Senin, 21 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan, bagian ke V ( lima ).

Oksidan di udara dan asma.

Baru pada awal tahun 1990 an peranan oksidan sebagai penyebab gangguan pada saluran pernapasan semakin terungkap.
Oksidan dalam udara pernapasan akan dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada mukosa saluran pernapasan dan mengurangi kemampuan epitel saluran pernapasan, dengan demikian akan memudahkan terjadinya serangan asma
Oksidan akan menghambat degradasi neuropeptida oleh epitel saluran pernapasan sehingga ikut pula memudahkan terjadinya serangan asma.
Oleh karena itu sekarang mudah dimengerti mengapa asap rokok dan polusi udara pada umumnya, baik itu asap industri atau pun otomotif dapat mengakibatkan semakin mudahnya seorang penderita mendapatkan serangan asma dan dalam keadaan udara berpolusi berat akan cenderung untuk lebih parah dari biasanya..

Hygiene theory.
Disini dikatakan asma banyak terjadi pada lingkungan yang bersih.
Dalam kondisi sangat bersih, sistem imun tubuh tidak terangsang karena tidak ada bakteri sehingga jarang mendapat stimulan.
Seperti kita ketahui sistem imunitas dibagi 2, yaitu TH1 dan TH 2 yang dalam kehidupan sehari-hari bekerja secara seimbang.
Sistem imunitas yang berkaitan dengan asma adalah TH 2.
Ketika bayi kurang dari 1 tahun terinfeksi bakteri, seperti TBC, maka TH 1 lebih dirangsang.
Sebaliknya, TH 2 yang tinggi cenderung menjadi alergi dan asma.

Orang yang hidup di peternakan, sejak bayi sudah terekspose kotoran sapi, sehingga lebih kuat terhadap alergi meskipun rentan terhadap infeksi.
Di Indonesia banyak yang menderita TBC, tetapi jumlah penderita asma lebih kecil.
Makin higiene, pendapatan bagus, penggunaan karpet, maka lebih banyak yang terkena asma.


Paparan alergen dapat membebaskan alergi.

Studi terbaru tentang alergi yang dimuat Journal of Allergy and Clinical Immunology, mengatakan, anak yang terpapar banyak alergen dan bakteri pada tahun pertama kehidupan cenderung tak punya risiko alergi dan mengi / bengek / asma saat tumbuh besar.
Christine Cole Johnson, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Henry Ford Hospital dan Sistem Kesehatan, Detroit AS, menduga, paparan beragam alergen membuat sistem kekebalan tubuh terbentuk sejak bayi.
Menurut hasil riset, 41 persen bayi yang tinggal di rumah dengan alergen padat, bebas dari alergi dan mengi / bengek / asma.
Adapun anak terpapar tiga alergen seperti kucing, kecoa dan tikus akan berisiko lebih rendah terkena alergi, dan mengi / bengek / asma pada usia tiga tahun dibandingkan dengan anak yang terpapar satu jenis alergen.
Riset itu melibatkan 467 bayi Baltimore, Boston, New york dan St Louis yang dipantau sejak lahir sampai berusia 3 tahun.

Obat Asma dapat menghambat pertumbuhan anak.

Penggunaan obat asma dalam bentuk inhalasi kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan seorang anak.
Studi yang dilakukan terhadap 25 penelitian yang melibatkan 8.000 anak penderita asma dan dipublikasikan di Journal The Cochrane Library menunjukkan hal itu.
Normalnya, anak tumbuh 6 - 9 sentimeter ( Cm ) setahun.
Anak yang mengonsumsi inhalasi kortikosteroid tumbuh lebih pendek 0,5 Cm dibandingkan pengguna obat non steroid atau plasebo setahun.
Setelah empat tahun, mereka tumbuh lebih pendek 1,2 Cm dibandingkan yang mengonsumsi plasebo.
Pengonsumsi inhalasi kortikosteroid dosis rendah ( satu isapan per hari ) tumbuh lebih tinggi 0,2 Cm dibandingkan pengguna dosis tinggi.
" Efek itu jauh lebih kecil dibandingkan manfaat obat untuk mengontrol asma dan menjamin pertumbuhan penuh paru-paru begitu kata Linjie Zhang, peneliti dari Universitas Federal Rio Grande Brazil, pada Livescience tanggal 17 Juli 2014.

Neurogenic stimulan dan asma.

Ujung-ujung saraf sensoris dalam saluran pernapasan yang bersifat non-adrenergik dan non-kolinergik ( NANC ) dapat mengeluarkan berbagai neuro-peptida yang sebagian akan dapat menyebabkan kontraksi bronkeolus, yang terkenal ialah zat P ( substance P ), nerokinin A dan B.
Dalam keadaan normal epitel saluran pernapasan akan mampu mengadakan degradasi spontan dari neuropeptida ini.
Dengan demikian ada suatu keseimbangan yang pada orang normal akan bersifat optimal sehingga tidak akan timbul serangan asma, tetapi pada penderita asma bila terkena rangsangan tertentu akan berkecenderungan untuk mengakibatkan kontraksi, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan edema.
Saat ini rangsangan yang sudah jelas diketahui sebagai pemicu serangan adalah udara dingin dan hiperventilasi, misalnya setelah melakukan kegiatan jasmani yang berat, tertawa yang berlebihan dengan suara keras, dan sebagainya, diperkirakan bahwa karena hiperventilasi ini akan timbul juga pendinginan saluran pernapasan.
Faktor neurogenik akan semakin mudah menyerang bila sudah ada inflmasi mukosa saluran pernapasan.
Untuk saraf ke IX atau saraf vagus yang mempersyarafi otot polos bronkeolus, akan memunculkan refleks vagus yang secara langsung menyebabkan bronkokontriksi dan hipersekresi.
Diperkirakan timbulnya serangan asma karena depresi hebat atau pun gangguan emosional lainnya terbentuk melalui jalur neurogenic stimuli ini.


Asma pada usia lanjut.

Salah satu elemen yang penting dari penyakit asma, yaitu reversibilitas akan semakin tak nyata bila penyakit ini semakin lanjut.
Renwick ( 1996 ) mengemukakan pandangan agar sebaiknya asma pada penderita lanjut usia lebih baik diberi istilah penyakit paru dengan obstruksi menahun yang mencakup penyakit asma yang sudah lanjut dan bronchitis kronis yang sudah berlangsung lama.
Asma pada usia lanjut biasanya disebabkan oleh jenis asma intrinsik, tetapi bisa juga dari ekstrinsik berlanjut sampai usia lanjut.
Peninggian kepekaan percabangan trakeobronkus terhadap berbagai rangsangan berakibat kontraksi paroksismal saluran bronkus.
Disini dikenal 2 macam jenis : 1. Ekstrinsik ( alergen ), 2. Intrinsik ( idiopatik ) atau dipicu oleh berbagai faktor.
Asma intrinsik merupakan bentuk paling umum, ditandai dengan gangguan pada usia yang lebih lanjut ( biasanya lebih dari 30 tahun ), bersifat menetap dan seringkali lebih berat.
Sistem saraf parasimpatis biasanya terlibat pada patogenesis yang bersangkutan.

Umumnya, penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan :
1. Kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda.
2. Akibat gejala sisa penyakit yang pernah diserita sebelumnya.
3. Penyakit akibat kebiasaan-kebiasaan tertentu dimasa lalu ( misalnya : kebiasaan merokok, minum alkohol, dan sebagainya. ).
4. Penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut.

Mengenai gangguan sistem respirasi pada usia lanjut, karena organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia.
Menurunnya kemampuan tubuh usia lanjut untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan.
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, karena melemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga rentan terhadap kuman-kuman patogen, virus, protozoa, atau jamur.

Pada usia lanjut sering terjadi perubahan metabolik tubuh, dan sistem saluran pernapasan pun ikut mengalami perubahan.
Pada usia lanjut juga bisa terjadi perubahan respon terhadap obat-obatan, dengan penggunaan obat-obat tertentu akan memberikan respons atau perubahan pada paru dan saluran napas yang mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia muda.
Pada usia lanjut terjadi perubahan degenaratif, penyakit saluran pernapasan dan paru yang timbul akibat proses ( perubahan ) degeneratif pada usia lanjut.


Teori terbaru tentang ; kaitan asma dengan saraf parasimpatik dominan.

Dalam tubuh manusia terdapat 2 tipe saraf autonom yaitu saraf simpatik dominan dan saraf parasimpatik dominan
Orang yang bertipe saraf simpatik dominan, bersifat aktif.
Orang tipe ini gemar malakukan kegiatan di luar ruangan ketimbang di dalam ruangan, ia selalu aktif berpartisipasi dalam hal apa pun, dan kurang suka menghabiskan hari libur berdiam di dalam rumah saja.
Sebaliknya yang bertipe saraf parasimpatik dominan, bersifat santai, bergerak lambat, dan golongan penggemar kegiatan dalam rumah.
Sifat-sifat tersebut cenderung dibawa sejak lahir.

Orang yang menderita penyakit alergi termasuk asma dipicu oleh ketegangan berlebihan saraf simpatik.
Pada dasarnya alergi adalah penyakit yang muncul dari ketegangan berlebihan saraf parasimpatik, namun alergi juga dapat muncul dan bertambah parah dari ketegangan berlebihan saraf simpatik.
Saat saraf simpatik tegang, granulosit yang meningkat hanya netrofil.
Tetapi bagi orang tipe saraf parasimpatik dominan, saat saraf simpatiknya terlalu tegang, selain netrofil, eosinofil juga meningkat, sehingga memperburuk alergi sekaligus penyakit asmanya.


Tindakan Pencegahan.

Untuk mencegah serangan asma yang berulang dapat dilakukan dengan menghindari faktor pencetus alergen maupun non-alergen.
Seperti yang telah ditulis diatas dari hasil penelitian :
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil sampai dewasa sebagian besar akan menetap sampai usia dewasa.
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil sampai dewasa, kemungkinan akan hilang asmanya setelah berkeluarga.
Bila penderita sudah asma sejak dari kecil, sampai dewasa tetapi serangannya hanya ringan dan jarang, kemungkinan setelah dewasa asma akan hilang.
Bila asma timbul setelah dewasa, kemungkinan akan hilang asmanya dikemudian hari, atau kadang-kadang masih sering kambuh ( kumat ) asmanya.
Untuk pencegahan menurut teori penemuan baru dapat dilakukan dengan antioksidan, hasilnya sangat memuaskan.
Antioksidan sangat baik untuk pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, termasuk asma bronchiale.
Pencegahan memang lebih baik ketimbang sudah terjadi serangan dan diberi pengobatan.


Pengobatan asma.

Pengobatan asma ditunjukkan untuk dua hal ;
Pertama, melebarkan pipa saluran napas yang menyempit dengan obat pelebar pipa saluran napas ( Bronkodilator ).
Ke dua mengatasi radang.
Obat anti radang yang biasa digunakan obat golongan steroid.
Tujuan pengobatan asma sekarang ini adalah pengendalian asma.
Jadi dengan kata lain asma sampai sekarang masih belum berhasil untuk disembuhkan secara tuntas.
Namun, dengan menggunakan obat secara teratur, dapat dicapai keadaan asma yang terkendali.
Beberapa penelitian melaporkan, pemberian kortikosteroid secara dini dapat mengurangi lamanya serangan, mencegah kekambuhan, dan mengurangi kemungkinan dilakukan rawat inap.
Pada penelitian selanjutnya pemberian dosis tunggal obat golongan steroid dapat mengurangi timbulnya asma serta meminimalisasi efek samping yang mungkin terjadi.
Biasanya dipakai steroid yang mempunyai masa kerja pendek seperti prednison atau metil prednisolon.
Prednisolon lebih disukai ketimbang prednison, karena untuk menjadi prednisolon, prednison harus diubah lebih dahulu di organ hati.
Oleh sebab itu, bagi yang menderita penyakit hati kadar prednison tidak dapat diprediksi.
Penghentian obat golongan steroid yang kurang dari 6 hari tidak memerlukan penurunan bertahap.
Steroid berguna sebagai anti inflamasi, seperti pengurangan edema mukosa, pengumpulan mukus, supresi respon inflamasi, stabilisasi membran ( vaskular dan lisosom ) sehingga permeabilitas menjadi lebih baik.
Terima kasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar