Dalam dunia percacingan berlaku pribahasa mati esa berbilang selaksa.
Komunitas cacing memang gampang beranak-pinak dan penyebarannya cepat meluas.
Penularan biasanya lewat makanan, korban cacingan juga umumnya anak-anak yang suka jajan dipinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang bersih.
Diperkirakan terdapat 1,6 milyar murid sekolah dasar dan 900 juta diantaranya terinfeksi cacing Ascaris, Trichuris, dan cacing tambang.
Infeksi cacing Ascaris dapat mengganggu pertumbuhan anak, cacing Trichuris dapat menyebabkan perdarahan pada usus dan cacing tambang menyebabkan anemia.
Selain gangguan tersebut diatas, Ascaris dan Trichuris juga menurunkan kecerdasan dan kemampuan berpikir ( belajar ).
Karena itu, pemberantasan penyakit cacingan pada generasi penerus bangsa ini mutlak perlu dilakukan.
Berbagai kegiatan terpadu seperti ; penyuluhan kesehatan untuk ibu dan anak, penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan upaya peningkatan kesehatan lainnya.
Dengan pemberantasan terpadu ini diharapkan cacingan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Ascaris dan Trichuris merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia.
Infeksi ke dua cacing ini menyebabkan malnutrisi dan defisiensi besi.
Akibatnya anak menjadi tidak napsu makan, lesu, nyeri perut dan diare.
Menyebabkan pertumbuhan anak terganggu, kebugaran berkurang dan menurunkan konsentrasi belajar serta kecerdasan anak.
Akhir-akhir ini diduga Ascaris dan Trichuris menurunkan kecerdasan anak secara langsung dan bukan akibat malnutrisi.
Penurunan kecerdasan ini adalah akibat dikeluarkannya metabolit cacing dan dilepasnya sitokin dari tempat peradangan pada usus yang secara langsung mempengaruhi fungsi korteks serebri.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa infeksi cacing memang mempengaruhi fungsi kognitif dan menurunkan kemampuan belajar secara langsung.
Dalam upaya pemberantasan cacing, tujuan pengobatan adalah untuk mengeluarkan cacing dan telur cacing dari tubuh penderita sehingga sumber infeksi berkurang.
Celakanya, telur yang dikeluarkan dari tubuh penderita cacingan masih tetap hidup dan menjadi infektif di tanah sehingga masih dapat menjadi sumber transmisi.
Oleh karena itu diperlukan obat cacing yang dapat mengeluarkan cacing sekaligus membunuh telur ( ovisidal ) sehingga transmisi lebih lanjut dapat dicegah.
Obat cacing derivat Imidazol yang masih menjadi primadona misalnya Mebendazol dikatakan bersifat ovisidal bila kontak langsung dengan telur cacing.
Namun efek ovisidal terhadap telur cacing yang masih berada dalam gonad masih belum diketahui.
Efek ovisidal dari mebendazol dan oksantel pirantel pamoat ( OPP ) dinilai dari hasil biakan telur, diketahui bahwa mebendazol menghambat pertumbuhan telur menjadi larva dan merusak morfologi telur.
Hal ini tampak pada telur yang berasal dari penderita yang mendapat mebendazol tumbuh lebih lambat dan bentuk telur menjadi abnormal.
Hasil penelitian lain membandingkan khasiat mebendazol dan albendazol terhadap Trichuriasis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kesembuhan pada kelompok mebendazol lebih baik dibandingkan dengan albendazol.
Akan tetapi efek ovisidal dari ke dua derivat imidazol ini sama baiknya yaitu menyebabkan ukuran telur menjadi lebih besar atau lebih kecil, bentuk telur menjadi tidak teratur dan dinding telur menjadi tipis.
Jadi infeksi cacing jangan dianggap sepele, ini menyangkut derajat kesehatan generasi penerus bangsa.
Sebaiknya anak-anak dilakukan pemeriksaan dan pengobatan masal setiap tahun.
Untuk efektivitas dari pemberantasan cacing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar