Minggu, 20 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan bagian ke IV ( empat ).

Tungau dan asma.

Sejak tahun 1968 para ahli telah membuktikan bahwa tungau debu rumah yang terdapat didalam debu rumah dan di tempat tidur adalah penyebab utama penyakit alergi, khususnya asma bronchial dan rhinitis alergik.
Tungau begitu kecilnya tak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan terkadang dengan mikroskop pun tungau sulit dilihat bila tidak disertai penyinaran dari samping.
Tungau untuk hidup memerlukan suhu sekitar 25 derajat celsius dan kelembaban nisbi sekitar 80 %.
Maka tak usah heran dinegara kita ini banyak ditemukan tungau-tungau.
Di desa Banyuatis, Bali ditemukan 3 jenis tungau debu rumah pada semua contoh debu rumah yang diperiksa, yaitu Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinaedan dan Tryrophagus putricentia.
Populasi tungau paling banyak ditemukan pada permukaan kasur, baik kasur dari kapuk maupun busa, karena kasur mengandung banyak serpihan kulit manusia yang merupakan makanan utama tungau.
Populasi tungau pada musim penghujan lebih banyak dari pada musim kemarau, hal ini disebabkan karena kesempatan untuk menjemur kasur lebih sedikit pada musim penghujan.
Dulu diera tahun 70 an kapuk banyak dipakai untuk mengisi kasur dan bantal oleh masyarakat kita, makin ke era tahun 90 an keberadaan kapuk makin ditinggalkan dan diganti dengan kasur dan bantal dari busa.
Sebenarnya bila kasur dari kapuk itu umurnya kurang dari satu tahun, jarang menimbulkan alergi..
Tetapi memang lebih aman bagi penderita asma bila memakai kasur dan bantal dari busa.

Seperti yang sudah diketahui serangan asma dapat timbul akibat dari terhirupnya alergen.
Tetapi kurang lebih setengah abad yang lalu didapatkan komponen debu rumah, yaitu tungau merupakan salah satu alergen yang patut diperhitungkan.
Untuk menentukan penderita asma atopik cukup dilakukan pemeriksaan uji kulit terhadap tungau Dermatophagoides pteranyssinus saja.
Alergen debu rumah yang mengandung komponen tungau merupakan alergen terpenting dan terdapat diseluruh dunia, termasuk Indonesia.
Banyak para peneliti melaporkan hubungan antara asma dengan reaksi uji kulit dan Ig E, tetapi hubungan antara berat ringannya asma atopik dengan reaksi uji kulit dan Ig E jarang dilaporkan.

Asma atopik adalah asma yang disebabkan oleh reaksi alergen dan antibodi yang berperan yaitu Ig E.
Diagnosis asma atopik ditegakkan berdasarkan hubungan gejala asma dengan alergen hirupan.

Dikatakan ringan :
Bila keluhan penderita sedikit mengganggu, frekuensi serangan 1 - 2 kali per bulan, lamanya serangan kurang dari 4 jam dan hilangnya hari kerja 1 - 2 hari per bulan.

Sedang :
Bila keluhan penderita mengganggu tetapi tidak merintangi aktivitas sehari-hari, frekuensi serangan 2 kali dalam seminggu, lama serangan 4 - 10 jam dan hilangnya hari kerja 2 hari per minggu.

Berat :
Bila tidur terganggu, frekuensi serangan tiap hari, lama serangan 11 - 20 jam dan hilangnya hari kerja 3 hari per minggu.

Selama periode penelitian didapatkan 42 penderita baru asma atopik yang terdiri dari 8 ( 19 % ) asma ringan, 23 ( 27,45 % ) asma sedang dan 11 ( 26,2 % ) asma berat.

Pada penelitian ini asma atopik didapat lebih sering pada usia dewasa muda dengan jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Tungau merupakan salah satu alergen yang terpenting, karena ternyata tungau dan debu rumah memberikan hasil uji kulit positif paling sering dari 42 penderita positif 40 ( 95,2 % ).
Rata-rata besar bentol tungau 7,2 mm dan debu rumah 6,9 mm.

Tidak ada hubungan antara berat ringannya penyakit dengan alergen pada uji kulit dan Ig E total.

Karena banyak faktor yang ikut berperan pada manifestasi klinis asma seperti infeksi, emosi, kelelahan, bahan toksik, bahan iritan, dan suhu udara.



Emosi dan asma.

Kemarahan, kesedihan atau kegembiraan yang berlebihan orang biasa menyebut dengan emosi, dapat mencetuskan serangan asma.
Seseorang yang gampang terangsang emosinya, akan lebih cepat pula asmanya kambuh alias kumat.
Jadi penderita asma harus banyak-banyak bersabar dan keikhlasan dalam hidup.
Faktor emosi dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas parasimpatis, baik perifer maupun sentral, sehingga terjadi peningkatan aktivitas kolinergik yang mengakibatkan eksaserbasi asma.



Pengaruh hormonal pada asma.

Asma dapat muncul atau diperberat serangannya dengan adanya sakit bulanan pada wanita atau menstruasi, segera sebelum atau setelah menstruasi.
Pemakaian pil KB juga terkadang dapat memperberat asma.



Penderita asma dan pekerjaan.

Bekerja adalah suatu keharusan, karena manusia harus mencari nafkah untuk hidupnya.
Tetapi bekerja bagi penderita asma sebaiknya memilih sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuannya.
Tentunya bekerja dilingkungan yang bebas dari faktor-faktor pencetus seperti asap, kapas, debu dan yang berhubungan dengan zat kimia serta asbes bahan bangunan.
Bekerja tidak diharuskan lembur sampai larut malam, kecuali sebagai dokter, diatur untuk tidak jaga malam setiap hari, pekerja pabrik juga untuk diatur jadwal lemburnya ( shifnya )
Keadaan lingkungan kerja yang tidak harmonis seringkali menjadi faktor pencetus tersendiri.


Obat dan bahan kimia.

Obat-obatan yang mengandung mentol dan obat dalam bentuk sirup dengan pelarut alkohol seringkali menjadi pemicu serangan asma.
Aspirin dapat sebagai pencetus asma melalui proses alergi dan non alergi.
Pada orang dewasa angka kejadiannya antara 4 - 28 % dapat menimbulkan serangan asma berat dan fatal, tetapi jarang pada anak.
Selain aspirin, obat antiinflamasi non steroid lain seperti indometasin, ibuprofen, fenil butaxzon, asam mefenamat dan piroksikam juga dapat menjadi pencetus asma, terutama bagi yang alergi terhadap asam salisilat.
Selain itu, bagi yang alergi terhadap asam salisilat kemungkinan juga alergi terhadap bahan kimia seperti tartrazin, suatu zat pewarna kuning yang dipakai pada makanan dan obat-obatan, atau sodium benzoat yang biasanya dipakai sebagai pengawet makanan atau minuman.
Obat golongan penghambat beta juga dapat menjadi pencetus asma.


Bahan iritan dan asma.

Bahan iritan pencetus asma mencakup : bau cat, hair spray, parfum, semprot nyamuk, bahan kimia lain, asap rokok ( menjadi yang utama ), udara dingin, air dingin dan lain-lain.
Beberapa alergen dapat bertindak sebagai iritan, misalnya pollen.
Beberapa iritan seperti ozon dan bahan industri kimia dapat meningkatkan hiperreaktivitas bronchus dengan menimbulkan inflamasi.


Hubungan suhu tubuh rendah ( hipotermia ) dengan asma.

Orang yang menderita asma tubuhnya sangat sensitif sekali dengan keadaan lingkungan sekalipun.
Misalnya seorang penderita asma sedang berada dalam suatu ruangan tertutup dan tentunya tidak tahu tentang keadaan yang ada diluar sana.
Penderita langsung tahu bahwa mungkin diluar sana ada awan gelap dan mau turun hujan.
Mengapa bisa tahu ? asma yang dideritanya kambuh dan penderita merasakan sesak napas di dalam ruangan itu.
Jadi begitu perasanya seorang penderita asma walau tidak melihat lingkungan yang ada diluarnya.
Mungkin di tubuh penderita terasa dingin, suhu tubuhnya menurun walau tidak sampai hipotermia.

Jika suhu tubuh turun 1 derajat celsius saja, daya tahan pada tubuh kita dapat berkurang sampai 30 % nya.
Apabila suhu tubuh normal, maka sistem kekebalan dan sekresi hormon juga normal.
Kondisi suhu tubuh yang tinggi atau demam merupakan keadaan sistem kekebalan sedang bekerja untuk mengembalikan kelainan yang terjadi di dalam tubuh ke keadaan normal.
Sebaliknya, suhu tubuh rendah ( hipotermia ) merupakan kondisi menurunnya kemampuan sistem kekebalan sekaligus gangguan pengeluaran hormon.
Mengapa penurunan suhu ( hipotermia ) menyebabkan penyakit ?
Suhu tubuh sangat mempengaruhi daya tahan tubuh.
Jika daya tahan tubuh menurun, ia tidak bisa melindungi tubuh dari kuman ( bakteri ), virus, malfungsi kekebalan menyebabkan sistem malah merusak sistem tubuh itu sendiri, dan memicu munculnya penyakit.
Jika suhu tubuh turun 1 derajat celsius, daya tahan tubuh turun 30 %, tetapi sebaliknya jika suhu tubuh naik 1 derajat celsius daya tahan tubuh naik 500 - 600 % atau dengan kata lain, hanya dengan suhu tubuh yang naik 1 derajat celsius, daya tahan tubuh meningkat 5 - 6 kali lipat.
Upayakan suhu tubuh naik sesaat, kemudian mengupayakan suhu tubuh agar tetap tinggi secara berkesinambungan ( tetap hangat ).
Jika suhu tubuh tinggi, daya tahan tubuh meningkat, aliran darah menjadi lebih lancar dan aktivitas enzim meningkat.
Aliran darah yang lancar meningkatkan daya tahan tubuh karena sel darah putih yang memiliki fungsi kekebalan memang berada didalam darah.
Darah bertugas mengirim nutrisi dan oksigen ke sekitar 60 triliun sel yang membentuk tubuh, dan kemudian membawa pulang zat-zat buangan.

Pada penderita asma meningkatnya aliran darah sangat penting peranannya yaitu dalam upaya menyingkirkan mediator inflamasi dari saluran napas.
Jadi berbahagialah bila ada orang yang suhu tubuhnya tetap hangat ( bukan demam ), karena aliran darahnya lebih lancar dan aktivitas enzimnya lebih baik serta terhindar atau paling tidak jarang sakit.

Bersambung ke bagian V  ( lima ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar