Kelahiran seorang bayi memang suatu kasih karunia dan anugerah dari sang pencipta yang tak ternilai harganya.
Oleh karena itu, jika ada perubahan sedikit saja pada si bayi sudah cukup membuat orang tuanya menjadi pusing sembilan keliling.
Tak heran lagi, bila seorang ibu meraba tubuh bayinya hampir setiap saat untuk memastikan apabila suhu tubuhnya berubah.
Bahkan saat bayi sedang tidur sekalipun, sang ibu akan selalu tetap waspada.
Kotoran atau tinja yang keluar dari dubur bayi juga tak luput dari perhatian orang tuanya.
Karena dengan melihat kotoran bayi, si ibu dapat mengetahui kondisi kesehatan buah hatinya itu.
Pada beberapa keadaan kotoran bayi dapat mencerminkan kondisi kesehatan si bayi.
Tetapi disarankan orang tua jangan terlalu reaktif dan bertindak berlebihan serta menjadi khawatir tanpa alasan, setelah melihat kotoran bayinya tidak seperti biasanya.
Dalam batas-batas normal kotoran bayi akan berubah sesuai dengan apa yang masuk dalam pencernaan sang bayi.
Selain itu, setiap kali bayi menuju fase pertumbuhan kerap diikuti perubahan bentuk kotoran.
Misalnya saat bayi belajar duduk, merangkak, berjalan, dan lain-lainnya diikuti dengan perubahan bentuk kotorannya.
Tiga bulan sebelum lahir, di dalam usus janin sudah ada kotoran.
Kotoran ini dalam usus bayi berasal dari buangan kelenjar di usus dan cairan selaput ketuban yang disebut mekonium ( sebagai kotoran pertama ).
Kotoran pertama ini biasanya berwarna hijau kehitaman dan akan keluar 24 jam setelah bayi lahir.
Oleh sebab itu jangan kaget bila bayi anda mengeluarkan kotoran walaupun ia belum mendapatkan makanan ASI.
Kotoran itu akan lebih cepat lagi keluarnya bila bayi segera diberi ASI, karena kolostrum, atau ASI pertama kali yang keluar pada akhir kehamilan, akan merangsang bekerjanya sistem pencernaan bayi.
Tetapi kalau saluran pencernaan bayi tersumbat, kotoran ini tentu akan sulit keluar.
Bila dalam dua hari setelah bayi lahir belum juga buang kotoran, dokter di rumah sakit akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Memang kotoran pertama ini keluar sebelum sistem pencernaan bayi mulai bekerja.
Kotoran bayi yang sudah diberi minum ASI atau susu formula disebut kotoran peralihan.
Kotoran peralihan susunannya berbeda dari kotoran sebelumnya atau mekonium, karena makanan yang di dapat bayi berbeda dengan makanan yang diterimanya semasa masih dalam kandungan.
Sebelumnya, makanan diserap melalui ari-ari ( placenta ) dan langsung ke sistem peredaran darah janin, sedangkan setelah lahir makanan disalurkan dari mulut masuk ke dalam sistem pencernaan.
Kotoran peralihan ini biasanya berwarna hijau agak kecoklatan, bentuknya encer dan frekwensi keluarnya lebih sering.
Kadang-kadang warna kotorannya hijau terang, dan untuk mengeluarkan kotorannya si bayi sedikit mengejan.
Para orang tua tak perlu cemas dan berpikiran terlalu jauh, jangan-jangan terjadi infeksi saluran pencernaan dan sebagainya.
Kotoran bayi yang sudah diberi minum ASI berbeda dengan kotoran bayi yang mendapat susu bubuk formula.
Bayi ASI kotorannya berwarna kuning agak jingga, baunya khas dan bentuknya mirip mustard.
Kadang-kadang di dalam kotoran ada kepingan-kepingan seperti biji cabai berwarna hijau.
Butiran-butiran itu adalah sisa-sisa lendir atau kotoran mekonium.
Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula akan mengeluarkan kotoran lebih keras teksturnya dan warnanya lebih gelap, baunya sudah seperti kotoran orang dewasa.
Bahkan kalau bayi sudah mendapatkan susu formula sejak lahir, ia akan lebih jarang buang kotoran dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI saja.
Tetapi 2 - 3 minggu kemudian bayi akan buang air besar 1 - 3 kali sehari..
Kerasnya kotoran bayi susu formula ini disebabkan ampas susu formula jauh lebih kasar dibandingkan ampas ASI, sehingga kemungkinan memadat di usus besar lebih banyak.
Kotoran bayi yang mendapatkan ASI biasanya tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
Tetapi bayi yang diberi susu formula biasanya kulit sekitar pahanya atau lipatan paha berwarna kemerahan, bahkan sering sampai lecet.
Kotoran bayi dapat dipakai sebagai alat / bahan untuk mengetahui tanda-tanda bila kesehatannya terganggu.
Yang perlu diperhatikan bila bayi sedang sakit kotorannya berubah menjadi encer atau berair, warnanya kehitaman, dan baunya khas menyengat.
Terkadang kotorannya berbusa dan bila dipegang agak panas dan tidak lengket.
Setiap kali akan buang air besar, bayi yang sakit akan menangis, gelisah atau merintih-rintih.
Bayi yang sehat biasanya diam saja ketika buang air besar dan mengejan, atau kadang merintih tetapi tidak berkepanjangan.
Tanda lainnya untuk kotoran bayi yang tidak sehat disertai lendir, dan frekwensi buang airnya meningkat.
Dalam sehari bayi bisa 6 - 7 kali buang air dan bentuk kotorannya berubah-ubah.
Disamping itu, setiap kali bayi memasuki tahapan pertumbuhan sering juga disertai perubahan kotorannya.
Dalam hal ini yang paling khas adalah kotoran menjadi encer atau mencret berbusa.
Perubahan itu terjadi pada saat bayi mulai belajar duduk, merangkak, berjalan atau berdiri, dan fase pertumbuhan lainnya.
Perubahan bentuk kotoran pada fase pertumbuhan atau fase perkembangan gerak ini tidak perlu dikhawatirkan, dan tak perlu juga panik dengan melakukan tindakan-tindakan yang irasional.
Perubahan bentuk kotoran itu akibat terjadi kontraksi berbagai otot anggota gerak atau otot perutnya.
Peningkatan kebutuhan energi untuk bergerak membuat bayi sering lapar dan makanan yang masuk lebih banyak, sehingga secara alami terjadi pula kerja ekstra alat-alat pencernaan.
Alhasil, tinjanya pun cenderung berubah-ubah.
Tidak tertutup kemungkinan karena banyak energi yang dikeluarkan untuk bergerak, bayi pada saat itu kelelahan secara fisik.
Akibat dari kelelahan ia cenderung menjadi demam sebagai efek samping perkembangan itu.
Untuk itu bayi perlu mendapatkan makanan tambahan yang benar sesuai usia dan fase pertumbuhannya.
Disini perlu diperhatikan ;
Jangan memberikan makanan tambahan pada bayi sebelum waktunya.
Bayi yang baru lahir cukup diberi ASI karena alat pencernaannya masih menyesuaikan diri, kecuali bila memang ibu si bayi tidak bisa mengeluarkan ASI, sebagai penggantinya boleh diberikan susu formula.
Si ibu harus selalu memperhatikan jenis makanan yang dimakannya, agar sari makanan yang ada dalam ASI sesuai dengan alat pencernaan bayi.
Misalnya : Si bayi akan menjadi diare, jika si ibu memakan sambal yang pedas, begitu juga bayi akan menjadi gelisah, jika si ibu kurang makan / konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar.
Jadi Pemantauan kotoran bayi setiap saat adalah sangat penting, dikarenakan perkembangan bayi dari waktu ke waktu, dari fase ke fase begitu cepat.
Disamping itu pencernaan bayi juga masih belum dapat menyesuaikan dari jenis makanan yang ada, harus hati-hati dalam pemberian makanan yang masuk melalui mulut bayi dan yang melalui mulut si ibu, karena dapat memberikan dampak langsung pada pencernaan si bayi.
Trimakasih, Tuhan memberkati.
Terimakasih untuk informasi yang sangat berguna ini dok,.
BalasHapusNamun saya memiliki pertanyaan tentang kotoran bayi ini,.
kebetulan saya memiliki seorang bayi yang baru berusia 2 bln,namun sudah hampir 1 minggu ini dia mengeluarkan kotoran yang agak cair dan seperti biji cabai dan kadang disertai busa,.namun pada saat bayi saya mengeluarakan kotoannya, dia tidak menangis dan keadaan tubuhnya terlihat sehat2 saya,.sudah 1 minggu ini juga saya hanya memberikan ASI kepada bayi saya,yang sebelumnya sempat saya berikan susu formula..yang ingin saya tanyakan,..
apakah kesehatan bayi saya bermasalah dok..?
mohon informasinya,.
Salam,
-Eka-