Minggu, 05 September 2010

Alkohol dan kebiasaan teler.

Manakala jika tubuh sedang digandrungi rasa sakit, minum sirop serasa minum jamu centongan, makan kwetiaw goreng serasa menelan karet kolor, mendengarkan musik rock bagai mendengar bunyi kaleng ribut dan membisingkan.
Pokoknya semua menjadi tidak mengenakkan, dunia seakan terbalik.
Kalau sudah tahu bagaimana rasanya sakit, jangan mencoba-coba membikin tubuh yang sehat jadi sakit, misalnya dengan meminum minuman yang mengandung alkohol, bila terlalu sering meminumnya tubuh akan ketagihan.
Minuman keras banyak terbukti dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan.
Pada suatu studi, sebagian orang yang biasa mabuk-mabukan merasa khawatir dan berkeinginan untuk menghentikan kebiasaan buruknya, tapi pada kenyataannya sangat sulit bagi mereka meninggalkan air api ini untuk selamanya.
Selama ini, alternatif yang biasa disodorkan untuk menghentikan kebiasaan teler adalah obat.
Bagi semantara pecandu alkohol, obat yang namanya Bromocriptine dapat menolong meredakan kecanduan alkohol.
Karena kerja obat ini merangsang otak seseorang menghasilkan lebih banyak dopamine, menghidupkan receptor dopamine untuk lebih memberikan kesenangan.
Dopamine adalah zat di dalam otak yang digunakan untuk berkomunikasi dalam pusat syaraf kesenangan di otak.
Sayangnya bagi pecandu lainnya cara ini ternyata kurang ampuh.
Menurut studi Dr. Ernest P. Noble dari Universitas California Los Angeles, yang dipublikasikan pada Jurnal Nature Medicine, bulan April tahun 1999, obat itu memang bekerja hanya pada orang yang memiliki varian genitik disebut allele A 1 yang dapat membuat mereka mudah kecanduan pada berbagai zat, termasuk alkohol.
Karena memiliki variasi genetika itu mereka tidak peka terhadap dopamine.
Jadi orang-orang ini sering tidak merasakan kesenangan yang normal.
Pengalaman yang akan membuat orang lain merasakan senang misalnya mendapatkan pembicaraan yang mengasikkan, melihat matahari atau lukisan yang indah, berjalan bergandengan dengan seorang kekasih, tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi mereka.
Menurut Noble, kini ada sekitar 25 %, populasi di AS memiliki allele A 1 dari gen dopamine receptor, tetapi tidak semua dari mereka itu menjadi kecanduan alkohol.
Studi lain menunjukkan 69 % pecandu alkohol memiliki allele A 1, sedangkan 20 % tidak memilikinya.
Orang yang tidak memiliki allele A 1 dalam tubuhnya juga dapat menjadi pecandu karena pengaruh lingkungan sosial mereka yang mendorong menggunakan alkohol berlebihan atau karena mereka di bawah pengaruh stres yang berlebihan.
Sehingga mereka terdorong minum untuk mengurangi tekanan itu.
Meskipun begitu orang yang tidak mempunyai dasar genetik, bila stresnya hilang sering dapat menghentikan minum alkohol dan kembali ke kehidupan normal.

Dampak alkohol.
Pecandu alkohol dapat berdampak buruk terhadap jantung, otak, sistem syaraf, pencernaan dan hati.
Bahkan alkohol juga pada beberapa penelitian dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena kanker mulut dan tenggorokkan.
Pecandu berat alkohol berisiko terkena kardiomiopati.
Sebagian orang beranggapan alkohol dapat menstimulasi daya pikir, tetapi penelitian menunjukkan anggapan itu tidak benar.
Alkohol dalam jumlah yang banyak mempunyai efek depresi, menurunkan daya konsentrasi dan kemampuan mengambil keputusan.
Alkohol juga dapat merangsang lambung. Pengaruhnya terhadap organ reproduksi laki-laki dapat berupa impotensi.
Pada perempuan hamil, dapat meningkatkan risiko cacat pada bayi.
Pengaruh alkohol pada tubuh tergantung dari beberapa banyaknya kadar alkohol di dalam darah.
Penggunaan alkohol secara teratur akan menimbulkan toleransi. otak akan terbiasa terhadap alkohol sehingga meskipun minum alkohol dalam jumlah banyak, tidak menimbulkan gejala-gejala mabuk.
Toleransi ini akan mengakibatkan dalam jangka waktu yang lama, akibatnya kecanduan dan bisa merusak berbagai organ tubuh.
Kadar alkohol dalam berbagai minuman berbeda-beda : Jenis bir mengandung sekitar 3-5 persen alkohol, anggur mengandung alkohol yang lebih tinggi sekitar 12-14 persen sedangkan whiski, gin, vodka, dan brandy mengandung 40-50 persen alkohol.
Seseorang yang mulai minum alkohol pada usia dini biasanya akan menjadi pecandu alkohol yang berat.
Dalam kehidupan sehari-hari alkohol atau etanol cukup dekat dengan bidang farmasi, alkohol banyak digumakan campuran membuat obat, terutama dalam bentuk sediaan cair, karena sifatnya yang baik sebagai pelarut, penambah rasa, dan pengawet.
Alkohol juga banyak digunakan dalam memproduksi kosmetika sebagai astringent ( zat yang menyusutkan ) dan juga menjadi komponen penting dalam pembuatan parfum.
Dibidang kesehatan, alkohol banyak digunakan untuk alat medik dan sebagai antiseptik, karena kemampuannya membunuh kuman.

Diawal bulan november 1999 dunia anak-anak digemparkan dengan beredarnya pulpen berbau harum yang dikenal dengan nama bolpoin wangi yang dicurigai mengandung narkotik, ternyata tidak mengandung zat terlarang.
Analisis menggunakan gas chromotography mass spectra (GCMS ) menunjukkan, wewangian itu berasal dari benzyl alkohol yang teroksidasi menjadi benzaldehid.
Zat ini umumnya digunakan sebagai pelarut dalam parfum pewangi ruang, tekstil serta tinta.
Dalam konsentrasi tinggi benzyl alkohol menyebabkan iritasi saluran napas, pusing, vertigo, mual, muntah dan sakit perut.
Walaupun tidak mengandung narkotik, bolpoin itu cukup potensial mengganggu kesehatan, karena dari baunya yang menyengat diduga mempunyai konsentrasi yang tinggi.

Bahaya alkohol pada wanita.
Pada tubuh seorang wanita kekurangan enzim untuk menangkap alkohol yang bertalian dengan kontrol jasmani.
Sehingga wanita yang meneguk alkohol, akan lebih cepat teler / mabuk, sekaligus menampakkan wajah dengan ekspresi yang muram, pucat, atau sadis.
Untuk kembali jadi normal, jelas lama, karena tubuh perlu bebas dulu dari pengaruh alkohol.
Karena itu, sulit bagi mereka untuk segera pergi atau kabur dari tempat pesta, misalnya, hanya untuk menyembunyikan wajah atau menutupi malu. Soalnya garis-garis kecantikan sudah mengisyaratkan bahwa dia baru saja meneguk alkohol.
Bukti ilmiah tentang perbedaan " enzim penangkal alkohol " pada wanita - pria makin dilakukan di Barat.
Dr. C. Lieber, peneliti dari Mount sinai school of medicine Universitas Trieste, Italia, menemukan bahwa enzim penangkal alkohol ( " dehidrogenase " ) pada wanita lebih sedikit.
Ini sekaligus menunjukkan, wanita lebih cepat dipengaruhi alkohol.
Fungsi dehidrogenase ialah memecahkan unsur-unsur baru yang tidak membuat teler / mabuk.
Dengan kata lain, menurunkan kadar alkohol yang diserap usus, serta memasuki darah.
Sedangkan alkohol yang diserap usus pada wanita lebih banyak, sehingga memasuki darah lebih tinggi juga.
Beberapa puluh wanita / pria pernah disuruh meneguk vodka.
Pria dan wanita mulai tampak teler / mabuk , masing-masing setelah meneguk " 4 " dan " 2 " bagian vodka.
Ini berarti pria lebih tahan, memang benar, setelah darah masing-masing diperiksa, alkohol pada darah wanita 20 % lebih tinggi.
Yang membuat Dr. C. Lueber cemas ialah : alkohol bisa menurunkan produksi dehidrogenase.
Pada mereka yang sudah kecanduan bisa tinggal 50 % dehidrogenase saja ( ini akan membuat kondisi tubuh alergi terhadap alkohol, meskipun napsu meneguk alkohol belum bisa hilang ).
Penemuan yang dimuat dalam New England Journal of Medicine ( Inggris ) ini sedikit banyak telah mengurangi penasaran dunia kedokteran tentang perbedaan reaksi tubuh wanita-pria terhadap alkohol.
Sekaligus mengilhami dunia farmasi dalam meramu serta memproduksi obat yang bersangkutan.
Bagi dunia kebidanan, membuat kampanye anti alkohol makin gencar dilakukan terhadap wanita yang sedang mengandung atau baru saja bersalin ( soalnya banyak keguguran terjadi yang setelah ditelusuri ternyata akibat ketika sedang / menjelang mengandung sering meneguk alkohol ).
Memang ada teori : wanita lebih cepat dipengaruhi alkohol, karena tubuh mereka lebih kecil, sehingga perjalanan penyerapan alkohol lebih cepat / pendek untuk mencapai jaringan tubuh terutama sel otak yang dengan otomatis menciptakan ekspresi wajah.
Sedangkan teori lain :
Karena kadar alkohol cenderung lebih tinggi.Tetapi teori-teori ini sampai sekarang masih diragukan, karena ada suatu faktor dengan faktor lain yang ditimjau secara biologis maupun kimiawi, tidak mempunyai relevansi yang patut diandalkan.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar