Minggu, 06 Oktober 2013

Asma penyakit warisan yang diwariskan. ( Uraian tentang asma secara singkat, jelas dan gamblang ).

Pendahuluan.

Dan saya pun mempunyai alasan khusus, mengapa menulis tentang asma, sedangkan penyakit lainnya juga perlu perhatian.
Asma saya angkat dalam tulisan ini, dikarenakan jumlah penderitanya di dunia ini semakin membesar.
World Health Organization sendiri  mencatat lebih dari 250 juta orang di dunia yang menderita gangguan pernapasan ini.
Prevalensi ini semakin mengkuatirkan, karena setiap tahun bertambah 200 ribu penderita baru.
Sampai-sampai WHO menaruh perhatian besar terhadap penyakit ini dan diperingatinya tiap tanggal 7 mei sebagai World Asthma Day.
Peringatan seperti itu dapat diartikan mengandung seruan pada semua pihak agar mengurangi pencemaran udara, dikarenakan polusi udara yang dihasilkan dari asap rokok, pembakaran mesin kendaraan bermator dan asap industri, semua menjadi faktor yang ikut andil dalam pencetusan / alergen terjadinya asma.
Jadi tak perlu heran, apalagi terheran-heran jika saya mengangkat tulisan tentang asma ini.
Dikarenakan asma makin hari, makin menjadi persoalan masyarakat luas, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Di Amerika Serikat kasus asma meningkat 200 persen, selama kurun waktu 25 tahun terakhir dengan tingkat prevalensi 30 persen.
Sedangkan di Australia, prevalensi asma meningkat menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun dan 30 persennya kasus asma terjadi pada usia anak-anak.
Untuk Indonesia sendiri, jumlah penderita asma, tercatat sampai tahun 2011 mencapai 23 juta orang, termasuk 15 persen diantaranya anak-anak dibawah 18 tahun dengan tingkat prevalensi 9 persen.
Angka-angka ini akan meningkat setiap tahunnya.
Prevalensi penderita alergi lebih besar pada anak-anak ketimbang orang dewasa.
Sebab anak-anak lebih sensitif terpapar alergen dan sebagian lagi karena penyakit bawaan ( genetik ).

Bertambah banyaknya penderita asma juga karena dipicu oleh gaya hidup Barat yang pengaruhnya sampai ke berbagai negara.
Sebagai contoh soal :
Masyarakat lebih banyak menggunakan karpet pada lantai rumah, pemberian mainan boneka pada anak, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak serta banyak mengandung vetsin ( MSG ).
Gaya hidup seperti itu dapat menimbulkan kegemukan ( obesitas ).
Kelebihan berat badan itulah yang menjadi faktor munculnya hipersensitivitas saluran napas, tentunya bakal berujung pada munculnya serangan asma.

Pada penelitian terbaru dikatakan obesitas dapat meningkatkan risiko dan memperberat asma empat kali lipat.
Kecenderungan seperti ini banyak terjadi pada anak-anak yang tinggal dirumah dengan kebiasaan kurang gerak ditambah dengan memakan makanan berat akibatnya berat badan bertambah.
Asma ini memang merupakan penyakit yang sangat populer dikalangan medis dan masyarakat luas.
Insidensinya meningkat diseluruh dunia terutama pada anak-anak sehubungan dengan kemajuan industri dan meningkatnya polusi.
Tanpa penanganan asma yang optimal, perjalanan penyakitnya cenderung progresif dengan diselingi fase tenang dan fase kekambuhan yang mendadak ( eksaserbasi ).
Makin seringnya serangan asma pada masyarakat adalah suatu pencerminan kegagalan dari suatu terapi.
Dikarenakan di masyarakat kita sudah terbiasa dengan rayuan iklan di media masa dan membelinya sendiri obat-obat asma sesuai pilihannya.
Pasien asma juga sudah terbiasa dengan sesak yang dialaminya.
Pasien asma seringkali merasa rendah diri dan tidak suka bila orang mengetahuinya.
Biasanya pasien asma akan berusaha untuk menutupi gejala sesaknya dengan mengatur pernapasannya dan berbicara terputus-putus sesuai kemampuan napasnya.

Cara pengelolaan asma yang baik tidak hanya berpesan kepada penderita bahwa memakai obat asma bila merasa sesak napas, dan menyetopnya bila tidak lagi merasa sesak.
Cara semacam ini sama sekali tidak menguntungkan bagi penderita, diagnosis asma ditegakkan berdasarkan cara evaluasi yang objektif, dan pengelolaan awal serta lanjutannya juga harus berdasarkan metode yang objektif.
Mudah-mudahan dengan berjalannya waktu, tindakan yang tepat dan terencana dalam pengelolaan asma akan lebih baik lagi.



Elemen mineral dan asma.

Masalah gigi seringkali luput dari perhatian orang.
Ternyata dari gigi dapat menjadi petunjuk dikelak kemudian hari akan mendapatkan penyakit asma atau tidak.
Dari hasil penelitian di University of Bristol menyebutkan bahwa bayi yang kekurangan zat besi dan selenium di dalam kandungan, akan berisiko menderita sesak napas pada masa kanak-kanaknya, dan bisa berkembang menjadi asma di usia remaja nanti.
Penelitian itu diberi nama " Avon Longitudinal Study of Parents and Children " ( ALSPAC ) telah menganalisis 12.000 gigi susu anak-anak yang terdiri dari 250 anak pengindap asma dan 250 anak bebas asma.
Gigi susu sudah mulai berkembang sebelum kelahiran terjadi.
Dari lapisan enamel bisa dilacak elemen kandungan mineral bayi.
Dari kandungan elemen ini akan terlihat risiko jenis penyakit yang akan diderita bayi kelak.
Ternyata setelah diteliti banyak penyakit kronis yang sudah mulai tumbuh sebelum bayi dilahirkan.
Petunjuk yang didapat dari gigi susu akan membantu pakar dibidang medis untuk mengenali sejauh mana gangguan sesak napas dan asma pada sistem imunitas.
Dari sini dapat dilihat kandungan gizi mana yang harus diperbaiki, sehingga sejumlah penyakit dapat dihindari atau paling tidak diperkecil risikonya.
Dari hasil penelitian itu membuktikan bahwa jika kandungan selenium tinggi saat ibu hamil akan membuat bayi terhindar dari sesak napas.
Sedangkan bila kandungan zat besi tinggi akan berefek pada bayi bebas dari risiko asma.
Jadi perlu diingatkan kembali harus mengonsumsi dengan kadar yang cukup zat besi dan selenium agar bayi terhindar dari sesak napas dan asma.


Konsumsi buah dan asma.

Buah- buahan memang kaya vitamin dan mineral.
Sudah sejak dahulu nenek moyang kita mengajarkan makan buah dan sayur agar tubuh sehat dan awet muda.
Buah dijaman modern ini sedang menjadi sorotan para ilmuwan.
Para peneliti di Cornell University menemukan dari 7500 anak yang darahnya mengandung lebih tinggi kadar vitamin C, selenium, beta karoten ( semuanya komponen antioksidan ) mempunyai peluang 10 -20 % lebih kecil menderita asma dibanding anak-anak lainnya.
Sedangkan anak-anak yang mempunyai kontak lebih berat dengan lingkungan polusi ( misalnya asap rokok dan kendaraan bermotor ),  mempunyai peluang 50 % lebih kecil untuk menyandang penyakit kronis itu.
Para peneliti berpendapat, antioksidan berperan dalam mengurangi inflamasi atau pembengkakan serta melindungi saluran napas anak.
Untuk memperoleh khasiat ini tambahkan buah kaya vitamin C seperti stroberi, jambu biji merah, jeruk, mangga, nanas atau buah kesukaan anak.
Beta karoten bisa didapat dari sayur dan buah berwarna merah misalnya mangga, semangka dan dari jenis sayur yaitu wortel.
Sedangkan selenium, bersumber dari kacang-kacangan dan ikan.


Interaksi gen dan lingkungan pada asma.

Pada penderita asma sering didapatkan pengkatan Ig E dan bronchus yang hiper responsif.
Ke dua keadaan ini diduga berkaitan dengan faktor gen.
Asma dapat dianggap sebagai penyakit yang timbul akibat interaksi gen dan lingkungan.
Menurut Howard, faktor genetik yang berinteraksi dengan lingkungan yang berubah-ubah dapat menentukan gambaran klinis asma.
Misalnya faktor pengaruh lingkungan ; selama dalam kandungan, alergen dalam suatu ruangan, infeksi pernapasan ( virus ), asap tembakau ( polutan ), masalah diet.

Penelitian gen pada asma menunjukkan keterlibatan kromosom yang mengandung gen yang mempengaruhi asma, atopi, atau keduanya.
Peningkatan Ig E atau keadaan atopi dikaitkan dengan kromosom 5 q, 11 q dan 12 q.
Penelitian dilakukan pada populasi orang Jerman, Inggris, dan Karibia.
Inflamasi kronik pada asma diperkirakan dapat menimbulkan perubahan bentuk pada saluran napas, karena disini terjadi kerusakan epitel bronchus, kerusakan terjadi pada sel-sel kolumner dapat mencapai 45 %.
Perbaikan saluran napas dimulai dengan penempatan matriks fibrin / fibrinogen dan deferensiasi sel epitel.


Bersambung ke bagian ke II ( dua ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar