Minggu, 06 Maret 2011

Depresi di tengah kehidupan kota besar.

Kehidupan dikota besar setiap hari disibukkan oleh beragam persoalan.
Dari senin sampai sabtu orang disibukkan dengan pekerjaan, terkadang hari minggu juga bukan digunakan sebagai hari buat keluarga, malah buat menyelesaikan masalah pekerjaan dikantor yang belum selesai.
Apa sudah begitu parahnya kehidupan dikota besar ini.
Jadi janganlah heran jika banyak orang yang merasakan sering sakit kepala tanpa sebab yang jelas, badan terasa lemas-lemas, tidak ada gairah kerja dan seterusnya.
Itu tandanya orang tersebut mengalami apa yang disebut dengan depresi.
Ada jenis depresi senin pagi, ketika bangun dari tidur dan menyadari bahwa masih ada yang akan dihadapi selama satu minggu lagi dikantor nanti.
Ada jenis depresi tengah minggu, ketika menyadari bahwa keranjang cucian sudah menumpuk penuh, bagai " gunung ".
Kemudian ada jenis depresi yang besar dan sangat berat, jenis ini menguras seluruh daya hidup, bagai menggali lubang malapetaka.

Ketika kita tidak mampu lagi mengatasinya, depresi akan semakin dalam.
Depresi adalah suatu masalah yang dapat dialami oleh setiap orang.
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang paling sering dijumpai.
Prevalensinya cukup besar sekitar 5 - 10 %, dan penderita wanita dua kali lebih banyak dibandingkan pria.
Dalam dua dekade mendatang WHO memperkirakan 300 juta penduduk dunia akan menderita depresi.

Pada tahun 2020, depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskuler.
Orang yang mempunyai kepribadian introvert harus diwaspadai, dikarenakan sangat rentan terjadi depresi.
Seorang yang introvert cenderung berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak berkonsultasi dengan temannya, beban masalahnya tidak tersampaikan sehingga terus tersimpan dan menumpuk.
Hal ini dapat memicu gangguan depresi.
Depresi dapat dipicu oleh stres dan peristiwa-peristiwa trumatis.
Jika seseorang yang tidak bisa mengelola stres dalam kehidupannya, maka akan mudah terkena depresi.
Begitu juga dengan peristiwa-peristiwa kehidupannya yang sangat menyakitkan.
Misalnya karena berakhirnya hubungan perkawinan atau percintaan, kematian orang yang dikasihi, pemberhentian kerja atau pemindahan tempat kerja atau masalah keuangan.
Stres tidak sama dengan depresi.
Stres adalah pemicu depresi dan bila penyebab stres dapat diatasi, stres pun hilang.
Sedangkan bila seseorang sudah terkena depresi, orang itu harus diobati, karena depresi merupakan penyakit kejiwaan.
Salah satunya karena gangguan pada sistem kimia di otak.

Jika seseorang mengalami trauma kehidupan misalnya peristiwa-peristiwa besar yang menyakitkan orang itu akan berada diambang depresi.
Reaksi terhadap peristiwa traumatik itu yang wajar dua minggu sudah pulih kembali.
Bila setelah dua minggu tidak ada perubahan, menurut konsensus para psikiatri sedunia, orang itu terkena depresi.
Trauma itu membuatnya semakin jauh dalam kesedihan yang mendalam.
Ia menjadi pemurung, merasa dirinya tak berharga, tidak percaya diri, putus asa, diliputi rasa bersalah, tidak semangat melakukan aktivitas, pola makan dan tidur berubah dan kerap berpikir bunuh diri, itulah gejala depresi.

Depresi juga dapat menimbulkan berbagai masalah klinis, seperti pada penelitian ilmuwan Brigham and women's Hospital Amerika Serikat, Para wanita yang mengalami depresi ternyata berisiko tinggi mengalami menopause lebih awal dibandingkan yang seharusnya dan mereka berisiko tinggi pula mengalami osteoporosis dan masalah kesehatan lain yang berkaitan.
Dalam studi dilakukan terhadap 344 orang wanita penderita depresi dan 622 orang yang tidak menderita depresi.
Depresi mempunyai pengaruh langsung terhadap rendahnya produksi hormon estrogen.
Kondisi ini menyebabkan para wanita penderita depresi menjadi lebih cepat mengalami menopause, yaitu pada usia 36 - 45 tahun.
Risiko mengalami menopause dini itu sendiri meningkat hingga 20 persen dibanding mereka yang bukan penderita depresi.
Pasien dengan gejala depresi ini sering ditemukan pada praktek-praktek dokter umum dipelayanan primer.
Diduga sekitar 10 - 20 % dari pasien yang datang ke dokter pelayanan primer memperlihatkan gejala depresi.
Biasanya pasien datang dengan keluhan klinis pada umumnya seperti mengaku pusing, perih ulu hati ( maag ) dan kelelahan.

Pasien-pasien depresi sebaiknya mendapat perhatian dan penanganan yang serius agar tidak berkepanjangan.
Depresi yang berkepanjangan selain akan menyebabkan gangguan kesehatan mental yang lebih fatal pada individu yang bermasalah, juga dapat mempengaruhi produktivitas rekan sekantor, maupun keluarga dirumah, bahkan masyarakat luas.

Wanita lebih rentan depresi karena keseimbangan hormon yang berbeda setiap bulan.
Tuntutan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja, juga membuat kondisi wanita lebih tertekan.
Berbeda dengan pria, wanita cenderung tidak menutupi gejala depresi yang dialaminya.
Sementara pria yang depresi umumnya berusaha tampak tegar karena tak mau dianggap lemah. Anehnya angka bunuh diri pada pria lebih tinggi tetapi angka percobaan bunuh diri pada wanita empat kali lebih tinggi.
Disini pria memikirkan cara yang pasti saat mengeksekusi dirinya, seperti terjun dari gedung tinggi atau menembak kepalanya.
Sementara wanita cenderung mencoba-coba dan mencari cara yang lebih lembut, misalnya minum obat berbahaya dalam dosis tinggi.
Bahkan wanita berusaha tampil cantik saat mengeksekusi dirinya, yang menunjukkan unsur femininnya.
Wanita memilih tidak ingin mati dalam keadaan mengerikan dan tetap meninggalkan citra keindahan wanita.

Depresi merupakan gangguan mood, yaitu kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental ( berpikir, berperasaan, dan berprilaku ) seseorang.
Pada umumnya mood yang dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Depresi dapat disebabkan oleh faktor biologis dan psikososial.
Dari segi biologis, depresi dikaitkan dengan faktor genetik ( keturunan ) dan gangguan pada sistem neurotransmiter di otak yang berperan dalam prilaku seseorang, yaitu serotonin, dopamine dan nor-epinefrin.
Serotonin dan nor-epinefrin dianggap paling berperan, sehingga hampir semua obat anti-depresi bekerja di dua neurotransmiter itu.

Dari segi psikososial, depresi timbul karena kekeliruan dalam pola asuh masa kanak-kanak, peristiwa kehidupan yang menyakitkan, buruknya dukungan sosial dan gangguan hubungan antar personal.

Penderita depresi sering memilih untuk menyimpan sendiri beban pikiran dan perasaannya.
Mereka tidak ingin dicap bersalah, lebih-lebih para profesional yang tidak ingin image nya luntur.
Kuncinya ada komitmen dan kesungguhan untuk menyelesaikannya.
Jika tidak akan menemui jalan buntu hingga akhirnya malah menambah problem emosi, perasaan gagal dan bersalah muncul dalam benak penderita.
Si pasien akan merasa pesimis akan hidup dan masa depannya.

Selain terapi dengan cara medis, penderita dianjurkan untuk mendekatkan diri pada yang kuasa melalui anjuran agama yang dianutnya.
Meski dampak depresi berbahaya, masih banyak cara untuk menghindarinya.
Yang terpenting bentengi diri anda dari depresi dan deteksi gejalanya sejak dini.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar