Sabtu, 09 April 2011

Stereotipe jender pada anak berbahaya.

Pernahkah anda mengalami, pada waktu acara ulang tahun anak yang dirayakan di sekolah tempat ia belajar, bermain dan bersosialisasi.
Acara seperti ini biasanya untuk anak-anak pra-sekolah ( play group, Tk-A, Tk-B ).
Jika kebetulan anak anda perempuan, langsung akan dikasih kado / bingkisan warna merah muda dan jika anak anda laki-laki, biasanya diberikan kado / bingkisan berwarna biru.
Atau pada anak perempuan diberi boneka, yang laki-laki dikasih mobil-mobilan dan seterusnya.
Tetapi bagaimana jika si anak perempuan itu minta yang berwarna biru, karena memang menyukai warna biru.
Atau minta yang mobil-mobilan, bukan boneka.
Apakah anda sebagai orang tua akan memaksa anak perempuan itu menyenangi warna merah muda atau mainan boneka yang selama ini kebanyakan orang beranggapan bahwa merah muda adalah warna milik perempuan dan biru warna milik laki-laki, dan seterusnya dan sebagainya.

Disadari atau tidak ada nilai dan norma yang berlaku dan dianggap paling baik.
Salah satunya adalah pengenalan peran jender, yang dimulai sejak usia bayi baru lahir, mulai dari warna selimut yang membungkus, kartu ucapan selamat atau hadiah selalu terdiri dari 2 warna, yaitu merah muda dan biru, untuk membedakan dua jenis kelamin.
Dengan berjalannya waktu anak semakin mengenal adanya stereotipe pesan jender.

Pandangan ini berdampak negatif bagi usia dini terutama perkembangan mental dan prilaku anak.
Orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anaknya, misalnya seorang ayah yang tidak hanya bertanggung-jawab pada masalah pencarian nafkah, tetapi juga turut serta dalam proses perkembangan anak dan dalam pakerjaan rumah tangga akan memberi pengertian jender lebih luas pada anak.

Hal ini tentu akan mengubah pandangan anak mengenai pembagian tugas berdasarkan jender.
Contoh soal lagi dalam pemilihan mainan anak juga menjadi salah satu cara sosialisasi jender.
Sebaiknya, setiap anak walaupun berbeda kalamin memiliki kesempatan yang sama untuk bermain dengan segala jenis mainan.
Mobil-mobilan, puzzle, kereta api, peralatan masakan atau boneka bisa dimainkan bersama untuk melatih sensor motorik dan daya pikir anak, sehingga kemampuannyapun seimbang ;
memberi kesempatan dan kebebasan yang sama antara anak perempuan dan laki-laki juga penting dilakukan.

Masalahnya, masih banyak orang yang memiliki kecenderungan untuk lebih " menjaga " anak perempuannya dan memberi ruang gerak yang lebih luas pada anak laki-laki untuk mengikuti berbagai kegiatan.
Padahal dengan memberi kesempatan dan kebebasan yang sama, akan berpengaruh pada perkembangan pribadinya untuk menjadi pribadi yang lebih matang, bertanggung-jawab serta mandiri.
Begitu juga dalam bidang pendidikan, berikan dorongan dan kebebasan yang sama pada anak untuk memilih bidang pendidikan yang diminati.
Diharapkan pandangan konvensional ini segera bisa berubah.
Trimakasih, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar