Minggu, 22 Agustus 2010

Retail therapy.

Jika anda menyenangi pekerjaan shopping alias belanja di mal-mal.
Kebiasaan ini tidak selalu terkesan boros-borosan, mengeluarkan dompet, menguras isinya.
Ada yang mencoba berpendapat shopping dapat membuat hati gembira, semua rasa sedih, stres, atau sakit akan hilang.
Retail therapy dipercaya dapat melepaskan rasa sedih.
Menurut ilmu psikologi, setiap orang yang menyelesaikan masalah secara emosional dinamakan emotional coping strategy, Selain itu ada juga problem coping strategy dan spiritual coping strategy.
Belanja ( shopping ) bisa saja menjadi terapi, tetapi bukan dalam arti yang sesungguhnya, karena masalah tidak selesai.
Misalnya : sedih karena patah hati, setelah belanja patah hati datang lagi.
Padahal fungsi terapi itu untuk menyelesaikan masalah.
Emotional coping strategy bukan sesuatu yang jelek, karena fungsinya untuk menyeimbangkan emosi. Problemnya sendiri harus tetap diselesaikan.
Pada dasarnya, manusia ingin selalu memegang kendali terhadap kehidupannya.
Pada saat belanja, ia sedang keluar dari masalahnya dengan menciptakan harapan ke depan.
Itulah makanya belanja itu menjadi candu, karena menjanjikan sesuatu.
Sifat impulsif manusia bisa dibawa dari lahir maupun dibentuk oleh lingkungan.
Ada juga orang tua yang sama-sama konsumtif, tetapi anaknya justru tidak.
Jadi sebaiknya kalau belanja harus pintar-pintar mengatur diri.
Jangan tergoda hanya sekedar untuk memuaskan napsu belanjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar