Buta warna masih dianggap perlu untuk diketahui dan menjadi suatu keharusan.
Dikarenakan ditempat praktek dokter umum sering sipasien meminta surat keterangan untuk buta warna, sebagai persyaratan supaya bisa diterima dipekerjaannya.
Memang ada beberapa pekerjaan yang memerlukan sertifikasi buta warna seperti ; dokter, ahli kimia, elektro, ahli disain interior, sopir taksi, angkutan umum dan sebagainya.
Tentunya sertifikasi ini diperlukan untuk mencegah kelalaian atau kecelakaan dalam melakukan pekerjaan akibat gangguan penglihatan warna.
Kecelakaan dapat saja mengenai yang bersangkutan atau orang lain.
Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu, dan umumnya terjadi akibat kelainan yang dibawa sejak lahir dan diturunkan.
Pada penderita buta warna, sebagian informasi yang dilihat mata tidak akan lengkap, dengan demikian matapun hanya dapat meneruskan informasi tersebut ke otak sesuai apa yang dilihat, sehingga hasil yang diolah di otak juga sesuai dengan yang diterimanya.
Dengan demikian informasi yang diterima tidak sempurna.
Mata adalah salah satu dari ke lima indra kita yang sangat penting, salah satu kehebatannya adalah kemampuannya dalam hal persepsi warna.
Dengan kemampuan ini membuat dunia tampak indah, penuh warna-warni.
Mata bisa mengenali warna dikarenakan adanya interaksi antara sel-sel mata dengan cahaya.
Ketika mata melihat benda, cahaya dari benda itu masuk ke dalam mata melewati kornea dan lensa mata.
Keduanya berfungsi seperti diafragma di dalam kamera yang memfokuskan cahaya.
Cahaya ini selanjutnya ditangkap oleh sel-sel yang disebut fotoreseptor di retina.
Dari retina, rangsangan cahaya ini kemudian diteruskan oleh serabut saraf optik menuju pusat pengolahan data penglihatan di otak.
Bagian otak inilah yang bertanggung jawab terhadap persepsi warna.
Untuk bisa membedakan warna, mata memiliki dua macam fotoreseptor yang terdapat dilapisan retina. Fotoreseptor tersebut adalah sel batang ( rod ) dan sel kerucut ( cone ).
Sel batang terletak di bagian tepi retina, jumlahnya lebih dari seratus juta sel.
Sel ini berfungsi untuk melihat objek bergerak, melihat dalam keadaan gelap, serta membedakan hitam dan putih.
Sel batang ini sensitif terhadap cahaya, tetapi tidak dapat membedakan warna pelangi.
Ia hanya dapat mempersepsikan warna sebagai bayangan abu-abu, hitam, dan putih.
Sedangkan sel kerucut merupakan fotoreseptor yang terletak di bagian tengah dari retina, jumlahnya sekitar enam juta sel.
Sel ini berfungsi untuk melihat benda secara detail pada keadaan terang.
Yang tidak kalah penting, ia juga berfungsi untuk membedakan warna yang kita lihat.
Sel kerucut dibedakan menjadi tiga jenis yaitu ; merah, biru, dan hijau.
Ke tiga jenis sel kerucut inilah yang mengenali perbedaan warna objek yang kita lihat.
Fotoreseptor kerucut ini otomatis sensitif terhadap cahaya biru, hijau dan merah yang merupakan dasar penglihatan warna secara keseluruhan.
Pada manusia normal, bagian-bagian dari mata ini bekerja dengan baik, sehingga mata bisa mengenali warna.
Namun pada sebagian orang, sel-sel fotoreseptor tidak bekerja dengan sempurna.
Akibatnya, mata tidak bisa membedakan warna dengan baik.
Mereka inilah yang kita sebut sebagai penyandang buta warna.
Angka kejadian buta warna di Indonesia tidak diketahui dengan pasti, tetapi di negara Eropa diperkirakan sekitar 8 - 12 % laki-laki dan 1 % perempuan menderita buta warna.
Perempuan dapat menjadi pembawa ( carrier ), kromosom untuk buta warna, walaupun secara klinisnya tidak buta warna.
Buta warna merah-hijau merupakan bentuk buta warna yang paling sering, sekitar 99 % dari seluruh penderita buta warna, dimana penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau.
Bentuk lain adalah buta warna biru-kuning, ini jarang ditemukan dan lebih sering dihubungkan dengan penyakit yang timbul setelah dewasa.
Buta warna total, dimana seseorang hanya dapat melihat warna abu-abu dan hal ini jarang sekali terjadi.
Ada beberapa tipe buta warna :
1. Buta warna total ( rod monochromatism ).
Disini retina hanya memiliki sel batang sebagai fotoreseptor.
Sel ini hanya dapat mempersepsikan warna abu-abu, hitam, dan putih.
Retina tidak memiliki sel kerucut yang berfungsi mengenali warna-warni pelangi.
Itu sebabnya penyandang buta warna total hanya bisa mempersepsikan warna dalam bentuk gradasi warna abu-abu.
Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor keturunan dan jarang ditemukan.
2. Buta warna sebagian atau parsial.
Jenis ini yang lebih banyak ditemukan.
Biasa disebut juga sebagai defisiensi warna atau kelemahan warna.
Pada defisiensi warna ini masih dapat mengenali warna-warna tertentu dengan gradasi warna yang berbeda dari orang normal.
Defisiensi warna umumnya terjadi pada warna merah - hijau.
Sebagian besar kasus buta warna termasuk kategori ini.
Bagi yang buta warna merah-hijau akan mengalami kesulitan membedakan warna merah, hijau, dan coklat.
Jenis lainnya, buta warna biru, disini bukan berarti penyandang tidak bisa melihat warna biru.
Disebut demikian, karena penderita hanya memiliki sel batang dan sel kerucut biru yang berfungsi normal. Akibatnya mereka justru hanya bisa melihat gradasi warna biru, hitam, putih, serta abu-abu.
Paling sering penyebab buta warna adalah faktor keturunan, biasanya terjadi pada ke dua mata dan tidak memburuk seiring dengan bertambahnya usia.
Kelainan ini lebih banyak diderita pada laki-laki dari pada perempuan.
Prosentase pada laki-laki 5 - 8 %, sedangkan pada perempuan sekitar 0,5 % saja.
Buta warna selain disebabkan oleh faktor keturunan, bisa juga disebabkan oleh non-keturunan, misalnya : pada defisiensi warna tipe achromatopsia sentral.
Defisiensi warna ini diakibatkan oleh hilangnya penglihatan warna karena gangguan pada sistem saraf pusat.
Penyebab lainnya karena kelainan yang didapat, misalnya ; kecelakaan atau trauma pada retina dan otak.
Pada umumnya kelainan ini hanya terjadi pada salah satu mata saja dan dapat memburuk seiring perjalanan waktu.
Defisiensi warna bisa juga disebabkan oleh infeksi pada masa kehamilan, seperti ; toksoplasma, yang dapat menyebabkan kecacatan pada mata bayi yang baru dilahirkan.
Sel-sel fotoreseptor dapat mengalami kerusakkan bila terpapar radiasi sinar ultraviolet, contohnya ; bila kita bekerja dibawah paparan sinar matahari tanpa pelindung mata.
Gejala yang muncul pada awalnya, warna yang dilihatenjadi pudar atau bahkan menjadi kelabu yang terparah, penderita tidak dapat menyebutkan nama warna walaupun mereka masih dapat mengenali warna dengan cara mencocokkannya dengan warna yang sama.
Sampai sekarang ini gangguan persepsi warna belum ditemukan cara penanganannya, baik melalui pengobatan maupun tindakkan.
Namun sipenderita dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.
Yang perlu dicatat, jarang sekali ditemukan seseorang mengalami buta warna total, kebanyakan adalah buta warna parsial.
Untuk mengetahui ada tidaknya buta warna dilakukan uji klinis yang sederhana yaitu dengan tes Ishihara.
Metode ini dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan defisiensi warna.
Cara ini dapat dilakukan di klinik-klinik pengobatan umum.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar