakat punya keyakinan pengobatan alternatif mampu memberi solusi penyembuhan dengan biaya yang relatif lebih murah.
Kerikan tidak menimbulkan rasa sakit bila dilakukan dengan benar, misalnya secara pelan, teratur, dan konstan.
Gesekan alat kerik yang terlalu keras dan tekanan yang kuat akan menimbulkan rasa sakit pada bagian yang di kerik.
Oleh karena itu, orang yang mengerik harus benar-benar terampil dan berpengalaman.
Tarikan alat kerik pada permukaan kulit akan menghasilkan balur-balur merah.
Warna balur-balur merah tersebut dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan untuk mengukur derajat ringan beratnya masuk angin, semakin merah warna balurnya ( bekas kerikannya ) semakin berat derajat penyakitnya.
Warna kemerahan tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Kerikan ini tidak boleh dilakukan asal-asalan, karena dapat berbahaya.
Kerikan akan efektif bila menyentuh titik-titik akupunktur dan meridian ( alur titik-titik akupunktur ) sesuai keluhannya.
Kalau sesuai meridian tidak hanya satu titik akupunktur yang terangsang, melainkan merangsang lebih banyak lagi titik-titik akupunktur.
Bagian tubuh yang akan dikerok pun tak bisa sembarangan misalnya pada leher bagian depan dan leher bagian samping tidak boleh dikerik, karena leher bagian depan dan leher bagian samping terdapat banyak pembuluh darah dan saraf-saraf kecil yang sangat penting.
Bila bagian tersebut di kerok akan sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal.
Karena jika saraf yang tertekan akan menyebabkan napas tersumbat yang berujung pada kematian.

Kerikan tidak boleh dilakukan pada kulit yang teriritasi, sensitif, luka, alergi, luka bakar, anak-anak dibawah lima tahun dan wanita hamil.
Untuk anak-anak diatas lima tahun dilakukan harus hati-hati, dan wajib mengikuti prosedur kerikan seperti tidak diperbolehkan mengerik pada bagian depan badan, hanya diperbolehkan di belakang badan dengan hati-hati.
Kerikan pada anak-anak bisa dilakukan dengan bawang merah dengan hati-hati.

Manfaat Kerikan :
Manfaat kerikan khususnya di masyarakat Jawa memberikan andil yang sangat besar.
Kerikan dilakukan bila merasakan gejala-gejala seperti masuk angin dan badan yang kurang nyaman.
Masuk angin dan nyeri-nyeri pada bagian tubuh merupakan gangguan kesehatan yang sering kali dialami masyarakat.
Ke duanya mempunyai gejala-gejala yang spesifik.

1. Masuk angin.

Yang dimaksud gejala masuk angin disini, yaitu timbulnya rasa dingin mendadak disertai bersin-bersin dan hidung berair.
Gejala tersebut sering disebut dengan istilah flu atau pilek.
Di dunia kedokteran tidak mengenal istilah masuk angin, karena angin masuk lewat mana/
? kecuali kalau tubuh kita seperti balon.
Fenomena angin masuk ke dalam tubuh tidak dapat diterima di kalangan medis.
Medis lebih suka menggunakan istilah Common Cold.
Masuk angin dimasyarakat awam identik dengan istilah tidak enak badan untuk menggambarkan berbagai kondisi tubuh, seperti perut kembung, pegal linu, batuk pilek, pusing, sakit kepala, dan meriang.

Pada saat orang terkena masuk angin, suhu tubuh bagian belakang akan turun atau terjadi defisiensi energi ( panas ) pada tubuh bagian belakang.
Itulah sebabnya kalangan medis menyebut masuk angin dengan istilah Common Cold atau Sindrome dingin.

Secara umum, medis mendefinisikan masuk angin sebagai suatu kumpulan gejala dan kondisi dari Common Cold sampai stres pasca trauma, yaitu sebagai berikut :
- Bukan angin atau udara secara fisik, tetapi keadaan tubuh yang tidak stabil karena kerja yang berlebihan, kurang makan, kurang tidur, dan terpapar cuaca yang tidak bersahabat seperti saat pergantian cuaca.

- Keadaan tubuh merespons kondisi Common Cold, diabetes, dan hipertensi.

- Keadaan ketidakseimbangan empat basis elemen tubuh ( air, angin, tanah dan api ).
Di dalam ilmu akupunktur di tambah unsur logam ( lima unsur atau U sing sesuai ajaran Taoisme yang mengklasifikasikan alam semesta ).

Gambaran klinis masuk angin menurut Graham et al, (1997 ) :
-Perasaan panas atau dingin, sakit kepala, dan nyeri otot.
- Lelah, lemas, nyeri perut, mual, dan diare.
- Sulit tidur, tidak napsu makan, dan sesak napas.



2. Nyeri.

Nyeri menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rasa sakit seperti ditusuk-tusuk jarum atau bagian tubuh seperti di jepit.
Nyeri ini merupakan sensasi spasial dan kompleks sehingga sulit untuk memberi definisi.
Nyeri merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap rangsangan yang dapat merusak jaringan.
Nyeri merupakan suatu masalah yang tidak dapat dihindari, dapat terjadi tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya, dan dapat berjalan lama sehingga menyebabkan disabilitas.
Disabilitas diartikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk terlibat dalam aktivitas penting yang berguna karena keterbatasan fisik / mental.
Oleh karena itu, nyeri merupakan suatu fenomena yang sangat penting.

Bagian tubuh yang sering muncul rasa nyeri menurut Sidharta ( 1983 ).

a. Tengkuk.
Jika bagian ini sakit/ nyeri otot dapat menyebabkan gerakan aktif leher menjadi terbatas.
Rasa nyeri atau ngilu dirasakan pada otot yang disebut otot splenicus capitis et cervicalis atau otot levator scapulae.
Nyeri pada bagian ini disebut Torticalis miofacial, yaitu nyeri otot yang hebat sehingga leher terpaksa miring untuk mencegah rasa nyeri tersebut.
Masyarakat Jawa menyebut tengeng atau biasa juga disebut tegleg.

b. Bahu.
Nyeri bahu ini sering disebut nyeri akibat tumpuan saat memikul beban.
Otot yang terkena imbas biasanya : otot trapezius, otot supraspinatus, dan otot levator scapulae.
Mialgia ini sering menyerang para penata rambut, tukang cat, pekerja bangunan, pedagang keliling dengan alat pikul, atau karyawan kantor yang mengetik dengan bahu terangkat karena mejanya terlalu tinggi..

c. Antar tulang belikat.
Bagian ini terdiri dari atas otot seratus anterior, otot ranboit, dan sebagian otot levator scapulae.
Juru ketik, tukang cat yang mengecat langit-langit, atau ibu yang mencuci baju sering menderita penyakit ini.
Rasa nyeri ini bertambah hebat karena keletihan, stres mental, iklim, AC, kipas angin, atau kehujanan.

d. Pinggang.
Biasanya akibat beban gendongan, pinggang sering digunakan sebagai tumpuan menggendong barang.
Otot-ototnya yang berperan : otot erektor trunksi dan otot abdominal.
Rasa nyeri ini diberi nama Low Back Pain.
Biasanya menyerang pekerja kasar yang kekurangan gizi, pekerja kasar yang sudah uzur, pekerja yang banyak duduk, dan orang yang kegemukan.
Nyeri ini menjalar secara menyebar.


Sampai pada zaman gejet, zaman generasi Z ini kerokan masih tetap eksis kehadiranya.
Kerikan masih tetap digemari, baik di kota-kota besar maupun di desa.
Alangkah baiknya di desa-desa dan di kota-kota didirikan Balai Pengobatan Kerokan ( BPK ) tak lain bertujuan untuk melestarikan pengobatan tradisional ala nenek moyang kita.

Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar