Ingat kata pengawet, sekaligus mengingatkan pikiran kita pada formalin yaitu sang pengawet cadaver ( mayat ), yang sama sekali bukan untuk pengawet makanan manusia hidup.
Formalin, boraks dan sebangsanya sempat ngetop, tetapi kemudian menghilang ditelan angin senja.
Penulis tidak membahas tentang formalin yang sudah usang, tetapi akan menjelaskan dan mencari jalan keluar tentang pengawet yang awet dan aman bagi manusia.
Pengawet sesuai dengan namanya berfungsi untuk membuat makanan dan minuman lebih awet sehingga punya daya simpan lebih lama.
Hampir semuanya produk dari makanan dan minuman mengandung bahan pengawet.
Jadi tak bisa disangkal lagi, hampir semua orang pernah mengonsumsi pengawet.
Baik berupa makanan atau minuman, yang kemasan atau yang dijual di kaki lima pinggir jalan.
Mungkin hanya orang-orang tua kita dulu atau nenek moyang yang hidup dipedesaan yang tidak mengenal pengawet seperti sekarang ini.
Secara garis besar, pengawet dibedakan menjadi dua golongan :
Food grade dan non-food grade.
Dari golongan Food grade misalnya : Natrium benzoat, kalium sorbat, propionat, sulfur dioksida, bisulfit, metabisulfit, nitrat, nitrit, dan parahidroksi benzoat.
Dari golongan non-food grade misalnya : formalin, boraks, nitrofurazon, salisilat, dietilpirokarbonat, klorat, dulcin, boric acid dan bromat.
Menurut ilmu pangan, pengawet golongan food grade yang aman dipakai dapat digolongkan sebagai Generally Recognized As Safe ( GRAS ), atau dalam bahasa sederhananya disebut sebagai pengawet makanan yang diizinkan alias diperbolehkan.
Nama pengawet- pengawet yang sudah baku, terkadang muncul dengan beberapa nama, seperti pengawet benzoat, muncul dengan nama natrium benzoat, sodium benzoat.
Pengawet sorbat ditulis sebagai kalium sorbat, potasium sorbat.
Sebenarnya nama-nama itu termasuk satu senyawa natrium sama saja dengan sodium.
Jadi natrium benzoat, ya sama dengan sodium benzoat.
Begitu juga kalium sama saja dengan potasium ( cuma nama lainnya ).
Terkadang pengawet ini disebut asam benzoat dan asam sorbat.
Untuk pengawet golongan non-food grade, pengawet ini sama sekali dilarang untuk digunakan didalam makanan dan minuman, apapun tujuannya.
Tahu harus terbebas dari formalin, bakso harus lepas dari boraks.
Yang diperbolehkan hanya bahan pengawet dari golongan food grade, itupun harus mengikuti aturan tentang takaran maksimal.
Sebagai contoh soal, dosis maksimal benzoat 0,1 % artinya, tiap kg produk tidak boleh mengandung asam benzoat lebih dari 1 gr.
Dengan catatan asal batas maksimum ini tidak dilampaui, benzoat aman dikonsumsi.
Masalah kesehatan baru akan muncul kalau dosisnya melampaui batas maksimum ini.
Pengaturan penentuan besarnya angka berdasarkan konsep yang disebut Acceptable Daily Intake ( ADI ).
Konsep ini berlaku juga untuk bahan-bahan tambahan pangan lainnya, semacam pemanis, pewarna, penyedap rasa dan sebangsanya.
Untuk informasi besarnya ADI dapat dilihat pada label kemasan prodik makanan dan minuman yang bersangkutan.
Apa itu ADI ?
ADI adalah jumlah maksimal suatu bahan tambahan yang bisa dikonsumsi setiap hari tanpa menimbulkan risiko kesehatan yang berarti.
Dengan catatan, asal tidak melampaui ADI nya, bahan tambahan pangan seperti pengawet benzoat dan sorbat itu aman dikonsumsi.
Jadi tak perlu khawatir dan cemas lagi.
Bahan pengawet yang disebut aman dan bisa awet ini berasal dari bahan-bahan resmi yang diakui secara internasional.
WHO telah menjamin bahwa natrium benzoat dan kalium sorbat aman untuk dikonsumsi.
Jaminan itu diberikan juga oleh lembaga internasional lainnya seperti : FDA, JECFA, CAC.
Semua lembaga ini, sebagai rujukan utama dalam hal yang menyangkut bahan tambahan pangan.
Begitu juga POM telah menyetujui, bahwa pengawet tersebut aman untuk dikonsumsi.
Keduanya sudah puluhan tahun dipakai sebagai pengawet diseluruh dunia.
Ke dua senyawa ini juga terdapat secara alami didalam buah dan rempah-rempah tertentu yang biasa dikonsumsi manusia.
Sebagai contoh soalnya : asam benzoat dapat ditemukan didalam cengkeh, kayu manis, dan beberapa buah berry tertentu.
Itulah sebabnya secara alami masakan yang kaya rempah-rempah biasanya lebih awet dari pada yang tak pakai rempah-rempah.
Di dalam tubuh manusia, asam benzoat akan dimetabolisme di dalam organ hati.
Pada organ hati ini, asam benzoat bereaksi dengan asam amino glisin, membentuk asam hipurat.
Selanjutnya, produk asam hipurat ini dikeluarkan lewat urine.
Mekanisme ini dapat mengeluarkan 66 % - 95 % benzoat dari dalam tubuh.
Sisa benzoat yang masih tertinggal akan dimetabolisme dengan bantuan asam glukoronat.
Lewat dua jalur metabolisme ini, benzoat di keluarkan dari dalam tubuh.
Sepanjang tidak ada gangguan pada organ hati, benzoat tidak akan terakumulasi.
Sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah yang bisa menggugurkan data keamanan benzoat maupun sorbat.
Ke dua pengawet ini masih masuk kategori GRAS.
Jika masih ada kecurigaan terhadap bahaya dari ke dua pengawet ini, hal seperti itu masih sebatas dugaan.
Terlepas dari benar atau tidaknya bahaya pengawet, itu adalah hak bagi setiap orang untuk menghindari konsumsi bahan tertentu.
Konsumen berhak tahu apa yang ia beli dan apa yang ia konsumsi.
Produsen juga wajib menginformasikan segala bahan yang terkandung di dalam makanan atau minuman yang ia perjualbelikan.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar