Hewan piaraan yang bernama kucing ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita, bahkan sampai ujung bumi pun hewan ini dikenal.
Kucing cukup banyak penggemarnya dari anak-anak sampai orang dewasa.
Namun hewan yang lucu ini, banyak menyimpan permasalahan didalam tubuhnya.
Menurut penelitian terakhir menunjukkan, bulu kucing menyimpan semacam toksin sebagai biang keladi penyebab meningkatnya risiko penyakit eksema pada bayi yang baru dilahirkan.
Pada mulanya peneliti di Amerika Serikat hanya penasaran dengan melihat banyaknya bayi yang mengalami eksema di tengah keluarga yang memelihara kucing.
Para peneliti terpanggil untuk mencari jawabannya.
Lalu mengikuti perkembangan sekitar 486 bayi di AS sejak mereka dilahirkan.
Kemudian mengikuti perkembangan selama satu tahun.
Para bayi yang dilahirkan ditengah binatang piaraan kucing, serta bayi yang dilahirkan dengan tanpa binatang piaraan.
Hasil yang diperoleh, lebih dari 27 persen dari 134 anak yang lahir di tengah lingkungan yang memelihara kucing, menderita eksema pada usia satu tahun.
Jumlah itu lebih besar dibandingkan anak yang lahir tanpa didampingi hewan peliharaan tersebut.
Tepatnya, dari 286 anak yang lahir tanpa kucing dirumah, hanya sekitar 17,8 persen yang terkena eksema.
Namun sebaliknya, dari 76 bayi yang dilahirkan dirumah yang memiliki dua atau lebih hewan piaraan anjing, hanya 10 anak yang terkena eksema atau sekitar 13,2 persen.
Jumlah itu lebih kecil dibandingkan anak yang lahir tanpa hewan piaraan anjing dirumah mereka, yaitu 22 persen atau 71 anak dari 324 anak.
Dari hasil penelitian ini kita memperoleh gambaran bahwa, hewan piaraan adalah sumber ( media ) terbaik bagi satu persenyawaan yang disebut endotoksin.
Jika seorang anak sudah terkena endotoksin diawal kehidupannya, mungkin sistem kekebalan tubuhnya akan terganggu, sehingga tidak bisa mengembangkan profil alerginya lagi.
Penelitian ini masih memerlukan pengkajian lebih jauh, terutama jika dikaitkan alergi hewan piaraan dengan beberapa penyakit penyebab alergi seperti asthma bronchiale dan rhinitis alergika.
Mengingat banyak data tentang alergi yang masih kontradiktif dengan penemuan ini.
Penelitian ini sangat menarik, tetapi belum menjadi suatu kesimpulan, karena terlalu dini untuk mengetuk palu.
Sedangkan banyak persoalan lain yang menyangkut kaitan antara hewan piaraan dengan penyakit atopik, eksema.
Para peneliti juga mengatakan kita harus hati-hati dalam memutuskan pembersihan ( pemusnahan ) hewan piaraan dari lingkungan rumah, karena anak-anak yang sekarang terbiasa dengan bulu kucing dan anjing, kemungkinan malah bisa mengembangkan sistem kekebalan tubuhnya terhadap alergi di usia dewasa dikemudian hari.
Walaupun begitu tetap diakui bahwa kucing adalah hewan yang paling banyak menyebabkan alergi ketimbang hewan piaraan lainnya.
Di AS, hewan kucing dapat memperburuk penderita asthma bronchiale hingga 40 persen.
Selain itu bulu, kotoran kucing yang sudah kering juga menjadi tempat berkembang biak paling nyaman bagi toksoplasma.
Eksema sendiri, salah satu jenis alergi yang banyak diderita anak-anak.
Eksema berasal dari bahasa Yunani, eczema, yang artinya mendidih, kata itu menggambarkan rasa dan kondisi pada penderita eksema akut, selain terasa sangat panas juga sangat gatal.
Rasa seperti itu diderita oleh satu dari tiap lima anak dan satu dari tiap dua belas orang dewasa.
Gen penyebab eksema telah diketahui sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, tetapi masih sulit untuk dianalisa.
Pada penelitian terbaru gen itu ternyata memproduksi protein filaggrin yang berfungsi melindungi kulit luar.
Filaggrin biasanya bertumpuk di lapisan kulit paling luar.
Ia berfungsi mencegah masuknya bakteri dan virus, sekaligus menjaga kadar air agar kulit tidak kering.
Kurang atau tidak adanya filaggrin menyebabkan kulit sangat kering dan pecah-pecah.
Jika tidak hati-hati, kondisi ini bisa berkembang ke arah eksema.
Kucing juga sudah lama menjadi peringatan khususnya bagi ibu hamil.
Ibu hamil selalu diingatkan agar jangan terlalu berakrab-akraban dengan hewan yang bernama kucing.
Sebab kista parasit yang menempel pada bulu hewan ini akan membahayakan si jabang bayi dalam kandungan.
Disini disarankan juga selain kucing yaitu anjing, sapi, babi, ayam, burung, dan jenis unggas yang lain.
Ibu hamil yang terinfeksi kista parasit dari hewan kesayangan ini, bayinya akan lahir cacat.
Hal ini khusus untuk kandungan yang usianya sudah enam bulan ( 24 minggu ) ke atas.
Sedangkan bagi yang usia kandungannya masih muda akan menyebabkan keguguran ( abortus ). Abortus akan menyerang ibu hamil pada trimester pertama.
Sedangkan bila terkena pada ibu hamil trimester ke dua, maka anaknya akan menderita hydrocephalus ( kepala membesar ), kebutaan, dan gangguan sarap.
Kista parasit ini akan hidup subur dalam otak manusia.
Jadi kalau otak manusia sudah terkena kista, maka tingkat kecerdasannya pun akan ikut terganggu.
Memelihara kucing tidak ada salahnya bagi yang menyukai, tetapi akan dianggap salah jika tubuh menjadi bermasalah akibat si kucing peliharaan yang dianggap tidak salah.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar