Minggu, 08 Agustus 2010

Obesitas dan permasalahannya.

Obesitas atau kegemukan, diera sekarang ini menjadi topik yang selalu hangat dan menarik untuk ditelaah lebih jauh.
Kelebihan berat badan dahulu sering dikaitkan dengan kemakmuran.
Namun, kemudian kelebihan berat badan lebih berkait dengan penampilan, dan akhirnya orang sadar bahwa kondisi ini terkait dengan banyak penyakit.
Obesitas dan overweight adalah istilah untuk menyatakan kelebihan berat badan.
Obesitas berarti kelebihan lemak tubuh yang dapat membahayakan kesehatan, sedangkan overweight menggambarkan kelebihan berat badan dibandingkan berat badan normal.
Overweight dan obesitas dapat memicu timbulnya beberapa penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dislipidemia bahkan kanker.
Menurut teori terbaru dipicu oleh sel-sel lemak dalam tubuh.
Kegemukan juga dapat memperparah penyakit asthma bronchiale intrinsik.
Bila overweight dan obesitas tidak ditangani secara tepat dan benar akan meningkatkan penyakit penyerta, memendeknya usia harapan hidup, serta merugikan dari sisi hilangnya produktifitas pada usia produktif.
Overweight dan obesitas juga berhubungan erat dengan beberapa penyakit lain seperti osteoarthritis, kesulitan bernapas, berhenti napas saat tidur, gangguan mentruasi, dan gangguan kesuburan lainnya.
Sekarang sekitar 55 persen warga Amerika menderita kegemukan atau obesitas dibandingkan sekitar 33 persen pada tahun 1980 an.
Statistik lain yang mengkhawatirkan adalah meledaknya obesitas pada anak-anak mencapai 100 persen dibandingkan pada awal tahun 1980 an dan akhir tahun 1990 an. Ini sangat menakutkan.
Suatu studi yang melibatkan 137 pria berusia 30-71 tahun menunjukkan penumpukan simpanan lemak diperut berhubungan langsung dengan penyakit kardiovasculer ( jantung dan pembuluh darah ).
Dengan kata lain, pria yang memiliki perut buncit berisiko terkena penyakit jantung lebih besar dari pada orang yang memiliki timbunan lemak di paha atau di tungkai.
Timbunan lemak yang ada di perut cenderung bersifat resistance insulin atau tak mudah dipengaruhi oleh insulin.
Akibatnya hormon insulin tak berfungsi dengan baik dan menyebabkan kelainan metabolisme tubuh. Inilah yang memicu peningkatan kolesterol. Dan akhirnya muncul jantung koroner.
Penumpukan lemak biasanya terjadi pada pria yang kurang aktif berolah raga dan makan banyak. Pada wanita, penumpukan lemak biasanya terjadi pada pantat atau bagian tubuh lain.
Meski ada wanita yang berperut buncit, kemungkinan kecil terkena penyakit jantung, karena wanita memiliki hormon estrogen.
Wanita berperut buncit biasanya hanya akan mengalami obesitas, sesak napas, lalu kaki sering mengeluh sakit akibat banyak menopang berat badan.
Obesitas selain berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, bisa juga menyebabkan problem psikologis. Penderita menjadi kurang percaya diri karena memiliki badan sangat gemuk.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan makanan enak yang tinggi kalori dan lemak.
Kelebihan asupan energi disimpan dalam jaringan lemak.
Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita overweight atau obesitas adalah berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
Yaitu menggunakan suatu indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua, yang disebut indeks massa tubuh ( IMT ).
Tahun 2000 WHO telah membuat klasifikasi IMT yang dianggap cocok untuk orang Asia.
Dapat juga digunakan ukuran komposisi lemak tubuh.
Pengukuran lemak tubuh dapat diukur menggunakan alat berupa Skin fold atau body fat analizer. Wanita dikatakan obesitas bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 25 persen berat badan, sedangkan lali-laki disebut obesitas bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 20 persen berat badan.
Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua jenis penimbunan lemak ;
Penimbunan lemak di bagian bawah tubuh disebut bentuk ginoid dan penimbunan lemak di bagian perut disebut bentuk android lebih dikenal obesitas abdominal atau obesitas sentral.
Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara obesitas abdominal dan faktor risiko penyakit kardiovasculer.
Obesitas abdominal dapat ditentukan menggunakan berbagai alat seperti CT Scan, MRI, dan DEXA. Cara pengukuran yang paling sederhana untuk mengetahui adanya obesitas abdominal dan telah dibuktikan manfaatnya adalah mengukur lingkar pinggang ( waist circumference ).
Wanita Asia dianggap berisiko mendapat penyakit penyerta bila lingkar pinggang diatas 80 cm.
Dan untuk pria Asia bila diatas 90 cm.
Obesitas dapat terjadi pada semua usia, jika sejak usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu pencegahan overwaight dan obesitas pada masa anak-anak sangat penting.
Pada wanita dewasa, kehamilan dan menopouse merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas.
Saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia belum diketahui dengan pasti.
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1993 terhadap siswa kelas VI disekolah dasar ( SD ) dengan tingkat sosial ekonomi baik di kotamadya Bandung menunjukkan , sebanyak 23 persen anak laki-laki dan 28 persen anak wanita menderita kegemukan, prevalensi tersebut dikhawatirkan meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan membaiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat kita.
Overweight dan obesitas berhubungan erat dengan penderita hipertensi.
Risiko terjadinya hipertensi meningkat 1,6 kali untuk overweight dan 2,5-3,2 kali untuk obesitas.
Penurunan berat badan terbukti menurunkan tekanan darah. " penurunan lima kilo cenderung menurunkan tekanan darah empat poin ". Menurut dr. Joseph Scherger dari universitas pusat kedokteran Irvine, California.
Dari hasil penelitian 975 pasien hipertensi, 37 persen orang yang berhasil menurunkan berat badannya 10 hingga 12 poin tidak memerlukan pengobatan lagi. Pengurangan berat badan lebih efektif untuk pengobatan jangka pendek dibanding dengan manajemen stres atau pengurangan konsumsi garam.
Obesitas juga mengganggu kenyenyakkan tidur. Menurut Dr. Kingman Strohl, ahli paru di universitas case western reserve. " lemak yang berlebih dalam perut mendorong paru bekerja lebih berat ketika dalam keadaan tidur ".
Timbunan lemak disekitar tenggorokkan mengurangi jalan keluar udara pada saat posisi berbaring.
Kesulitan bernapas malam hari sering terjadi dan muncul berupa dengkuran. 40 persen dari orang dewasa yang suka mendengkur saat tidur malam telah tertolong hanya dengan sedikit mengurangi berat badan.
Sebuah studi di Florida pada tahun 1995 membuktikan 19 pria pendengkur berkurang separuh problemnya hanya dengan mengurangi tujuh pon berat badannya, sementara pengurangan berat badan hingga 16 pon membuat pria tersebut terbebas dari tidur ngorok.
Menurut penelitian penimbunan lemak disekitar pinggang dapat memicu timbulnya kanker payudara., berisiko terkena kanker sembilan kali lebih tinggi dibandingkan wanita normal ( tulisan Dr. Sintoso Pujianto " cara mengatasi kanker " ).
Kegemukan juga dapat menyebabkan kelainan lemak di dalam darah. Sekitar 17,9 persen anak yang gemuk di Jepang memiliki kadar kolesterol diatas 200 milligram dan 10 persen mempunyai kadar trigliserida minimal 160 milligram.
Pada obesitas kadar kolesterol dan trigliserida cenderung berkorelasi dengan nilai tinggi diatas normal, ini sangat berisiko menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner.
Pengobatan obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan yang dianjurkan pada tahap pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun waktu enam bulan.
Penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5- 1 kg setiap minggu.
Penurunan berat badan berlebihan tidak dianjurkan, disamping bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan seperti sindroma malabsorbsi, osteoporosis, ileus paralytik, stres berkepanjangan dsb. Umumnya tidak tahan lama.
Pengobatan obesitas yang dianjurkan adalah modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan prilaku.
Pemberian obat dan terapi akupunktur akan lebih cepat membantu menurunkan berat badan bagi penderita berat badan berisiko tinggi yaitu pada penderita dengan IMT 25-29,9 atau penderita dengan lingkar pinggang yang lebih dari normal.
Terapi diet yang dianjurkan rendah kalori, besarnya energi yang diberikan 500-1000 kalori lebih remdah dibandingkan raya-rata asupan energi perhari.
Penurunan asupan energi sebesar 500-1000 kalori perhari akan menurunkan berat badan 0,5- 1 kg per minggu. Cara yang terbaik dengan mengurangi frekwensi makan diluar waktu makan utama atau mengurangi camilan, terutama yang padat kalori, makanan harus rendah lemak dan tinggi serat seperti buah dan sayuran, jangan lupa tetap asupan vitamin dan mineral.
Latihan fisik untuk meningkatkan pembakaran lemak dan membantu mempertahankan berat badan agar tidak mudah naik kembali. Yang dianjurkan olah raga dengan intensitas sedang selama minimal 30 menit dengan frekwensi 3-5 kali per minggu.
Sebaiknya memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain video games.
Berjalan aktivitas fisik yang baik jika dilakukan dengan jalan cepat, bukan jalan pelan-pelan.
Makin lama berjalan akan makin banyak kalori yang di bakar.
Lakukan sekitar 10.000 langkah per hari ( sekitar 5 mil ).
Jika tiap mil bisa membakar sekitar 100 kalori, maka akan membakar lebih dari 500 kalori melalui jalan cepat ini.
Masih banyak orang berpendapat, bahwa masalah kegemukan sebenarnya dapat dicegah atau dikurangi dengan diet dan olah raga. Pendapat yang begini tidak sepenuhnya benar, juga tidak sepenuhnya salah. Ini baru separuh benar.
Pasalnya baik diet maupun berolah raga hanya mengatasi satu faktor penyebab saja yaitu kelebihan kalori.
Dimasyarakat awam dietpun dilakukan secara berlebihan misalnya setiap hari hanya makan buah-buahan, ini akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dan karbohidrat untuk menjaga kestabilan gula darah.
Kekurangan protein dapat merusak tubuh orang yang berdiet terlalu ketat akan kekurangan karbohidrat sehingga akan merasa melayang-layang dan sulit berkonsentrasi, hal ini9 banyak saya temui dalam praktek.
Diet yang berlebihan juga akan menyusutkan otot selain mengurangi lemak.
Untuk mengatasi kegemukan olah raga yang paling disarankan adalah olah raga high impact, seperti aerobik dan lari, jenis olah raga itu cepat membakar kalori.
Olah raga dilakukan dengan durasi satu setengah hingga dua jam, minimal tiga kali dalam seminggu agar memberikan hasil yang memadai.
Sebagai penunjang pengobatan yang aman ; bisa diberikan serat ( fiber ) yang dicampur air secukupnya untuk menekan napsu makan, serat menimbulkan rasa kenyang tanpa menambah kalori dan relatif aman.

Bisa juga dengan Jahe ( ginger ) sebagai laksatif ringan.
Sebaiknya jika menggunakan obat harus hati-hati, karena banyak efek samping yang merugikan. Juga harus hati-hati dalam menggunakan Herbal slimming ( ramuan alami ), baik dalam bentuk serbuk, ekstrak ( sari ) dalam kapsul maupun dalam kemasan kecil yang siap diseduh sebagai minuman.
Dalam pandangan masyarakat, produk alami dan berasal dari tumbuh-tumbuhan itu relatif aman, bebas dari efek samping, padahal tidak demikian kenyataannya.
Tidak sedikit bahan-bahan alami mengandung racun yang keras.
Selain itu menggunakan tumbuhan, terutama yang berbentuk ekstrak, tanpa pertimbangan yang cermat tidak kalah bahayanya dibanding memakai obat-obatan kimiawi.

Cara terbaik mengatasi kegemukan adalah dengan mengenali penyebabnya lebih dahulu, apakah akibat kebiasaan makan yang kurang baik atau akibat gangguan fisik dan metabolisme.
Tentu tidak bijaksana hanya menghilangkan gejala tanpa mengobati penyebabnya.

Anda harus melakukan sesuatu yang anda bisa, supaya orang lain bisa belajar bagaimana melakukannya.
Trimakasih Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar