Senin, 21 Maret 2011

Ada pelangi di gigi.

Seperti nama judul diatas memaksa kesadaran kita mengakui bahwa gigi tidak selalu putih.
Di dunia periklanan gigi seakan dibuat materi yang eksotis, bahkan disebutkan gigi sehat, gigi putih, gigi bercahaya. Tapi apakah sudah menjadi jaminan gigi putih dan bercahaya itu sehat ?
Warna gigi manusia dewasa pada lazimnya terlihat berkisar pada gradasi warna kuning, coklat kemerahan dan abu-abu.
Setiap orang mempunyai kisaran warna yang sangat luas.
Tidak ada warna gigi yang dibenarkan atau disalahkan.
Gigi pada individu usia lanjut akan berwarna gelap sampai kekuningan.
Pada anak-anak memiliki warna tersendiri, gigi susu pada anak-anak secara umum lebih putuh dibandingkan dengan gigi dewasanya.
Semakin bertambah usianya, warna gigi seseorang akan terlihat lebih gelap.

Warna gigi dipengaruhi oleh dua jenis noda atau stain diantaranya :
Stain ekstrinsik dan stain intrinsik.
Stain ekstrinsik merupakan stain yang terlihat dipermukaan gigi.
Hal ini terjadi akibat terpaparnya gigi oleh minuman dan makanan berwarna, serta tembakau.
Noda ini tak perlu dipikirkan, karena bersifat ringan dan dapat dihilangkan dengan penyikatan gigi maupun dengan dental profilaktik.
Untuk noda yang membandel dapat dihilangkan dengan teknik yang lebih lanjut seperti teknik pemutihan gigi ( bleaching ).
Yang perlu mendapat perhatian, noda ekstrinsik yang persisten dapat berpenetrasi ke area yang lebih dalam setelah beberapa waktu lamanya.

Stain intrinsik, terbentuk pada permukaan dalam gigi.
Perubahan ini bisa karena usia, dimana gigi cenderung menguning seiring dengan bertambahnya usia.

Perubahan warna gigi yang menjadi lebih kuning karena faktor usia, kejadian seperti ini masih dibilang fisiologis.
Pada orang berusia lanjut biasanya terjadi penipisan email, sehingga lebih menampakkan dentin yang opaque ( tidak melewatkan cahaya ) hasilnya adalah warna gigi terlihat lebih gelap.

Penyebab lainnya korosi restorasi amalgam, yang membuat gigi menjadi abu-abu.
Perubahan warna gigi juga timbul akibat adanya karies, adanya masalah pada pulpa, nekrosis, perawatan saluran akar, dapat juga karena trauma.

Anti biotik tetrasiklin yang dikonsumsi saat masa pembentukkan email dapat membuat gigi menjadi ke abu-abuan.
Yang seperti ini paling rentan terjadi pada anak-anak.
Tetrasiklin dimasa lalu dikenal sebagai salah satu obat yang menjadi andalan untuk mengatasi infeksi.
Penemunya Benjamin Minge Duggar pada tahun 1948.
Setelah ditemukan tetrasiklin ini, para ilmuwan banyak menemukan senyawa kimia baru untuk membuat jenis obat baru.
Jadi penemuan tetrasiklin dianggap salah satu penemuan terpenting dalam pengembangan anti biotika dikalangan medis.

Tetrasiklin bekerja menghambat sintesis protein dari bakteri, sehingga bakteri tak dapat hidup.
Jaman dulu digunakan untuk mengatasi kolera, karena pertimbangan keamanan, saat ini hanya digunakan untuk mengatasi jerawat terinfeksi atau penyakit yang lain.

Beberapa karakteristik anti biotika jenis tetrasiklin :
- Dapat mengakibatkan perubahan warna pada gigi yang sedang tumbuh, jika dikonsumsi oleh anak.
Perubahan warna dapat bersifat permanen sampai dewasa.
- Menjadi tidak aktif bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung kalsium, sehingga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan susu, yoghurt atau produk olahan susu lainnya.
- Obat menjadi tidak aktif bila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat sakit maag ( lambung ).
- Pengguna obat menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.
- Dapat menimbulkan penyakit lupus dan gangguan pada hati ( hepatitis ).
- Tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh ibu hamil atau menyusui, karena zat aktifnya dapat masuk ke janin atau ke bayi melalui placenta dan larut pada air susu ibu.
Pada janin dapat mengganggu pertumbuhan tulang, sedangkan pada bayi mengakibatkan perubahan warna gigi.
- Bagi penderita alergi terhadap tetrasiklin dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.

Walaupun efek sampingnya tidak sedikit, obat ini cukup efektif untuk mengatasi bakteri dalam penyakit-penyakit tertentu.

Tetrasiklin juga cukup efektif pada pengobatan penyakit menular seksual ( PMS ), jerawat, infeksi saluran cerna , ulkus peptikum.

Kerja tetrasiklin ini diserap oleh tulang, obat ini dapat juga digunakan sebagai pemindai pertumbuhan tulang pada satu kurun waktu.
Biasanya digunakan untuk deteksi ada tidaknya kelainan pertumbuhan tulang.

Selain untuk pengobatan, tetrasiklin digunakan untuk penelitian, diantaranya untuk penelitian kanker.
Tetrasiklin juga digunakan sebagai salah satu komponen pada penelitian untuk mengetahui resistensi obat pada bakteri.

Diskolorisasi bisa juga disebabkan oleh penyakit yang berat dan demam pada masa anak-anak, mengkonsumsi fluoride yang berlebihan pada awal masa anak-anak seperti penelanan pasta gigi
berfluoride.
Hal ini juga turut berperan.

Warna gigi memang bukan penentu sehat tidaknya gigi, namun gigi putih tetap menjadi idaman banyak orang.
Selain dari segi kesehatan, gigi juga mengandung nilai keindahan.
Itulah sebabnya banyak orang berusaha memperbaiki kondisi giginya, jika sudah terlihat berubah warna.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar