Paradigma yang menganggap " satu obat untuk semua " sekarang ini mulai ditinggalkan, dikarenakan kurang efektif.
Selama ini hasil pengobatan belum mengenai sasaran.
Banyak pasien yang datang untuk berobat tidak menerima manfaat dari hasil pengobatan itu sendiri, justru malah mengalami efek samping dari obat yang di konsumsi.
Yang perlu diperhatikan disini ialah antar tubuh pasien memiliki perbedaan biologis yang mempengaruhi efektivitas dari obat-obatan yang diberikan.
Hal seperti ini membuat tak semua pasien mendapat manfaat yang memadai.
Sebagai contoh soal pada penyakit kanker, selama ini diberikan pengobatan konvensional dengan menggunakan obat-obatan yang sama.
Seharusnya tidaklah demikian kalau menurut teori diatas.
Apalagi kanker merupakan penyakit yang kompleks, ada banyak gen yang berperan dan protein yang terlibat dan berinteraksi dalam perjalanan penyakit ini.
Karakteristik individu, baik yang terkait dengan penyakit maupun tidak, dapat mempengaruhi bagaimana suatu obat bekerja.
Atas dasar teori tersebut, kini konsep personalisasi perawatan kesehatan mulai dikembangkan.
Konsep ini dilandasi pengamatan bahwa pasien dengan diagnosis sama bisa saja memberi respon berbeda terhadap pengobatan yang sama.
Suatu obat bisa efektif untuk seorang pasien tetapi obat yang sama mungkin tak memperlihatkan hasil yang diharapkan pada pasien lain.
Bahkan, pada beberapa kasus dapat menimbulkan efek samping yang tak diinginkan.
Pendekatan ini juga menjawab pertanyaan mengapa seseorang menderita kanker sedang yang lain tidak, mengapa kanker lebih agresif pada seseorang dibanding pasien lain.
Pendekatan ini adalah upaya memberi terapi paling tepat untuk tiap pasien berdasarkan pemahaman aspek biologi penyakit, mekanisme kerja obat, perbedaan biologis antar pasien.
Pendekatan berbasis genotipe pasien ini memberi peluang bagi pasien untuk mendapat manfaat optimal tetapi, menghindari efek samping, mencegah dan mendeteksi penyakit.
Pendekatan genomik akan memberi kontribusi untuk menemukan penanda biologik.
Hal ini penting untuk pendeteksian dini, diagnostik, terapi berfokus sasaran, dan pemantauan pasien.
Pada penerapan personalisasi perawatan kesehatan, kita ambil contoh penatalaksanaan kanker payudara.
Kemajuan teknologi diagnostik mampu mengidentifikasi bahwa kanker payudara memiliki beragam jenis dan hanya kanker payudara dengan HER 2 positif yang akan merespons pengobatan dengan herceptin.
Jadi bila seseorang mengetahui bahwa dirinya memiliki gen penyebab kanker, ia dapat mencegah munculnya penyakit yang mematikan itu sedini mungkin.
Pada penatalaksanaan penyakit hepatitis C, tes diagnostik berbasis genotipe pasien, membuat dokter dapat memprediksi respons pasien terhadap pengobatan, sehingga dapat menentukan lamanya pengobatan.
Sejumlah pusat penelitian di berbagai negara sekarang ini tengah mengumpulkan ribuan sampel DNA untuk studi aplikasi lanjutan.
Permintaan dari banyak orang untuk uji genetika meningkat tajam, dengan tujuan untuk melihat potensi dari tiap-tiap orang bisa terkena penyakit-penyakit tertentu termasuk penyakit yang mematikan dalam kehidupannya.
Penerapan teori personalisasi perawatan kesehatan berdasar genetika memunculkan harapan baru untuk mendeteksi penyakit sejak dini dan pemilihan obat yang tepat, aman dan efektif untuk tiap individu dengan tujuan akhir mencapai kesembuhan yang sempurna.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar