Selasa, 27 Juli 2010

Permak wajah timbulkan gangguan mental

Penampilan memang tak seharusnya menjadi ukuran untuk menilai seseorang.
Namun tak bisa diganggu gugat penampilan fisik turut menunjang kehidupan sosial seseorang, apakah dalam pekerjaan atau karier maupun pergaulan.
Orang ingin tampil dan kelihatan cantik karena ingin dihargai.
Operasi kecantikan tak lagi sekedar jalan untuk tetap kelihatan muda, tetapi juga meningkatkan kwalitas dan gairah hidup. Keuntungan psikologis yang didapat pada orang pasca operasi kecantikan ; kalau seseorang bisa happy sama tubuhnya, berarti mudah-mudahan dia juga happy dengan aspek-aspek lain, sehingga kwalitas hidupnya jadi lebih baik. Dengan hidung yang bisa direkonstruksi, ada harapan bahwa bentuk mukanya secara keseluruhan jadi lebih menarik, apapun standar yang dipakai.
Selama punya harapan, berarti dia masih punya kehakikian kemanusiaan. Tetapi sayang seribu kali sayang tak semua harapan operasi kecantikan membawa hasil yang melegakan seperti itu, karena masih cukup banyak orang yang berkonsultasi untuk mengoreksi hasil operasi kecantikan sebelumnya karena tak puas.
Orang yang seperti ini memiliki interpretasi tak lengkap atas konsep diri dan kepribadiannya.
Parahnya, sejumlah penelitian menemukan ada gangguan psikologis pada pasien-pasien operasi kecantikan. Penelitian dilakukan di klinik terkenal di Amerika Serikat, hasilnya ternyata 21 persen operasi kecantikan ternyata memiliki riwayat gangguan mental, 21 persen lainnya sedang menjalani pengobatan psikiatri, sedangkan pasien non operasi kecantikan hanya 7 persen yang mengalami gangguan mental.
Pasien-pasien post operasi kecantikan ini mengalami gangguan mental terkait dengan gangguan kepribadian dan sosial yang bisa mengarah ke tindakan bunuh diri.
Pada awalnya sipasien menginginkan penampilannya biar lebih baik dari sebelumnya, ia ingin memiliki kecantikan yang sempurna (wanita), penampilan lebih keren dan cakep bagi pria, karena merasa dirinya tak pantas dan merasa tertekan, sampai ia menganggap harus memperbaiki penampilan fisiknya. Celakanya mereka tidak menyadari punya gangguan psikologis.
Si pasien hanya merasa hal ini membutuhkan operasi untuk perbaikan bentuk hidung atau penglupasan kulit yang disulap instan agar mirip bintang film manca negara. Pasien menaruh harapan terlalu tinggi, setinggi menara eiffel. Tapi nyatanya harapan itu hanya setinggi pagar rumahnya.
Kekecewaanpun timbul dan menyebabkan konflik psikologis yang membawa gangguan psikologis dalam bentuk lain. Bukan hal yang tidak mungkin lagi, si pasien malah melakukan operasi kecantikan berulang-ulang, bahkan sampai kecanduan, demi mencari kepuasan.
Sipasien ini menderita BDD (Body Dismorphic Disorder), yang mengalami ketidakpuasan ekstrim terhadap penamilan diri. Ia selalu merasa ada kekurangan fisik baik yang nyata maupun hanya imajinasi saja pada dirinya. Mereka jadi stres hanya kekurangan fisik sepele.
Sebaiknya pasien seperti itu ke psikolog atau psikiater untuk therapynya, bukan melakukan operasi kecantikan. Hendaknya si pasien sebelum melakukan operasi harus di konseling terlebih dahulu, apakah pasien dengan permintaan, motivasi dan harapan yang tidak rasional, biasanya diarahkan untuk tidak menjalankan operasi agar tidak menimbulkan masalah dikemidian hari.
Bedah plastik berurusan dengan luka, yang tak bisa kembali seperti semula ( ireversible ) dan meninggalkan bekas, maka yang dibutuhkan tentunya orang yang sudah dewasa, matang kepribadian, kuat motivasinya, tahu apa yang dia mau, dan juga didukung oleh orang-orang yang terdekat. Tapi anehnya walaupun sudah ditolak oleh dokter bedah plastik, masih banyak juga tempat-tempat yang menyediakan jasa untuk permak wajah ini, yang nota bene dilakukan bukan oleh dokter yang memang bidangnya.
Di wilayah Jakarta klinik permak wajah ini sudah seperti jamur, tinggal pilih mana yang memenuhi syarat.
Penggunaan bahan-bahan suntikan seperti silikon cair dan kolagen, untuk prosedur operasi hidung, pipi, dagu dan payudara perlu diwaspadai.
Silikon cair penggunaannya sudah ditinggalkan untuk tujuan medis sejak tahun 1970, karena menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan. Implan silikon yang masih digunakan berupa bentuk padat dan gel, ini pun harus seijin dokter yang ahli dibidangnya.
Penggunaan kolagen sudah banyak dihindari karena menimbulkan reaksi hypersensitivitas dan hasil yang kurang memuaskan.
Berdasarkan sifat dan cara kerjanya, penggunaan implan kolagen sebagai sarana rejuvenasi kulit ( mengatasi kerutan akibat proses penuaan ), bukan untuk tujuan augmentasi ( mempertinggi organ tertentu, seperti memancungkan hidung, mempertinggi pipi ).
Jadi sebelum melakukan operasi, lakukan konsultasi sampai puas, jangan memaksakan diri.
Definisi cantik dapat berubah dari masa ke masa, karena sifatnya bergantung pada tren zaman.
Cantik bukan hanya dari luar, tetapi yang terpenting cantik dari dalam.
Hargailah ciptaan Tuhan mu, janganlah merubah-rubah bentuk tubuhmu yang asli.
Trimalah apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar