Ketiga pengertian kata diatas memang hampir mirip, semuanya mengartikan tidak mau melakukan aktivitas atau kurang mau melakukan kegiatan.
Sekilas memang hampir tak terlihat, tetapi sebenarnya berbeda, ibarat sambal terasi berbeda dengan sambal lainnya walaupun sama-sama sambal.
Jadi lain lubuk, lain belalangnya. Lain gatal, lain pula bagian yang digaruknya.
Sekarang marilah kita membahas satu persatu pengertian itu.
Jika seseorang seharian bekerja atau sehabis latihan olahraga atau kerja fisik yang berat yang dirasa sangat menguras tenaga, dan datang ke rumah dalam keadaan lelah itu wajar.
Lelah akibat terkurasnya energi ini, biasa disebut lelah fisik, ini sangat berguna untuk melindungi diri, ibaratnya seperti alarm yang mengingatkan bahwa tubuh perlu istirahat.
Dengan istirahat yang cukup rasa lelah akan lenyap.
Namun jika begitu bangun tubuh masih merasa lelah, itu baru tidak wajar, artinya ada yang tidak beres dengan kondisi tubuh orang tersebut.
Dengan kata lain, itu bukan sekedar lelah, tetapi kelelahan.
Kelelahan ini biasanya disebabkan oleh gejolak emosi, seperti rasa bosan, rasa bersalah, atau cemas.
Yang seperti ini disebut juga kelelahan kronis dan ini baru menjadi masalah, soalnya akan lebih susah untuk diatasi.
Di pasaran banyak dijumpai penjual jenis obat-obatan pengusir rasa lelah, namun obat-obat pemacu energi semacam itu sama sekali tidak bermanfaat, energi semakin terkuras dan malah akan bertambah merasa letih.
Kelelahan ini, menurut hasil penelitian Dr. Karin Olson dari Universitas Alberta, Edmonton, Kanada, kerap dibarengi dengan depresi, sulit konsentrasi, cemas, susah tidur, dan lebih sensitif dari biasanya.
Untuk tindakan pemulihannya, diperlukan penanganan khusus, kalau cuma sekedar tidur atau olahraga saja, jelas tidaklah cukup.
Sebab kelelahan adalah gabungan masalah fisik dan psikis yang umumnya sudah berlarut-larut.
Untuk mengurai permasalahan ini perlu bantuan konsultasi psikolog.
Secara bertahap proses pemulihan dapat teratasi, sehingga dapat mengembalikan motivasi kerja seperti sediakala.
Kita mengenal juga yang namanya kelelahan mental ( nervous breakdown ), yang ini termasuk dalam fase pradepresi.
Orang tipe ini sering tak bersemangat dalam melakukan segala jenis kegiatan atau aktivitasnya.
Sungguh menyedihkan, sampai-sampai romantika dalam kehidupannya pun sudah tak tersisa lagi.
Orang seperti ini biasanya sering menunjukkan gejala-gejala fisik seperti tidak bisa mengendalikan matanya yang terus-menerus berkedip, dan sering mengerutkan otot wajahnya.
Saat sedang membaca, tenggorokan merasa terganggu dan otot-otot wajah menegang.
Biasanya penderita neurosis seperti ini tidak mampu mengatasi ketegangan sarapnya, karena mengalami ketidakdewasaan emosional.
Orang yang tidak memiliki gairah untuk beraktivitas gejala semacam ini biasanya dikira karena lelah, kelelahan atau yang terakhir orang tersebut memang pemalas yang dalam ilmu psikologi dimasukan sebagai salah satu bentuk perilaku.
Dalam kamus bahasa Indonesia malas diartikan sebagai tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu, segan, tidak suka, tidak bernafsu.
Dalam hal sering menunda pekerjaan atau menyelesaikan tugas tetapi tidak sesuai waktu yang sudah ditetapkan saja sudah bisa disebut sebagai perilaku malas.
Akibat perilaku seperti ini sudah tentu penurunan produktivitas yang bersangkutan.
Di jaman sekarang semuanya harus dilakukan serba cepat dan tepat, perilaku malas jelas sangat merugikan yang bersangkutan.
Sebab pada era ini berlaku sistem nilai, siapa yang mampu dan produktif, akan menjadi yang terbaik dan termasuk orang yang berhasil.
Tetapi perilaku malas ini bukanlah kartu mati yang tidak bisa diubah.
Perilaku malas terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan, karena tidak memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan itu.
Dalam ilmu psikologi seseorang berperilaku tertentu karena adanya energi yang mendorongnya untuk berperilaku.
Energi inilah yang disebut motivasi, yaitu hal yang mendorong seseorang bertingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi dipengaruhi oleh suatu sikap yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri.
Sikap bisa positip, bisa juga negatip, hal itu timbul karena adanya persepsi atau pemberian makna terhadap suatu objek atau peristiwa.
Persepsi atau pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yaitu suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu.
Sistem nilai yang tertanam dalam diri seseorang ini dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, dan orang tua.
Dalam hal ini perilaku malas terjadi lantaran tidak memiliki motivasi.
Sikap malas muncul dikarenakan dibenaknya tertanam persepsi yang salah.
Persepsi semacam itu dapat terjadi dalam keluarga atau lingkungan disekitar yang kurang mendukung.
Sebenarnya perilaku malas dapat dibentuk kembali menjadi tidak malas.
Namun hal itu tergantung manusianya.
Jadi dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling mendasar adalah mengubah persepsinya.
Perilaku manusia pada dasarnya dapat diubah.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar